CL; C

4.4K 355 90
                                    

•••


Mereka selalu membahas mimpi-mimpinya. Mimpi sederhana mereka, bisa hidup bersama selamanya. Tapi, tidak memaksa jika memang suatu saat harus berpisah karena bukan takdirnya.

Minggu sore ini mereka jalan-jalan di taman kota. Saling bergandeng tangan merasakan kehangatan masing-masing.

Sekilas mereka memang tampak mirip. Jadi, banyak yang mengira mereka kakak-adik. Bukan pasangan kekasih.

"Adiknya buat saya saja, mas"

Ada seorang pria muda yang mereka lewati menggoda. Yoongi memasang wajah dingin. Rae Na menunduk takut. Takut pada pria asing itu. Juga takut Yoongi-nya akan marah.

"Kenapa nunduk?"

Dijawab dengan gelengan. Tapi, tetap menunduk. Jujur Rae Na takut wajah datar dan dingin Yoongi. Jadi, tidak mau menatap.

"Aku nggak marah. Kan, dia yang godain kamu. Bukan kamu yang godain dia"

Si gadis mengangguk. Bingung harus bagaimana.

"Angkat kepala kamu. Coba sini lihat mukanya"

Dengan takut Rae Na menatap pacarnya. "Aku percaya pacarku ini lebih memilih pacarnya daripada laki-laki lain. Kamu sayang tidak sama pacarmu?"


"Sayang, sayang sekali"

"Kalau gitu jangan takut sama pacarmu. Kasian pacarmu. Dia pasti kesulitan buat kamu nyaman"

Si gadis polos mengangguk. Tapi, matanya merah. Tidak tau kenapa sayang sekali sama pacar gombalnya ini. Takut sekali ditinggalkan. Takut sekali pacarnya ini marah padanya. Takut sekali kehilangan cintanya.

Dia tidak pernah punya perasaan setakut ini pada pacar sebelumnya.

Rae Na sayang Yoongi, sangat.

Ryeozka juga sayang Yoongi, sangat. Apakah rasa sayang ini cukup untuk mempertemukan mereka?

"Hei! Jangan nangis dong. Kenapa, hmm?"

"Sayang sekali. Mau peluk. Tapi, banyak orang"

Yoongi tengok kanan-kiri. Ya, banyak orang, memang. "Tidak usah. Mau beli makanan? Apa?"

Dilihatnya kedai-kedai makanan yang ada disana. Hingga menemukan yang paling sesuai dengan si gadis Jang. "Itu!"

Rae Na menarik tangan Yoongi dengan antusias. Membawanya pada kedai yang menjual bakso ikan yang ditusuk dan dibakar. Sangat sederhana. Membeli 100 tusuk pun Yoongi tidak akan merasa kehilangan sebagian uangnya.

"Adiknya ya, mas? Belikan yang banyak, mas" kata ibu penjual, ramah.

Yoongi hanya tersenyum simpul. Rae Na sudah tidak mendengarkan. Dia sibuk memilih banyak makanan sembari makan satu tusuk bakso.

"Sudah, bu. Ini saja" kata Rae Na menyerahkan tiga tusuk bakso.

"Sudah?" Yoongi heran, tadi semangat sekali. Tapi, cuma beli tiga?

"Aku makan dua tusuk. Jadi, semua lima"

Ibu penjual menyebutkan harganya. Lalu, menyerahkan tiga tusuk bakso tadi. Yoongi langsung membayar.

Berjalan menjauh dari kedai. Yoongi bertanya. "Kenapa cuma tiga yang dibawa pulang?"

"Aku udah makan dua tusuk"

"Tidak kurang?"

"Tidak. Satu untukmu, dua untukku"






Berlanjut••

Silakan adaptasikan 🤣🤣

Lavyu

Ryeozka

CRAZY LOVE (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang