21. Berhenti Berharap Lebih

836 41 2
                                    

Berharap sama orang yang tak pasti, ujung-ujungnya hanya bikin sakit hati saja...

🌈

Akhirnya setelah beberapa hari berjuang, tibalah mereka diwaktu penerimaan hasil. 98% siswa siswi SMA Cahaya bisa dinyatakan naik kelas, sedangkan 2% lainnya tidak bisa naik kelas. Itu kesalahan mereka sendiri karena sikap tidak peduli terhadap pendidikan.

"Yeyy!" Sorak Chelsea karena merasa senang karena perjuangannya untuk belajar tidak sia-sia. "Kita udah kelas 11 Kay!" sambung Chelsea lagi.

"Iya."

"Lo kok gitu aja responnya." Chelsea memanyunkan bibirnya bete.

"Terus gue harus apa? Loncat-loncat? Lari? Salto? Buat story keliling sekolah?"

Chelsea tertawa mendengar ucapan Kayla yang bertubi-tubi. "Ya gak gitu juga, seneng kek, ketawa gitu terus meluk gue." Kayla menggeleng-geleng melihat Chelsea.

Ya, siapa bilang Kayla tidak senang, dia senang kok. Tapi apa daya Kayla orangnya memang seperti itu tidak mau menghebohkan sesuatu secara berlebihan. Cukup senang dan bersyukur aja sama Tuhan karena usahanya tidak sia-sia.

Disaat Kayla berbicara dan tertawa bersama Chelsea, seseorang datang menghampiri mereka.

"La, pulang bareng gue ya."

Memang akhir-akhir ini hubungan Kayla dan Gilang semakin deket, tapi setiap ditanya apakah mereka pacaran, jawaban mereka selalu saja sama, 'kita cuman temenan'. Ya, selalu seperti itu. Padahal mereka deket. Apa mereka terjebak friendzone? Entahlah.

"Mau gue nolak ujung-ujungnya lo tetap maksa, jadi yaudah lah gue setuju-setuju aja." pasrah Kayla, karena memang faktanya seperti itu, sudah pernah berapa kali Kayla menolak ajakan Gilang pulang bersama tapi Gilang tetap kekeh mengajak Kayla. Dari pada debat, ya Kayla akhirnya mengalah.

"Idihh, bilang aja lo juga seneng kan gue ajak pulang bareng terus. Ayo ngaku. Jadi cewek jangan terlalu gengsian."

"Gak!"

Gilang tertawa melihat ekspresi Kayla yang terlihat kesal dengan perlakuan Gilang. "Yaudah, yuk!" Tanpa meminta izin dulu, Gilang dengan seenak jidatnya menarik tangan Kayla.

"E-ehh, Chel! Gue duluan."

Dasar memang Gilang ya. Pemaksa.

~~~

Mereka berdua berjalan berinringan, dengan keadaan tangan Gilang yang masih memegang erat tangan Kayla seakan-akan tidak ingin melepaskan Kayla.

Kaylapun tersadar. Dia akhirnya segera menepis tangan Gilang.

"Lepasin kali. Maunya lo megang-megang!"

"Emang gak boleh?" Gilang mengedipkan sebelah matanya menggoda Kayla.

"Gak lah!"

"Yaudah gue rangkul aja, gimana? Mau?" masih dengan tatapan yang menjijikan dimata Kayla. Dasar cowok.

"GILANG!" Kayla berteriak dan mempercepat langkahnya karena mulai merasa malu dengan kalimat-kalimat Gilang yang tidak berpikir dulu sebelum bicara.

Saat Gilang ingin menyusul Kayla, langkahnya terhenti karena tangannya di genggam seseorang. Refleks, Gilang menoleh.

"Eh kenapa Del?" tanya Gilang langsung pada inti.

"Pulang bareng yuk." Ajak Della tanpa basa basi juga.

"Gak bisa."

Langkah Kayla terhenti. Dia tidak merasa Gilang mengikutinya. Oleh karena itu dia menoleh kebelakang mencari sosok yang akhir-akhir ini mengganggu pikirannya. Kayla masih bisa melihat, saat ini Gilang terlihat sedang bicara dengan Della. Sebenarnya Kayla malas buat jalan ke arah mereka tapi mau bagaimana dia sudah bilang mau pulang bareng Gilang, jadi otomatis dia harus ikut Gilang.

KaylaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang