Irene's Pov

2K 263 21
                                    



Irene's Pov

Malam nanti aku akan bertemu dengan keluarga itu. Aku sudah gelisah sejak tiga hari sebelumnya. Rasanya uring-uringan, dan membuat kepalaku pening. Untuk sesaat, ingin rasanya aku memanggil Thanos, dan membuatku menjadi debu saja. Tapi, itu hanya sebuah cerita fiktif karena tentu tidak akan bisa terjadi.

Aku diberi gaun oleh bibi Jung. Baru kali ini ia benar-benar memberiku gaun yang bagus. Aku menerima gaun itu dan segera memakainya. Saat ini aku menatap cermin. Menatap diriku yang terlihat menyedihkan. Aku ingin menangis tapi tidak ada satu tetespun air mata yang keluar.

Ku poles lipstik berwarna pink dan hanya mengenakan bedak seadanya. Setelah itu mengambil tas berwarna silver dan memakai high heels untuk menyempurnakan penampilanku.

Aku tidak banyak bicara sepanjang perjalanan. Hanya mengenggam tanganku sendiri. Ac dingin mobil terasa begitu menggigil. Semakin menambah gugup diriku saat ini.

Aku kembali ke rumah ini lagi. Sudah tiga kali aku menginjakkan kaki dan ini adalah kali ke empat. Yang pertama saat bibi Hye Sun dan aku membuat kue. Yang kedua saat bibi Hye Sun mengajakku shopping dan yang ketiga saat aku dan bibi Hye Sun pergi ke salon bersama-sama lalu melakukan spa.

Bibi Hye Sun menyuruhku untuk memanggilnya Eomma. Oh Astaga, sikapnya begitu baik. Hingga rasanya aku ingin memohon padanya untuk menjadi ibuku saja. Apa bisa?

Untuk pertama kalinya, aku melihat relasi Paman. Seorang lelaki berumur sekitar 58 tahun. Rambutnya sudah bercampur dengan uban dan tubuhnya sedikit gemuk. Dari sorot matanya seperti kelelahan, mungkin lelah sudah puluhan tahun membangun perusahaannya itu.

Aku memasuki ruang makan. Masih bersembunyi dibalik tubuh paman. Enggan rasanya menemui lelaki itu. Lalu sebagaimana aku tidak ingin, tentu ada saatnya aku muncul dan melihat lelaki itu. Dan betapa kagetnya aku saat melihat dia.

"Yoon—yoong—gi... is that you?!"

"Rene?"

Aku sangat syok hingga rasanya kepalaku blank. Aku berusaha mencerna semua ini. Sesaat aku masih menganga. Kakiku terasa lemas. Min Yoongi, adalah orang itu? Orang yang akan menikah denganku?

Rasanya suara suara lenyap untuk sesaat. Aku mengikuti jejak langkah mereka untuk duduk. Acara makan malam itu segera dimulai. Dan sekali lagi rasanya suara telah lenyap dari telingaku. Di hadapanku Min Yoongi, dan ku rasa sesekali ia memperhatikanku.

Dan yang lebih membuatku mules lagi adalah pernikahan itu dipercepat. Bulan depan acara itu akan di gelar dan aku... aku akan segera menikah?!

***
Aku saat ini tengah bicara berdua dengan bibi Hye Sun. Ia memujiku, ia bilang aku cantik dan menawan malam ini. Aku hanya bisa menyunggingkan senyuman dan tertunduk malu.

Ia bertanya padaku, bagaimana bisa aku mengenal Min Yoongi? Tentu saja aku tidak akan bilang pertama kali bertemu Min Yoongi di pesta ulang tahun Joy. Aku hanya bilang bahwa kami satu kampus dan tidak sengaja saling mengenal.

"Bibi Hye Sun."

"Hey. Ku bilang kau harus memanggilku Eomma okay?"

"Hmm ya Eomma."

"Kenapa?"

"Ngg..—tidak."

"Irene. Aku sungguh senang kau mau menjalani pernikahan ini." Tiba-tiba Bibi Hye Sun bercerita. Aku hanya mendengarkannya, sepertinya ia ingin mengatakan sesuatu yang penting. "Min Yoongi anak keduaku. Orangnya sedikit dingin dan tidak peka. Tapi aku tahu ia orang yang penyayang."
"Rene, aku percaya kau bisa berada di sisi Min Yoongi, saat aku tidak ada nanti."

"Mak—sud.. eomma?!"

"I have cancer."

"Eomma.. saa—kit?"

"Bisa dikatakan begitu."

Aku mengerti sekarang. Aku mengerti kenapa Min Yoongi mau ikut serta perjodohan ini karena permintaan ibunya. Ibunya tengah sakit dan seperti tidak memiliki waktu yang lama.

Oh ya Ampun.
Lagi-lagi aku begitu bingung. Rasanya kenapa semuanya sekali lagi tidak berjalan sesuai keinginanku.

Kenapa bibi Hye Sun yang punya sakit cancer? Kenapa tidak aku? Kenapa tidak aku saja yang mati?

Aku mematung dan Bibi Hye Sun memegang tanganku.

"Rene..."

"Mulai besok, kau bertemulah dengan Min Yoong sesering mungkin untuk membahas pernikahan. Juga, agar kalian semakin dekat?"

***

Min Yoongi dan aku berada di balkon lantai dua rumah ini. Aku dan Min Yoongi hanya saling diam dengan pikiran yang menggelayut. Kurasa, kami masih terkejut dengan takdir yang tercipta ini.

Malam ini, langit begitu kelam. Namun terasa indah karena ada bintang-bintang yang bersinar. Aku hanya memandang bintang itu untuk beberapa saat.

"Irene."

Min Yoongi memanggil namaku. Hatiku terasa mencelos. Aku dan Min Yoongi saat makan malam tadi hanya saling pandang dengan pikiran masing-masing.

"Irene. You look beautiful tonight." Ucap Yoongi. Aku hanya menyunggingkan senyuman tipis. Angin malam ini berhembus sedikit kencang dan menggoyangkan rambutku.

"Rene."

Aku menoleh padanya. Min Yoongi menatap bawah, memainkan sepatunya dan menggesekannya pada lantai. Tangannya berada di dua saku celananya.

Ia mengenakan kemeja putih dan jas hitam dengan kancing yang paling atas tidak dikaitkan. Rambutnya tertata sedikit rapih, penampilannya agak berbeda dari biasanya yang berpenampilan cuek dengan kemeja kotak-kotak longgar dan celana levis robek di bagian sisi dengkulnya. Aku tidak menyangka bahwa orang itu, lelaki itu adalah Min Yoongi. Maksudku—Hey, siapa sangka bahwa Min Yoongi adalah anak dari seorang pengusaha kaya raya itu? Kalau di kampus ia biasa saja seperti layaknya mahasiswa lain?!

Min Yoongi.
Adalah seseorang yang telah menyelamatkanku di pesta ulang tahun milik Joy. Seseorang yang menolongku dan rasanya pada saat itu aku begitu bersyukur atas kehadirannya. Oh ya ampun aku jadi teringat permainan konyol itu, dan aku tidak tahu jika tidak ada dirinya mungkin aku sudah menjadi pecundang paling tolol di dunia?

Min Yoongi, seseorang yang dengan tidak sengaja bertemu saat di Pantai Busan. Dan, aku pernah menatap sunset bersama dengannya dan itu terasa menyenangkan.

"Iya." Aku menjawab panggilannya. Untuk sesaat atmosfer diantara kami terasa sunyi lagi.

Ia menatapku lekat-lekat. Gerakan mata kami seirama. Lalu ia tersenyum kecil, dan mengalihkan pandangnya dari wajahku ke langit. Sambil menghela nafas.

"Aku hanya heran."
"Apa semua ini hanyalah sebuah mimpi?"

***
Tbc

DELICATE [VRENE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang