Irene sangat bersyukur ketika tiga hari ini, Kim Taehyung tidak menyambangi rumahnya—Rumah Joy lebih tepatnya. Ia kini tengah mencuci pakaian miliknya di rumah bagian paling atas. Lantai tiga dari rumah itu yang dikhususkan untuk tempat laundry. Ia sedang melamun sampai bunyi dari mesin cuci itu berbunyi dan menyadarkan lamunannya. Pakaian yang kering itu ia keluarkan dari mesin cuci lalu di taruh di keranjang biru. Setelah ranjang itu penuh ia lalu berjalan keluar. Hendak menjemur pakaian-pakaiannya di tempat jemur pakaian itu.Ponselnya berdering, dirogohnya ponsel miliknya itu, nama salah seorang teman yang mana mereka sudah berteman baik. Irene menyunggingkan senyuman saat hendak mengangkat telfonnya.
"Hey, Nara?"
"Irene! Apa kabar? Aku kangen padamu." Celoteh suara nyaring itu.
"Baik." Sahut Irene cepat. Sebenarnya dibilang baik pun tidak, Tapi, jika mengatakan tidak baik takutnya malah panjang lebar. Irene tersenyum tipis. "Bagaimana kabarmu? Ah! Kau akan masuk kuliahkan? Tolong berhentilah untuk membolos."
"Ahahaha, Arraseo arraseo. Minggu depan aku masuk kok." Ujar Nara girang. Nara itu selalu menomor sekiankan urusan kuliah, ia lebih memilih menghabiskan waktunya untuk mengikuti kejuaraan dance. Bagi Nara kuliah itu tidak begitu penting.
"Irene, kau tahu? Aku menang dance di festival Tokyo!"
"Ah Jinjayo? Selamat!!"
"Ya. Setidaknya membolos kuliahku tidak sia-sia. Besok aku akan pulang ke Seoul."
"Safe flight!"
"Siap. Kau mau oleh-oleh apa?"
"Apa saja."
"Kalau dibawakan pasir juga mau?"
"Hahaha, jahat."
"Oke. Bye Irene. Sampai jumpa minggu depan di Kampus!"
Nara menutup panggilan telefonnya itu. Irene kembali melanjutkan aktivitasnya yang belum selesai. Malam ini angin berhembus kencang, menggoyangkan dress putih selututnya. Setelah semua pakaian telah dijemur ia lalu mengambil keranjang itu kemudian masuk ke dalam rumah.
Sisa dua hari lagi, Joy juga bibi dan paman akan pulang ke rumah. Sebenarnya kehidupan sendiri ini lebih baik ketimbang bersama dengan mereka. Irene seringkali berpikiran ingin hidup sendiri di Seoul. Namun, Paman dan Bibinya melarangnya, mereka bilang Irene belum bisa dilepas hidup sendiri. Jadi, keinginannya itu ia urungkan dan tetap bertahan disini.
Baru saja ia bersyukur bahwa Kim Taehyung tidak seenaknya datang kesini, saat ini suara bel dari pagar berbunyi. Bel itu terus berbunyi, seperti orang yang bertamu itu tidak mengenal rasa sabar dan meminta segera dibukakan pintu pagar.
Bel itu terus berbunyi, bahkan ketika Irene melangkah menuju pagar besi itu. Dilihatnya Kim Taehyung berdiri disana, sambil berkacak pinggang. Wajah pria itu menegang. Seperti jika di sulut sedikit saja mungkin akan meledak marah-marah.
"Buka Rene!"
"Aku tahu kau disana."
"Buka! Kalau tidak aku akan memanjat pagar rendah ini.""Ada apa?"
"Hanya mampir."
"Kau akan bertindak aneh-aneh."
"Aneh bagaimana?"
"Rene buka!"Dengan ragu, Irene membuka pintu pagar itu. Kim Taehyung langsung masuk kedalam. Pria itu tidak membawa mobil. Ia seorang diri, dan tubuh pria itu bau alkohol.
"Brengsek." Umpat Kim Taehyung sambil melonggarkan kaitan kemeja satinnya. Ia menarik tangan Irene, dengan mudahnya gadis itu terombang ambing.
KAMU SEDANG MEMBACA
DELICATE [VRENE]
Fiksi PenggemarThis is not cinderella story. "Aku akan berada disisimu" "Aku sayang kamu Rene." Silent reader, please go away 18+ Start 6 April 2019 #2 #Vrene 16 mei 2019 #1 #vrene 23 Mei 2020