Syahna's Pov
Aku merasakan ada yang berbeda dari diri Naya. Semenjak aku datang ke apartemennya 2 hari lalu, Naya berubah jadi semakin lebih perhatian, sweet, selalu nurutin apapun kemauan aku, dia benar-benar nge-treat aku dengan sangat baik. Hari ini pun dia bilang dia akan datang ke rumahku untuk belajar bersama.
"Syahnaaa," panggil Mama.
"Iya Ma?"
"Jam berapa Naya mau ke sini nak?"
"Emmm, katanya sih dia udah di jalan."
"Mala dan Kiara gak ikutan belajar bareng?"
"Engga Ma, mereka gak tau tuh ke mana."
"Oh yaudah kalau gitu. Kamu gak apa-apa Mama tinggal?"
"Iya gak apa-apa Mama. Gih sana Mama ketemuan sama temen-temen Mama, yang penting kan ada Bibi masakin makanan buat aku dan Naya dan nanti."
Mama menyentuh lembut kepalaku. "Kamu dong sesekali yang masak. Belajar tuh sama Bibi."
"Hehe nanti aja ah kalau Syahna udah mau dinikahin."
"Haha anak Mama ini masih muda udah pikirannya nikah aja. Kuliah dulu, kerja dulu."
"Hehe, aku becanda Maaaa."
"Hemm, yaudah Mama jalan ya."
"Nanti pulangnya jadi dijemput si abang kan Ma? Mobilku kan dipinjem sama dia biar dia bisa jemput Mama, bukan ngelayap ke mana-mana."
"Iya sayang, nanti abang kamu jemput Mama. Kamu yang rajin belajarnya ya."
"Iya Mama. Hati-hati ya Mam."
"Iyaa, salam sama Naya ya."
"Okay." Dan Mama pun pergi menggunakan taksi online yang tadi aku pesankan.
Aku kembali ke ruang tengah sambil membuka buku pelajaran. Tidak lama setelah itu, terdengar suara mobil Naya dari depan rumah. Aku menghampirinya dan dia keluar dengan membawa satu kantung plastik.
"Hai babe," sapanya sembari berjalan ke arahku.
"Ssttt, bab beb bab beb, tadi kedengeran sama si Bibi," bisikku padanya.
"Hehe iya lupa. Jadi kita ngomongnya gue-lo nih?" tanyanya ikut berbisik.
"Iyaa."
"Oke!"
"Itu kamu bawa apa?" tanyaku padanya.
Dia mengerutkan dahi menatapku. "Katanya gue-lo?"
"Eh iya lupa. Lo bawa apa?" Aku sengaja mengeraskan suara karena tahu ada Bibi sedang merapikan ruang tamu.
Naya sedikit terkikik melihartku. "Gue bawa daging wagyu."
"Hemmm?"
Dia tersenyum. "Gue bawa daging wagyu buat dijadiin steak."
"Hemmm?" aku semakin bingung.
Naya menghela nafasnya. "Gue mau masakin steak buat lo. Tadi gue mampir ke foodhall depan beli ini."
"Haha emang lo bisa masak apa? Steak lagi masaknya."
"Ck tenaaag, gue udah belajar semaleman liat di YouTube."
"Well, okaaaayyy," aku mengajaknya berjalan ke dapur.
Bibi menghampiri kami. "Non Syahna, Bibi mau ke mini market di depan mau beli sabun cuci udah habis."
"Oh iya Bi, uangnya udah dikasih Mama belum Bi?"
"Udah kok Non. Non Syahna ada yang mau dititip?"

KAMU SEDANG MEMBACA
HIRAETH
Roman d'amourHiraeth: A longing for a home you can't return to, or one that was never yours. Menceritakan sebuah perjalanan menemukan kembali titik balik yang sudah lama Naya lupakan. Proses panjang pencarian sebuah makna dari kata 'rumah' yang sudah tidak bera...