Syahna's Pov
Jam istirahat pertama berbunyi.
Pak Dayat mengembalikan ponselku sesuai dengan omongan beliau tadi.
"Sya, makan gak?" tanya Mala.
"Emm, lo duluan aja gih. Ada yang mau gue urus."
"Oh oke, gue ke kantin ya."
"Iyaa."
Syahna berjalan menghampiri gue.
"Lo udah bisa jalan bener kan?" tanyanya.
"Lo ga bisa lihat?" tanyaku balik.
"Yaudah, ikut gue," ucapnya sambil berjalan di depanku.
Aku mengikuti langkahnya.
"Pelan-pelan bisa gak sih?" gerutuku.
Dia menghela nafas lalu memelankan langkah kakinya. Dia berjalan ke arah gedung olahraga indoor.
"Lo mau ngajak gue ke mana?" tanyaku lagi.
"Gak usah bawel," sahutnya tanpa menoleh.
Naya masih berjalan namun langkahnya mengarah ke taman belakang lama sekolah yang sudah tidak pernah lagi dipakai atau dikunjungi.
"Lo mau ke mana sih Nay? Gue balik nih kalo gak jelas!"
Dia menghentikan langkahnya kemudian menoleh ke arahku.
"Kenapa? Takut?"
"Engga! Lo mau ngajak gue ke mana?"
"Lo diminta sama Bu Reni untuk temenin gue kan? Yaudah, sekarang temenin."
"Ya terus lo mau ke mana? Ini udah jauh dari gedung utama."
Dia menghela nafas lagi. "Yaudah, balik gih sana."
Aku berpikir sejenak.
"Jangan aneh-aneh."
"Engga."
"Jangan jalan di depan gue."
"Terus?" tanya dia bingung.
"Jalan di samping gue, gue-gue takut."
Dia langsung menatapku lalu dia tertawa kecil.
"Yaudah," lalu kami pun kembali berjalan melewati ilalang yang sudah meninggi.
Sesampainya di depan tembok, Naya mengambil sekotak kayu dan menumpuknya dengan pijakan beberapa batu bata blok.
"Naik duluan gih, terus duduk di atas. Gue bantu dorong tubuh lo dari sini."
Aku bingung.
"Lo mau nyuruh gue cabut?"
"Bukan cabut, cuma bentar. Cepetan."
"Gila lo ya? Gak mau gue."
"Yaudah gue sendiri aja. Sana lo balik ke kelas."
"Bisa gak sih lo gak seenaknya aja jadi orang?"
"Ya kan gue udah kasih tahu lo ini cuma bentar. Mau gak?"
Aku kembali berpikir dan entah kenapa aku ingin mencoba tidak mematuhi peraturan sekolah.
"Gimana cara naiknya?"
"Yaudah naik aja itu ke pijakan yang udah gue buat. Nanti lo tunggu di atas sana, duduk aja."
"Hemm."
Aku mengikuti perkataan Naya dan mulai memanjat tembok. Dia pun membantu mendorong tubuhku hingga aku bisa sampai di atas.
KAMU SEDANG MEMBACA
HIRAETH
RomanceHiraeth: A longing for a home you can't return to, or one that was never yours. Menceritakan sebuah perjalanan menemukan kembali titik balik yang sudah lama Naya lupakan. Proses panjang pencarian sebuah makna dari kata 'rumah' yang sudah tidak bera...