•••
Pengakuan 4:
"Satu yang tidak berani kutanyakan. Apakah perlakuannya padaku sama seperti perlakuannya pada pacarnya dulu? Apa dia memang seperti ini pada setiap perempuan? Jika, itu benar. Maka aku juga punya potensi untuk ditinggalkan" Jang Rae Na.
......
"Bunda?"
Dipeluk bunda yang lagi cuci piring dari belakang.
"Kenapa?"
"Kak Yoon mau ada penelitian ke luar kota minggu depan"
"Berapa lama?"
"Satu bulan. Lama sekali, bunda"
"Ya, nggakpapa. Kan, demi kebaikan Kak Yoon juga"
"Tapi, kan minggu depan aku ujian, bun. Kak Yoon janji mau temenin ke perpustakaan kota"
"Jangan manja kamu. Nanti bunda temenin kalo cuma ke sana"
.
Hari itu tiba. Malamnya, mereka bertemu. Sebentar, Yoongi cuma mau pamit. Tau juga kalo si pacar sedang ujian. Dia harus belajar.
Yang dekat saja. Dibawa ke taman kota. Tapi, mereka jadi canggung. Tidak seperti biasa.
"Hei! Bintang mana yang kamu pilih?"
Rae Na menggeleng saja. Pikirannya kemana-mana. Pasalnya, dia mengira Yoongi hanya sama teman laki-laki. Ternyata ada perempuannya. Tiga katanya. Rae Na jadi setengah kesal.
"Kalau kamu nggak mau pilih, aku pilihkan"
Yoongi nunjuk salah satu bintang. "Itu, aku pilihkan yang itu buat kamu"
Pria Min kembali melanjutkan. "Aku pilihkan yang kecil biar bisa kamu genggam. Bintangnya agak redup. Mungkin kamu perlu membantunya supaya jadi terang. Bantu dia yang kecil itu. Mau, kan?"
Bukan sekedar kata basi. Ada makna di dalamnya. Mungkin Rae Na mengerti. Yoongi harap begitu. Apa kalian juga mengerti?"Aku tidak mau bintang. Aku mau matahari" celetuknya tiba-tiba.
"Apa matahari tidak terlalu panas?"
"Matahari ada setiap saat. Kalau bintang hanya ada saat malam hari"
Obrolan menjadi sedikit serius dan kemana-mana. Hingga Yoongi memutuskan untuk pamit.
"Besok pukul tujuh aku berangkat. Tidak bisa ketemu kamu. Tunggu aku pulang, ya?"
Mengangguk saja. Dia selalu seperti itu.
"Pacarku mau, kan menunggu pacarnya? Pacarnya pasti selalu rindu"
Jangan rindu! Rindu itu berat. Biar aku saja - seketika dilan menjadi backsound.
"Nanti aku akan menghubungimu. Jangan matikan ponselmu"
Lagi, hanya dijawab anggukan.
"Tidak mau bilang sesuatu?"
Kali ini dibalas gelengan. Apa sih maunya ini? Tidak punya mulut? Bisu? Kok nyebelin. Yoongi kan jadi kesel.
Nggak!
Yoongi maklum kok. Pacarnya memang begitu.
"Ya, sudah. Ayo pulang"
Kemudian Yoongi memberi ajakan untuk pulang. Sudah malam. Pacarnya harus belajar. Biar nilainya bagus dan bisa masuk universitas yang sama.
.
Di usap rambut hingga telinga. Yoongi pasti akan rindu saat seperti ini. Rae Na pun pasti akan selalu menanti.
"Sudah. Jangan cemberut. Sampai jumpa satu bulan lagi. Lakukan apa yang kamu suka selama aku pergi. Aku kasih diskon buat pacarku"
"Tapi, aku nggak mau ngasih diskon buat kamu. Soalnya ada banyak barang menarik di sana. Nanti kamu beli dan lupain barang yang lama"
Sedikit banyak, Yoongi mengerti maksud pacarnya ini. "Nggak akan. Percaya sama pacarmu. Dia nggak akan lakuin itu"
"Janji?"
"Janji!"
Diusak lagi rambut pacarnya sambil senyum. Tidak lupa mainin kupingnya sebentar. "Sudah sana masuk"
"Emm, hati-hati" katanya.
"Mau minta oleh-oleh apa?"
"Tidak minta. Kalau dibelikan mau. Aku terima. Heee"
Senyum lebar mengembang. Yoongi jadi semakin gemas. Rasanya tidak ingin pergi saja. Takut kepunyaannya berubah tiba-tiba dan hilang.
Berlanjut••
Asli gak mood nulis. Padahal ide cukup byk di otak. Maaf ya.
Ini aja draft kapan lalu.
Lavyu
Ryeozka
KAMU SEDANG MEMBACA
CRAZY LOVE (END)
Short StoryApa yang kalian pikirkan ketika mendengar kata CRAZY LOVE? Mual? Muntah? Mabuk? Atau yang lainnya. Mari buat cerita sedikit berbeda dengan tokoh utama kita. Jadikan dia sosok pria idaman setiap perempuan. Mari buat cerita sedikit berbeda, dimana cer...