29.

11.4K 1.1K 91
                                    

Syahna's Pov

Semalaman aku tidak bisa tidur nyenyak karena ulah Naya. Sepanjang malam dia terus memeluk tubuhku membuat jantungku berdegup tidak karuan. Hingga pagi tadi kami terbangun, Naya kembali berulah dengan mencium keningku. Dan anehnya, aku tidak merasa kesal tapi justru malah merasa... senang.

"Sya, Syahnaaa..." panggil Mala membuyarkan lamunanku.

"Eh, eh iya La, kenapa?" sahutku.

Mala memerhatikanku. "Lo, lo kenapa deh Sya? Daritadi kebanyakan bengong dan suka senyum-senyum sendiri, lo? Emmm... Lo lagi deket sama cowok yaaaa?"

"Ih apaan sih lo? Gak, gue biasa aja."

"Ciyeee, Syahna akhirnya suka lagi sama cowok. Siapa Sya, siapa? Kasihtahu gue dong? Anak sekolah sini?"

"Duh apaan sih Laaa? Engga, gue gak deket sama siapa-siapa, sotoy lo."

"Gak, gak. Lo tuh gak pernah kayak gini sebelumnya. Cowok beruntung mana yang bisa bikin sahabat gue senyam-senyum gini sih??"

"Ih apa sih, udah ah gue mau ke kantin aja, bye.." aku meninggalkan Mala di kelas.

"Hahaha, beliin gue es teh manis ya Syaaaa," aku hanya hiraukan teriakkan Mala.

Ketika aku sedang berjalan ke arah kantin, aku berpapasan dengan Kiara. Dia berhenti tepat di depanku.

"Sya, boleh ngomong sebentar?" ucapnya.

Gue menatapnya malas. "Gue sibuk."

"Please, sebentar aja," mohonnya.

"Gue sibuk," aku mengulang kalimatku.

"Ini tentang Naya, Sya," ucap Kiara dengan wajah serius.

Aku menatapnya sejenak sambil berpikir.

"Oke, kita ke taman belakang aja," ucapku.

"Iya."

Kami pun berjalan ke taman belakang yang agak sepi tanpa ada obrolan sama sekali. Sesampainya di taman, Kiara duduk di bagian pinggir air mancur, sedangkan aku memilih berdiri sambil menatapnya.

"Apa yang mau lo omongin?"

Kiara tertunduk sambil memainkan jari tangannya. Dia akan selalu begitu ketika merasa nervous.

"Hemm.. hemmm," gumamnya.

"Apa? Bentar lagi bel masuk nih."

Kiara mendongakkan wajahnya lalu menatapku. "Jangan marah lagi sama Naya ya Sya. Dia orang yang baik dan gue sama Naya gak pernah ada hubungan apa-apa. Jadi lo jangan salah paham lagi."

"Iya, gue udah tahu," batinku dalam hati.

"Hemmm," gumamku.

Kiara masih menatap. "Emmm, dan masalah yang dulu sama Kak..."

Aku langsung memotong kalimatnya. "Udah, udah, gak usah dibahas masalah itu."

Kiara pun kemudian berdiri. "Tapi gue, gue gak mau lo salah paham dan marah sama gue lagi Sya. Gue beneran gak pernah ada apa-apa sama dia."

"Iyaa, udah gue maafin," sahutku membuat Kiara langsung diam terpana.

"Wait, what?" tanyanya tidak percaya.

Entah kenapa, sejak Naya menjelaskan tentang masalah Kiara aku jadi simpati padanya. Benar kata Naya, aku tidak seharusnya terus-terusan menghindar dari dia.

"Udah gue maafin," ucapku lagi.

Kiara tersenyum dengan sorotan mata bahagia. Dia terdiam sejenak lalu sedetik kemudian memeluk tubuhku.

HIRAETHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang