*play the song
Syahna's Pov
Rapat OSIS selesai lebih cepat 10 menit dari yang diagendakan. Semua persiapan untuk study tour minggu depan sudah 90%. Hanya ada hal-hal minor yang masih harus di-follow up bersama.
Satu persatu anggota OSIS ijin pulang. Ada beberapa dari kami juga masih duduk-duduk di dalam ruangan membahas hal lain. Aku pun pamit ke yang lain untuk lebih dulu cabut. Ketika aku keluar ruangan, aku tidak menemukan Naya. Aku mencarinya ke kelas kami, hasilnya juga nihil.
Ini anak ke mana sih?!
Lalu aku mengeluarkan ponsel dan menelponnya. Butuh waktu beberapa detik sampai akhirnya Naya mengangkat panggilan masuk dariku.
"Halo, di mana?"
"Lantai 3."
"Ngapain?"
"Ya mau lihat-lihat aja. Lo udah selesei?"
"Udah nih, gue di bawah."
"Oh yaudah bentar, gue turun."
"Gue tunggu depan mading deket tangga.""Okay."
Setelah 5 menit menunggu Naya, akhirnya dia turun berdua bersama Will.
Aku menatap bingung ke arah mereka.
Will tersenyum padaku. "Sorry ya Sya, tadi Naya-nya gue pinjem dulu."
"Emang gue barang?" celetuk Naya.
"Oh iya Will, gak apa-apa," sahutku ke Will.
"Yaudah, gue mau ke anak-anak dulu. Nay, all good ya?" tanya Will ke Naya.
Naya melambaikan sebelah tangannya. "Good, thanks ya."
"Yoo, gue duluan ya," dan Will pun berjalan pergi meninggalkan kami menuju ke taman belakang.
Aku langsung menatap Naya. "Ada urusan apa lo sama Will?"
"Kenapa emang?"
"Pertanyaan tuh dijawab sama jawaban, bukan sama pertanyaan lagi."
"Ada lah," sahut Naya santai.
"Ck, isshhh," gerutuku.
"Balik sekarang yuk," ajaknya.
"Iya," sahutku.
Dan kami pun berjalan ke parkiran mobil melewati beberapa orang yang masih nongkrong di depan kelas mereka.
"Kok Naya bisa ya gak diomelin guru rambutnya gitu?"
"Gue denger-denger katanya Kiara udah baikan sama Syahna."
"Kalo Syahna, Naya, dan Kiara jalan bareng, surga dunia broooo. Sekolah kita punya 3 bidadari."
Selalu banyak omongan yang terdengar di telingaku setiap kali aku jalan bersama Naya.
"Norak," ucapku bersamaan dengan Naya dan membuat kami saling menatap satu sama lain lalu tertawa.
"Haha ngikutin gue lo," ucapku.
"Haha," sahut Naya hanya menggelengkan kepalanya masih sambil tertawa.
Kami pun masuk ke dalam mobil dan Naya langsung melajukan porche-nya menuju ke suatu tempat.
"Kita mau ke mana sih?" tanyaku.
"Entar juga tahu. Lo udah laper belum?"
Aku menggeleng. "Belum."
KAMU SEDANG MEMBACA
HIRAETH
RomanceHiraeth: A longing for a home you can't return to, or one that was never yours. Menceritakan sebuah perjalanan menemukan kembali titik balik yang sudah lama Naya lupakan. Proses panjang pencarian sebuah makna dari kata 'rumah' yang sudah tidak bera...