Syahna's Pov
Aku masih menatap serius wajah Naya. Apa yang baru saja ia katakan? Apa aku tidak salah dengar? Dia bilang dia tidak suka laki-laki dan malah suka sama perempuan?
"Eh, kenapa lo lihatin gue terus?"
Aku masih terdiam.
"Woy?"
Aku tidak tahu harus merespon apa.
"Ck, kaget tahu kalo gue suka sama cewek?"
Ini pertama kalinya bagiku tahu seseroang suka dengan sesama jenis.
Terdengar helaan nafas Naya. Lalu dia keluar dari mobil dan aku langsung tersadar.
Aku mencoba membuka pintu tapi ternyata kunci.
"Nay, Nayaaa! Bukain gilaaaa!" aku menggedor-gedor kaca mobilku. Sialan, bisa-bisanya dia mengunciku di dalam seperti ini.
Klek... terdengar suara kunci mobil yang terbuka. Aku pun langsung keluar dan berusaha mencoba berdiri.
"Gila lo ya kunciin gue di dalem kayak gitu. Kalo gue kehabisan oksigen gimana? Bego!" gerutuku padanya.
Naya terlihat santai sambil berjalan menghampiri.
"Ya abis lo udah kayak kesambet setan diem aja ngeliatin gue. Ya gue tinggal lah," ucapnya tanpa merasa bersalah.
Aku menatap matanya tajam. "Morron."
Lagi-lagi dia hanya menghela nafas dan menggelengkan kepalanya.
"Gue mau cabut, ojek online gue udah mau sampe," ucapnya lagi menjauh dari tempatku berdiri.
"Kunci mobil gue mana?" tanyaku.
Dia tidak menjawab sampai akhirnya ojek online-nya datang.
"Nay, mana kunci mobil gue?" teriakku.
Dia mengenakan helm lalu naik ke motor. Lalu dia mengeluarkan kunci mobilku dari sakunya.
"Ini?" tanyanya mengejek.
Aku pun langsung berjalan menghampirinya dengan tertatih. Dia malah menyuruh abang ojeknya jalan.
"Nih, lo ambil aja sendiri," teriaknya dengan melempar kunci mobilku di rumah seberang yang jaraknya lumayan jauh. Lalu bayangannya pun menghilang dengan cepat dari pandanganku.
"Naya sialaaaaaan! Awas lo yaaaaa!" teriakku super kesal padanya.
Dasar manusia brengsek!
Keesokan Harinya di Sekolah
Setelah dipijit dan dikompres kemarin sore, kakiku sudah membaik. Walaupun aku belum diperbolehkan mengenakan sepatu, setidaknya aku sudah bisa berjalan tidak sesakit kemarin.
"Sini Nay gue gandeng sampe kelas," tiba-tiba ada Mala datang dari arah belakangku.
"Thanks La," ucapku.
"Iya. Kaki lo udah enakan?"
"Udah nih, kemaren udah dipijit."
"Untung ya lo dianter sama Naya. Jadi kan lo gak harus nyetir."
"Untung apanya. Naya itu manusia brengsek. Dia kemarin lempar kunci mobil gue seenaknya aja ke depan rumah orang," ucapku kembali kesal ketika mengingat tampangnya yang menyebalkan itu dan membuat gue berjalan jauh mengambil kunci.
"Ya mungkin biar lo banyak jalan kali Sya, kan sakit gak boleh dimanja."
"Kok lo jadi belain dia sih La? Lo tuh harus liat tampangnya yang menyebalkan. Ish, sumpah ya kenapa sih dia harus ada di kelas kita. Bikin gue naik darah terus."

KAMU SEDANG MEMBACA
HIRAETH
RomanceHiraeth: A longing for a home you can't return to, or one that was never yours. Menceritakan sebuah perjalanan menemukan kembali titik balik yang sudah lama Naya lupakan. Proses panjang pencarian sebuah makna dari kata 'rumah' yang sudah tidak bera...