🍁SHANIA~60

25.2K 918 55
                                    

Tuk!

"Awshh, Astaga!!!" pekik Satria terbangun sembari memegang kepalanya terasa 'nyut-nyut' akibat benda keras yang mencium keningnya.

"Hahahah, uncle lucu hhahaha"

Satria menatap horor bocah laki-laki yang kini tengah tertawa sambil memegangi pestol di tangannya. Ia menyipitkan matanya menatap penuh intimidasi pada pestol tersebut. Seketika matanya membola lebar, ia turun dari ranjang sembari memegang guling di tangannya.

"Uncle, bagus gak pestol Azka?" tanya Azka sembari menunjukkan pestol di tangannya.

Keringat Satria terus bercucuran, ia menatap Azka waspada.  "Azka Stop!!" teriak nya penuh peringatan.

Wajah polos Azka berubah menjadi bingung, ia bingung pada pamannya ini. Memangnya Azka melakukan apa? Padahal ia hanya menanyakan tentang pestol barunya yang baru saja di belikan Nia sebagai hadiah.

Tak sampai di situ, Azka pun turun dari ranjangnya. Ia menatap Satria yang kini menatapnya penuh waspada. Azka melangkah mendekat membuat Satria ketar ketir ketakutan.

"AZKA STOP!!!" bentak Satria membuat Azka terkejut. Seperti anak kecil pada umummya, Azka pun merasa hatinya mencelos. Matanya panas dan berair, wajahnya sudah memerah.

"Uncle jahat!"

Setelah itu Azka berlari keluar mencari mommy nya. Ia akan mengadu pada mommy nya. Enak saja, Azka tak melakukan apa-apa tapi Satria dengan seenaknya membentaknya. Mommy nya saja tak pernah membentak nya.

Lain halnya dengan Satria yang kini bernafas lega menatap kepergian Azka. Ia mengusap dada nya berkali-kali, "Ternyata umur gue masih panjang" ucapnya.

"Mommy!! " panggil Azka dengan air matanya yang membasahi pipinya.

Nia yang tengah memasakpun mengalihkan pandangannya. Ia terkejut saat melihat putranya menangis tengah merentangkan tangannya minta di gendong. Kening Nia berkerut bingung, namun ia tetap menggendong Azka.

"Mom, hiks"

"Kenapa boy?" tanya Nia bingung, perasaan tadi sebelum ia tinggal memasak mood Azka tengah ceria karena pestol yang ia berikan. Namun, kenapa tiba-tiba putranya menangis seperti ini.

"Uncle Satria mom hiks" adu Azka sambil memeluk leher Nia, menenggelamkan wajahnya di ceruk leher Nia.

"Kenapa uncle Satria hmm?" tanya Nia lembut, tangannya mengelus-elus kepala Azka untuk menenangkannya.

"uncle Satria bentak Azka hiks mom, huaaaa" tangis Azka pecah seketika, membuat Nia geram sendiri ternyata ulah kakaknya toh. Nia segera membawa Azka menuju kamar Satria.

Sesampai di sana terlihat Satria yang berbaring di atas ranjang sembari memainkan ponselnya. Nia menurunkan Azka lalu berjalan mendekati kakaknya itu. Tak sampai di situ jari lentik Nia langsung menjewer cantik telinga Satria membuat sang pemilik mengaduh kesakitan.

"Awshhh awshh, Dek sakit woy sakit anjir" keluh Satria.

"Rasain, siapa suruh buat anak gue nangis hah!" teriak Nia tepat di telinga Satria.

"Bikin nangis apaan sih? Awsh sakit ini lepasin dulu"

Nia pun melepaskan jewerannya, ia menatap Satria garang. Seperti induk beruang yang tengah marah saat anaknya di ganggu. Satria mengusap-usap kupingnya yang terasa panas akibat jeweran adiknya itu, lalu tatapannya jatuh pada Azka yang menjulurkan lidahnya mengejek.

"Jelasin" ucap Nia dingin membuat Satria menelan paksa salivanya.

"gue gak sengaja bentak Azka, soalnya gue kalut dek. Liat aja dia megangin pestol, nyodorin ke gue lagi. Kalo gue mati gimana? Billa belom gue nikahih. Jangankan nikah, pacarin aja belom" jelas Satria membuat Nia melongo seketika lalu menatap Azka tajam.

Merasa di sudutkan, Azka pun tak terima. "Azka tadi cuma nanya pestol Azka bagus apa nggak mom. Tapi uncle malah bentak Azka" belanya lalu mengerucutkan bibirnya kesal.

Nia menghela nafasnya, ia menatap Azka dan Satria bergantian. "Sudah, Azka makan yuk sama mommy. Sudah itu kau boleh latihan dengan pestol barumu. Dan lo kak mandi sana, bau tau" ucapnya lalu mengendong Azka pergi.

"Adek laknat!!" teriak Satria.

***

6 tahun kemudian....

"Aku tak mau tau, cari dimana pun kekasihku. Jika kalian tak menemukannya nyawa kalian yang menjadi bayarannya" perintah Gerry dengan wajah yang merah padam yang di angguki oleh bodyguard suruhannya itu lalu pergi.

Gerry menghela nafasnya memandang keramaian kota Jakarta di malam dari dari balkon kantor miliknya. Dia CEO? Ya, dia adalah seorang CEO sekarang menggantikan papinya. Usianya yang kini genap 24 tahun tak menguramgi ketampanan yang ia miliki. Ia malah semakin terlihat tampan dengan stelan pakaian formal yang kini melekat di tubuhnya.

Meskipun begitu hidupnya masih belum terasa lengkap tanpa ada Nia, kekasihnya di sampingnya. Kekasih? Entah lah ia layak menyebut Nia kekasih atau tidak mengingat dulu yang memutuskan Nia sepihak namun di terima Nia dengan senang hati, ralat hancur hati lebih tepatnya.

Ia mengaku, memang dulu ia begitu bodoh sampai membuatnya terdampar dalam jurang penyesalan. Tapi, Niatnya sudah bulat. Ia menginginkan Nia, ia ingin memperbaiki semuanya. Tak peduli nanti Nia akan memaki makinya ataupun menolaknya mentah-mentah. Terdengar egois memang, tapi ia pun tak tahu harus bagaimana. Ia tak bisa hidup tanpa Nia di hidupnya, sampai kapanpun tak bisa.

"Ngelamun aja Ger" celetuk Reno membuat Gerry tersadar dari lamunannya.

"Hmm" ucap Gerry sembari mendudukkan bokongnya.

"Nia lagi?" tanya Reno.

Gerry mengangkat bahunya acuh, ia rasa tak perlu menjawab karena Reno pasti sudah tahu jawabannya.

"Huhh, ini udah tahun ke enam Ger. Apa lo gak berniat buat keluar dari semua ini?" tanya Reno yang tak di jawab sama sekali oleh Gerry.

"Kita udah cari sama-sam Ger, gue, Farah dan Clara. Tapi apa? Gak ada satupun yang kita temuin yang menunjukkan dimana Nia. Bahkan Satria, Bila dan Kinar pun menghilang entah kemana. C'mon bro, jangan terlalu lama terpuruk di masa lalu. Dunia luar di depan lo menanti, buka lembaran baru. Cewek bukan cuma Nia aja" ucap Reno panjang lebar.

Gerry bangkit dari duduknya, ia kembali menatap keluar. "Cewek emang bukan cuma Nia aja, tapi hati gue lebih tahu jalan yang benar menuju rumahnya." ucapnya.

"Terserah, yang penting lo harus tau. Gue ada di saat lo butuh gue" ucap Reno menepuk pundak Gerry lalu pergi.

"Tunggu aku Nay, aku merindukanmu beruangku" gumam Gerry.

***
Author cepetin biar lebih cepet lagi ke endingnya. Soalnya author gak tega sama reader yang terus chattin Author supaya cepet Up. Jadi, kalo lebih cepat ke ending kalian gak harus ngabisin pulsa sama kuota cuma buat chattin author hehe.

Sekitar 3 atau 4 part lagi lah menuju ending dan penunjukkan jati diri Nia sebenarnya. Please maklumin sifat author yang kadang malas Up hehe.

Tunggu part selanjutnya!!

Vote and koment!!

Bye!!

SHANIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang