•••
Kata orang, cinta itu mendewasakan.
Berarti Rae Na juga harus dewasa.
Ditinggal selingkuh tidak apa-apa. Rae Na sudah dewasa.
Hari ini, atau mulai hari ini dia harus biasa tanpa pacarnya. Harus rela melihat dia dengan hati lainnya.
Seperti yang dilihat saat ini. Pria itu tampak bahagia dengan selingkuhannya. Ah, maaf. Jujur Rae Na tidak ingin menyebut seperti itu. Tapi, belum ada panggilan yang tepat untuknya.
Rae Na tersenyum. Pacarnya telah menentukan kebahagiaan baru. Dia harus punya keputusan.
'Kak, ayo ketemu sebentar di belakang kantin'
Begitu pesan yang di kirimnya.
.
Benar, mereka bertemu. Senyum tipis Rae Na berikan. Sekedar menunjukkan bahwa dia baik-baik saja.
"Kak, ayo selesai"
"Maksudmu?"
"Kakak sudah jujur. Aku juga mau jujur" menatap mata lawan bicara beberapa detik. Kemudian, melanjutkan. "Sudah lama aku merasa ada yang beda dari kakak. Aku tidak berani tanya. Kupikir mungkin aku terlalu berprasangka buruk sama kakak. Tapi, prasangkaku nyata. Jadi, kupikir kita selesai saja"
"Maksudmu kita putus?"
Dengan berat hati Rae Na mengangguk. Sungguh rasanya tidak kuasa. Rasa sayang itu sangat besar. Bagaimana mungkin begitu mudah mengatakan putus?
"Tepat berusia sepuluh bulan, 10 hari lagi. Ternyata kita tidak bisa menembus angka satu" dengan rasa sesak dan mata yang mulai penuh Rae Na mengatakannya. "Kita masih bisa jadi kakak adek kok, kak. Sepertinya lebih cocok. Semoga kakak lebih bahagia sama kak Soohyeon"
Di tangkup wajah pilu itu. "Sayang-"
Rae Na menggeleng. "Nggak, kak. Kasian kak Soohyeon kalo kakak gini. Dia juga akan ngerasa diselingkuhin nanti"
"Tapi-"
Tangan kanan terulur. Senyum pahit terpancar. Menyambut persetujuan lawan bicara. "Kita kakak adek, kak. Nggakpapa"
Jujur, Yoongi merasa berat. Tapi, dia juga tidak mau menyakiti hati pacarnya lebih lama lagi.
"Makasih, kak. Kalo gitu aku duluan. Sebentar lagi ada kelas"
Berbalik dengan helaan napas berat. Siap melangkah menjauh.
"Tunggu!"
Cepat, Yoongi membalik tubuh itu dan mendekapnya erat. Mungkin sebuah pelukan perpisahan.
.
Berlari gesit menuju lantai tiga. Dengan rasa sesak di dada.
Tidak. Rae Na tidak menangis. Dengan kuat dia membangun sugestinya. Rae Na hanya tidak ingin cengeng.
Deg!
Berpapasan dengan Taehyung di tangga membuatnya terkejut. "Kak Tae?"
"Kenapa lari-lari?"
"Takut telat, kak"
Taehyung mengernyit. Mata anak itu memerah. "Kenapa matamu merah?"
Terdiam sebentar, sebatas mencari alasan. "Merah? Iyakah? Kenapa ya, kak?"
Pura-para panik dan tidak tau apa-apa. Ternyata Rae Na juga pandai berbohong.
"Memang tadi kamu ngapain?"
"Duh, kayaknya aku harus minta obat tetes mata, deh. Kakak punya?"
"Nggak punya. Di ruang kesehatan ada kalau mau"
"Aaah, bener. Ya udah, kak. Aku ke sana dulu"
Kembali berlari ke bawah menuju ruang kesehatan. Buru-buru dia masuk. Naasnya, orang yang tidak ingin dia lihat sementara waktu justru di sana. Duduk di ranjang dengan kedua kaki dinaikkan.
"Rae Na?"
"Kakak? Kakak kenapa di sini?"
"Tadi rasanya lemas. Jadi, istirahat di sini. Kamu ngapain?"
"Mau minta obat tetes mata, kak"
Baiklah, Rae Na harus segera pergi dari sini.
Kembali berlari tanpa peduli sekitar. Hatinya sedang sakit sekarang. Tidak ada waktu merasa malu. Sampai tidak menyadari teman mantan pacarnya mendapatinya dengan heran.
Berlanjut••
Putus kan putus. Rencananya Z selesai. Tp kayaknya lebih. Gimana dong? Gapapa kan?
Lavyu
Ryeozka
KAMU SEDANG MEMBACA
CRAZY LOVE (END)
Short StoryApa yang kalian pikirkan ketika mendengar kata CRAZY LOVE? Mual? Muntah? Mabuk? Atau yang lainnya. Mari buat cerita sedikit berbeda dengan tokoh utama kita. Jadikan dia sosok pria idaman setiap perempuan. Mari buat cerita sedikit berbeda, dimana cer...