•••
(silahkan pakai lagu sendu. Biar menyentuh 🤣🤣)
Ternyata waktu memang tidak bisa bohong. Nyatanya pacar Jang Rae Na ini sudah sibuk menyusun skripsi. Dalam waktu dekat pasti akan meninggalkannya yang masih harus berjuang 3 tahun lagi.
Rae Na setia, tentu saja.
Sekarang anak itu bahkan menemani pacarnya. Dia duduk di tempat tidur sembari bermain dengan ponselnya. Tapi, lama-lama bosan juga.
Dia letakkan ponselnya. Lalu, menatap punggung pacarnya yang bersila kali di lantai beralaskan karpet mengerjakan tugasnya. Laptopnya menyala, banyak tulisan di sana.
Rae Na semakin sadar, pacarnya akan segera pergi meninggalkannya. Kemudian dia mendekat. Memeluk pacarnya dari belakang. Wajahnya dia tenggelamkan pada pundaknya.
Sempat terkejut. Hingga akhirnya memberi elusan pada tangan sang pacar yang melingkar di perutnya.
"Kakak benar-benar mau ke luar negeri?"
"Iya. Ini kesempatan bagus. Ini untuk kita"
"Kenapa harus jauh-jauh?"
Hikkk
"Karena kakak sayang kamu. Pacarmu sangat sayang sama pacarnya. Jadi, dia sedang berjuang yang terbaik untuk pacarnya"
Rae Na semakin menangis. Pelukannya semakin erat. "Nanti kalau aku sendiri bagaimana? Nanti kalau rindu bagaimana?"
Jangankan Rae Na, Yoongi saja sudah khawatir dari sekarang.
Sebagai penenang, akhirnya Yoongi mengecup pelipisnya. "Pacarmu selesaikan tugasnya dulu. Nanti kamu diantar pulang"
Ya, Rae Na di rumah Yoongi. Bahkan di kamarnya.
Kembali mengerjakan tugas. Tetap membiarkan pacarnya memeluk. Membiarkan menangis di pundaknya. Tak peduli jika bajunya basah. Baginya, memberi kenyamanan untuk yang tercinta lebih utama.
.
"Udah, nangisnya"
Yoongi menghapus jejak air mata di pipi pacarnya. "Ayo pamit mama"
Dituntun tangan Rae Na menuju dapur untuk menemui mamanya.
"Ma?"
"Oh? Sudah selesai? Hei, kenapa Rae Na nangis? Yoon, kamu apain?"
"Nggak mau ditinggal, ma"
Mama Yoongi mendekat. Diusap bahu Rae Na yang masih naik turun. "Nggakpapa. Nanti untukmu juga"
"Ma, aku antar pulang dulu"
"Loh, nggak makan dulu?"
"Gimana? Makan dulu, tidak?"
Seperti biasa hanya menggeleng.
"Tante, Rae pamit pulang, ya?"
Dengan suara yang nasih serak Rae Na berujar pamit.
"Jangan tante, mama aja"
"I-iya, ma?"
Jujur ini pertama kalinya Rae Na bertemu Mama Min. Awalnya takut, takut jika tidak diterima. Tapi, salah. Ternyata Mama Min menerimanya dengan baik. Entahlah jiia Papa Min. Rae Na belum bertemu.
.
Tiba di rumah Rae Na sudah petang. Tapi, Rae Na tidak mau turun. Tetap duduk dan memeluk erat Yoongi-nya.
"Hei, sudah sampai. Ayo, turun!"
Tidak mendengar. Air mata Rae Na justru mengalir. Dia menangis dalam diam. Otaknya baru saja memutar apa saja yang terjadi selama ini.
Bagaimana jika terulang lagi?
Rae Na takut, takut sekali. Tapi, sudah harus ditinggal lagi.
"Tidak mau turun?"
Perlahan lingkaran tangannya terlepas. Lalu, turun dari motor.
"Masih menangis, hmm? Nanti pacarmu ini dikira apa-apain pacarnya. Sudah, sekarang buka pintunya"
"Bunda?" Kali ini suaranya lirih.
"Sudah pulang?"
Rae Na langsung memeluk bundanya.
"Hei, kenapa?"
Hiikk
"Kak Yoon mau pergi, bunda. Ninggalin Rae lagi"
"Kan untuk kebaikan Kak Yoon juga"
"Tapi, kan, bun"
"Yoon masuk dulu? Tenangin dulu ini piaraanmu. Manjanya ngalahin anak TK"
"Iya, bun"
Sementara, bunda buat minum di dapur. Yoongi sibuk menenangkan piaraannya, kata bunda.
"Pacarmu ini perginya masih lama. Masih banyak waktu. Nanti kita jalan-jalan bagaimana?"
"Nona Rae Na, jangan bandel. Udah besar"
Itu teguran bunda. Kalau sudah pakai panggilan Nona berarti ada peringatan di dalamnya. Bunda sedang berlaku tegas.
"Ditinggal Kak Yoon nggak balik sukurin!"
"BUNDA!!"
Berlanjut••
Dabel ya, dabel.
Kasian raena atuh. 😆😆
Gak ada yg nangis kan? Nangisnya buat lain kali aja. 😂😂
Lavyu
Ryeozka
KAMU SEDANG MEMBACA
CRAZY LOVE (END)
Short StoryApa yang kalian pikirkan ketika mendengar kata CRAZY LOVE? Mual? Muntah? Mabuk? Atau yang lainnya. Mari buat cerita sedikit berbeda dengan tokoh utama kita. Jadikan dia sosok pria idaman setiap perempuan. Mari buat cerita sedikit berbeda, dimana cer...