Syahna's Pov
Aku tidak tahu kenapa aku mau terjebak dalam situasi ini. Aku benar-benar kesal sama Naya karena dia seakan sudah merencanakan ini semua. Tapi ketika tadi dia memohon padaku, aku merasa hal itu tulus ia sampaikan dari dalam hatinya.
"Syaaa, tungguin," panggil si Naya dari belakang.
Aku menoleh. "Buruan ah!"
Dia pun sedikit berlari menghampiriku lalu jalan di sampingku.
"Santai aja kenapa sih Sya," ucapnya.
"Kalo santai di rumah bukan di club," sahutku dan hanya terdengar helaan nafasnya.
Kami pun sampai di depan pintu masuk dan sudah ada 2 penjaga wanita berpakaian dress mini.
"Sudah punya ktp?" tanyanya pada kami dengan ketus.
"Atas nama William Mbak," jawab si Naya datar.
Wajah penjaga itu langsung berubah ramah.
"Oh maaf kalau gitu, silakan masuk," ucapnya mempersilahkan sembari tersenyum.
Naya melenggang masuk tanpa menjawab senyuman si Mbak tadi. Aku pun mengikutinya langkahnya.
"Kenapa tuh penjaga langsung berubah gitu?" tanyaku penasaran.
Dia hanya mengangkat bahunya acuh.
"Jawab pertanyaan gue atau gue balik nih," ancemnya.
Naya langsung menghentikan langkahnya dan menatapku.
Lalu dia menggelengkan kepala. "Lo anaknya emang suka maksa ya?"
"Gue cuma gak suka diacuhin kayak gitu. Buru jawab."
"Kata Aris, club ini punya bokapnya si Will. Udah puas?"
"Hemmm," gumamku dan kami kembali berjalan masuk ke dalam.
Dari kejauhan aku bisa melihat Aris sedang melambaikan tangannya pada kami dari sebuah meja yang dikelilingi sofa besar. Dan kami menghampiri mereka.
Aris menggelengkan kepalanya menatap kami berdua sambil tersenyum penuh arti. Rasanya aku tahu apa maksud dari senyumannya itu.
Lalu dia bertepuk tangan ke arah Naya.
"Hebat banget lo Nay bisa ajak Syahna ikutan party sama kita," ucapnya.
Naya langsung menghentikan gerakan tepukan Aris dan memberi isyarat padanya untuk tidak melakukan itu.
Ya, aku memang tidak suka jika diajak party oleh teman-teman di sekolah. Jika pun aku ingin, aku akan sangat memilih teman yang akan aku ajak. Aku tidak pergi dengan sembarang orang.
"Ladies, what would you like to drink?" tiba-tiba Will mendekat ke kami.
"Gin tonic please," sahut Naya.
"Nice choice, we already had bombay sapphire."
"Syahna?" tanya Will padaku.
"Albens, please," jawabku.
"Really? Just a bottle of beer?"
"Yeah, why not?"
"Oh, okay."
Will dengan lambaian tangannya memanggil pelayan dan memesan minumanku. Mungkin di antara mereka hanya aku yang meminum beer. Ya, aku tidak begitu suka minuma liquor apalagi yang memiliki kadar alkohol tinggi.
Aku juga bisa melihat di atas meja sudah ada satu botol cointreau lengkap dengan ice bucket dan sebotol bombay sapphire. Sepertinya mereka benar-benar akan menghabiskan malam ini dengan mabuk-mabukan.

KAMU SEDANG MEMBACA
HIRAETH
RomantikHiraeth: A longing for a home you can't return to, or one that was never yours. Menceritakan sebuah perjalanan menemukan kembali titik balik yang sudah lama Naya lupakan. Proses panjang pencarian sebuah makna dari kata 'rumah' yang sudah tidak bera...