Syahna's Pov
Satu minggu telah berlalu dari malam itu ketika aku mengungkapkan perasaanku pada Naya. Sejak malam itu pula, sikap Naya jadi berubah lebih lembut padaku walau tetap menyebalkan seperti biasa. Naya juga sudah tinggal di apartemen yang tidak begitu jauh dari sekolah. Bekas luka tusuk di perutnya juga telah membaik, dan hari ini dia mulai masuk sekolah lagi.
Aku berjalan menuju koridor utama sekolah kami. Kebetulan hari ini aku diantar Papa, jadi tidak membawa mobil. Baru saja kakiku melangkah di depan ruang Tata Usaha, Chika dan Viya, anggota OSIS dari kelasi XI memanggilku dan menghampiriku.
"Kak Syahna.."
"Ya?"
"Kak maaf, aku cuma pengen kasih tahu kalau nanti istirahat kedua ada kumpul di ruang OSIS buat bahas agenda study tour," ucap Chika malu-malu.
"Bukannya setelah bel pulang ya?"
"Itu Kak, tadi kata Pandu ada 2 agenda," kali ini Viya yang menyahuti, sama seperti Chika, dia malu-malu berbicara padaku.
"Terus semua panitia sama anak OSIS diwajibin ikut?"
"I-iya Kak."
"Lho, kalau ada yang baru bisa makan di jam istirahat kedua gimana? Berarti kita rugiin waktu mereka dong untuk rapat? Se-urgent apa sih? Kenapa Pandu gak kasih tahu gue langsung?"
"Eng.. i-itu... kita kurang tahu Kak. Tadi Pandu cuma minta tolong kita untuk sampein ke Kak Syahna dan beberapa anak kelas XII lainnya," Chika dan Viya menundukkan kepalanya.
Aku melipat tangan menatap mereka.
"Yaudah, nanti gue ke kelas Pandu. Gak bisa dong seenaknya pake jam istirahat anak-anak. Ada lagi yang mau disampein?"
"Eng-engga Kak."
"Yaudah, gue ke kelas."
"I-iya Kak, makasih Kak."
"Hm.." dan aku kembali melangkahkan kaki menuju kelasku.
Ketika aku ingin masuk ke dalam, tiba-tiba ada Mala berlari lalu menggandeng lenganku.
"Syahna, Syahna, Syahnaaaa...." Panggilnya.
"Kenapa lo?"
Mala memerhatikan wajahku. "Ih, pagi-pagi mukanya udah jutek aja."
"Cetakan muka gue kan emang kayak gini. Kenapa?" tanyaku lagi sembari berjalan ke arah bangku kami.
Mala nyengir memperlihatkan jajaran behel yang baru saja ia ganti. "Hehehe, Sabtu kemarin akhirnya gue nge-date sama Aris."
Aku mengerutkan dahi. "Nge-date? Sama Aris? Si Aris anak kelas kita?"
"Iya Syaaa."
"Sejak kapan lo deket sama Aris? Bukannya lo ttm-an sama Edo ya?"
"Ah, Edo mah udah kelaut. Lo sih gak pernah ada waktu dengerin curhatan gue. Nayaaaa mulu yang diurusin," Mala memanyunkan bibirnya sembari menaruh tasnya ke atas meja.
Aku pun juga menaruh tasku. "Gak usah keras-keras ngomongnya bisa gak?"
"Hehe sorry. Yaaa, gue kan deket karena tugas bahasa. Aris tuh emang lucu banget orangnya, gak pernah bosen gue tiap kali jalan sama dia."
"Tiap kali? Emang lo udah berapa kali jalan sama dia?"
Mala langsung menutup bibirnya dengan sebelah tangannya. "Eh, hehehe, ada deh."
Dia masih tersenyum malu-malu, lalu seisi ruangan ini tiba-tiba menatap ke arah pintu masuk melihat Naya dan Aris yang berjalan berdampingan diikuti Ryo dan Ody di belakang mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
HIRAETH
RomanceHiraeth: A longing for a home you can't return to, or one that was never yours. Menceritakan sebuah perjalanan menemukan kembali titik balik yang sudah lama Naya lupakan. Proses panjang pencarian sebuah makna dari kata 'rumah' yang sudah tidak bera...