*play the song (a song for letting someone go)
Syahna's Pov
Sudah beberapa minggu ini aku benar-benar tidak bertegur sapa dengan Naya. Dia selalu menghindariku. Sebenarnya aku sangat merindukannya. Aku ingin sekali memeluknya dan berdebat dengannya seperti yang selalu kami lakukan ketika bersama. Tapi aku sudah menyakiti hatinya dengan membohonginya. Walaupun dia juga melakukan hal yang sama dengan Kiara, aku tidak bisa marah pada mereka berdua.
"Sya.." panggil Mala menyenggol lenganku.
"Iya La?" sahutku.
"Bengong terus ih. Itu buku beresin, udah bel daritadi juga."
"Eh iya, bentar La."
Ketika aku tengah memasukkan buku ke dalam tas, tiba-tiba ada Kiara datang menghampiriku.
"Hai Sya," sapanya.
Aku menoleh. "Ya?"
"Emmm, pulang bareng yuk," ajaknya membuatku bingung.
Aku menoleh ke Mala, Mala juga menatapku lalu dia menatap Kiara.
"Oh, yaudah gih kalian berdua pulang bareng aja. Gue susulin Aris di warung. Gue duluan ya, byeee," dan Mala pun pergi meninggalkan kami berdua.
"Gue lagi gak bawa mobil," ucapku.
"Kita naik taksi online aja. Ada yang mau aku omongin ke kamu Sya," ucap Kiara.
Aku sudah menduga pasti Kiara akan membicarakan Naya.
"Oh yaudah."
"Oke, aku pesen ya. Kita mampir dulu ke coffee shop."
"Iya."
Gak perlu lama menunggu, taksi online kami pun sudah sampai di depan sekolah. Kami langsung bergegas pergi ke coffee shop yang letaknya tidak jauh dari daerah rumahku.
Setelah memesan minuman, Kiara yang duduk di depanku mengambil sesuatu dari dalam tasnya. Dia mengeluarkan sebuah surat di dalam amplop yang telah terbuka.
"Ini apa?" tanyaku.
Dia tersenyum. "LoA dari kampus impian aku Sya."
Aku mengambil surat tersebut lalu membacanya. "Wow, congrats Ki. I'm happy for you."
Kiara masih tersenyum. "Thanks Sya. Kamu tahu kan dari dulu aku pengen banget masuk ke kampus itu."
"Iya gue tau kok, makanya gue ikut seneng. Akhirnya lo bisa kejar apa yang lo mau Ki."
"Iya Sya. Kamu sendiri gimana?"
"Gue masih tetep mau coba SNMPTN ke ITB."
"Kamu selalu tahu ya apa yang kamu mau, sama kayak Naya."
Aku langsung mengerutkan dahi. "Maksudnya?"
Kiara mengambil surat tersebut lalu dia sedikit memajukan sambil menarik nafas dalam.
"Aku tahu apa yang terjadi antara kamu dan Naya. Aku juga pengen minta maaf langsung ke kamu karena aku ciuman sama Naya," Kiara memelankan suaranya.
"Gak usah dibahas. Gue gak marah sama lo, gue juga udah maafin lo," sahutku.
"Tapi Sya, Naya itu bener-bener sayang sama kamu. Dia tahu apa yang dia mau. Dia bener-bener usaha untuk kejar mimpinya biar suatu hari nanti kamu bisa bangga sama dia."
"Gue udah nyakitin Naya Ki. Gue gak pantes buat dia. Dan gue juga gak seberani dia untuk jalanin hubungan kayak gini. Gue takut."
"Lalu kenapa harus pas Kak Giffran datang ke sini Sya?"

KAMU SEDANG MEMBACA
HIRAETH
DragosteHiraeth: A longing for a home you can't return to, or one that was never yours. Menceritakan sebuah perjalanan menemukan kembali titik balik yang sudah lama Naya lupakan. Proses panjang pencarian sebuah makna dari kata 'rumah' yang sudah tidak bera...