Keesokan Harinya
Sejak pagi tadi hingga sore hari ini, gue hanya nonton serial Netflix atau bermain Xbox. Semua yang gue perlukan sudah disiapkan oleh Bi Siti. Sebenarnya gue tidak suka merepotkan orang, andai saja gue udah bisa banyak bergerak, pasti Bi Siti gak perlu repot seperti ini, apalagi sampai harus dibantu Mirna.
Drrttt...drrrtttt ponsel gue bergetar dan ada panggilan masuk dari Aris.
"Halo, kenapa Ris?"
"Nay, share loct rumah lo dong. Gue kan cuma tahu gerbang komplek lo doang."
"Lo mau ngapain?"
"Gue mau ke rumah lo Nay, ada info penting."
"Info apaan? Lewat telpon aja."
"Gak bisa Nay, buruan share loct ya, gue tunggu sekarang. Gue udah di motor nih tinggal cabut."
"Duh, iya-iya, nanti gue share."
"Ok gue tunggu, dah."
"Dah."
Dengan terpaksa, gue pun memberikan alamat rumah ke Aris. Ya, tidak ada satu pun teman sekolah yang tahu alamat rumah gue.
Sudah 30 menitan dari Aris telpon, ada seseorang yang memencet bel di depan gerbang. Bi Siti langsung mengeceknya lewat cctv.
"Siapa Bi?" tanya gue.
"Itu Non, ada Mas Aris di depan," jawab beliau.
"Oh yaudah Bi, suruh masuk aja."
Bi Siti kemudian meminta penjaga di depan untuk membukakan gerbang. Lalu Bi Siti mempersilakan Aris masuk.
Gue menoleh ke arah pintu, terlihat ada Syahna tengah menatap gue lalu berjalan cepat menghampiri gue yang sedang duduk di sofa.
Kok bisa ada dia sih?!
Gue langsung menatap tajam ke Aris yang berjalan di belakang Syahna sambil menyengir.
"Nay! Lo kenapa harus bohong sih? Gimana keadaan lo sekarang? Apa yang sakit? Bisa-bisanya gak masuk sekolah ternyata malah main Xbox di rumah," ucap Syahna tanpa henti sambil memeriksa keadaan gue.
Sebelah tangannya tidak sengaja menyentuh bekas jahitan di perut gue sampai gue meringis kesakitan.
"Aduh duh," ringis gue.
Raut wajah Syahna langsung berubah panik. "Eh eh sorry, lo kenapa?"
Gue memegang pelan bekas jahitannya. "Aduuhh.."
"Sorry, kenapa?" kali ini wajahnya terlihat sedih.
"Ini luka gue, jangan dipegang-pegang, masih sakit," ucap gue.
Syahna langsung menatap Aris yang berdiri di sampingnya. "Lo bilang Naya cuma demam, kok bisa ada luka?"
"Emmm, emmm," gumam Aris.
"Ris, kenapa ada dia deh di sini?" tanya gue.
"Kenapa emangnya kalo gue di sini?" Syahna malah balik bertanya dengan ketus.
"Hehe sorry Nay, tadi Syahna nanya gue lebih tepatnya mengintimidasi terus dia ngancem mau kasih tahu aib gue ke Mala. Jadi, gue bawa deh dia ke sini," ucap Aris menjelaskan.
"Ck, ah ribet deh."
"Kenapa sih gue gak boleh tahu? Kenapa lo harus bolos sekolah? Lo sakit apa?"
Gue kembali menoleh ke Aris dan dia hanya menyengir saja.
"Nay, gue mau ke toilet dong, sakit perut nih," ucap Aris.
KAMU SEDANG MEMBACA
HIRAETH
RomanceHiraeth: A longing for a home you can't return to, or one that was never yours. Menceritakan sebuah perjalanan menemukan kembali titik balik yang sudah lama Naya lupakan. Proses panjang pencarian sebuah makna dari kata 'rumah' yang sudah tidak bera...