Airport

2.4K 282 84
                                    

4 years later

Kan sudah ku bilang. Hidup tidak pernah kita bisa prediksi. Bahkan untuk satu menit kedepannya.

***

Bae Irene, wanita yang saat ini duduk sambil menggendong balita berusia 3 tahun itu sesekali menggodanya hingga tawa merekah di bibirnya. Saat sudah bosan gadis kecil itu merengek minta turun seperti ingin menapakkan kakinya di lantai lalu berjalan.

Dengan lucunya dan gemasnya balita itu berjalan mengikuti orang yang lalu lalang. Irene mengejar balita itu sambil memanggilnya.

"Hey, sayang. Kau mau kemana?"
"Kemarilah."

Tentu saja gadis kecil menggemaskan itu tidak mendengarkannya. Dengan perasaan ringan sambil tertawa balita itu terus melangkahkan kakinya hingga menabrak seorang lelaki dewasa. Irene berlari panik lalu segera mengambil gadis kecil itu sambil hendak menggendongnya.

"Ya ampun sayang."

***
Kim Taehyung sudah menjadi penduduk Jerman. Bisakah dikatakan begitu? Bisa saja, ia sudah hidup disana selama empat tahun. Hidup di Jerman membuat hidupnya terasa lebih hidup. Benar kata Kim Seokjin bahwa ia akan jatuh cinta pada negara itu. Ia tumbuh menjadi arsitek terkenal. Bahkan sering bepergian karena banyak klien yang meminta jasanya untuk merancang gedung-gedung besar. Stadion atau pula gallery seni. Kesibukannya itu membuatnya lupa akan satu hal penting, yaitu titik balik hidupnya. Hal yang paling penting yang tertinggal di Korea sana. Tapi semuanya sudah terlambat. Gadisnya sudah menjadi milik orang lain. Perasaan itu ia kubur dalam-dalam. Melupakan kenangan indah beberapa bulan. Bercinta di dalam mobil, bercinta di pinggir kolam renang. Atau pula menggoda gadis itu hingga wajahnya memerah. Perasaan yang membuncah dan berderu, seperti kebahagiaan yang mengawang di angkasa.

Saat ini, ia berada di Bandara. Tengah mengejar pesawat yang akan membawanya ke Manchester. Berulang kali ia mengecek jam di arloji tangannya. Berharap bahwa waktu jangan begitu cepat berdetak. "Sial, aku terlambat." Ucap Kim Taehyung sambil berlari.  Bandara selalu ramai disesaki banyak orang. Secepat-cepatnya ia berlari namun tidak akan pernah bisa berlari layaknya di lapangan kosong. Beberapa kali ia bertubrukan dengan orang-orang dan berakhir dengan ucapan maaf.

Lalu, yang lebih menghentikan langkahnya lagi ketika seorang bayi bertubrukkan dengan kakinya. "Astaga!!!" Untung saja ia tidak menginjak gadis kecil itu. Kalau tidak ini akan menjadi sebuah perkara.

"Bisa kau jaga bayimu dengan baik?" Ucap Taehyung dengan sarkasme pada wanita yang rambutnya di ikat itu. Sejenak, penampilan wanita itu terasa mirip dengan gadisnya. Namun tentu saja, itu bukan gadisnya kan?

"Aku meminta maaf." Ucap wanita itu sambil sesekali menundukkan kepalanya. Lalu sedetik kemudian, saat wanita itu mendongak. Betapa kaget Kim Taehyung saat itu.

Wanita di hadapannya adalah gadisnya. Gadis yang ia sayangi dan cintai. Gadis yang telah menunggunya di Bandara dan ia tak pernah kunjung hadir.

"Re—-ne...." Taehyung terbata melirihkan nama itu. Sama halnya dengan Taehyung. Irene begitu syok hingga matanya membulat.

"K—aau?"

Empat tahun Kim Taehyung tidak bertemu dengan gadisnya. Rasanya begitu membahagiakan meliat wajah cantik itu yang selalu ia rindukan setiap malam.

Namun, semuanya telah berubah. Kim Taehyung menyadari bahwa gadisnya menggendong seorang bayi. Hatinya langsung terasa sakit, mengingat bahwa semua sudah tak sama.

"It's been a long time." Ujar Taehyung saat mereka hanya memandang dan belum juga ada yang bersuara. Masing-masing sedang bergelayut dengan pikirannya yang merangsek di dada. Seolah banyak sekali pertanyaan yang ingin mereka tanyakan.

DELICATE [VRENE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang