•••
Sudah masa magang.
Rae Na kesal. Jadi, dia mengadu pada pacarnya.
"Aku itu maunya magang di taman kanak-kanak. Kenapa malah di SMA, sih?!"
Begitu dia marah-marah sama tunangannya yang jauh di sana. Di layar yang di ajak marah-marah cuma menghela napas.
"Cuma magang, kan? Cuma sebulan. Terima saja"
"Kakak itu nggak ngerti anak SMA kayak gimana. Kakak pernah SMA nggak, sih?! Terus aku harus ngadepin mereka?!"
"Terus kamu maunya gimana? Mau tolak? Mau nilainya dikurangi? Itu karena kamu pintar. Makanya magang di SMA. Harusnya senang"
"Senang, senang! Nggak senang, tau!"
"Calon guru, kok begitu. Nanti muridnya pada takut, sukurin!"
"Aku itu maunya jadi guru anak-anak. Bukan remaja-remaja bandel, rese, nyebelin. Apalagi anak laki-lakinya"
"Kamu juga pernah remaja, sayaaaang"
Yoongi sedikit kesal sebenarnya. Untung cinta. Untung tunangan. Kalau bukan, tidak mau dia nanggapi anak begitu.
"Tau, ah! Kakak malah ikutan nyebelin!"
.
Dua hari magang di SMA, rasanya sudah muak saja. Apalagi dengan tingkah para murid laki-lakinya. Dengan kurangajar banyak tanya.
'Sudah punya pacar?'
'Sudah menikah?'
Banyak lagi yang bertanya tentang kehidupan pribadinya. Itulah yang membuat Rae Na kesal magang di SMA. Tapi, Yoongi tidak mengerti. Mungkin dulu Yoongi salah satu anak yang seperti itu pada mahasiswa magang.
Membawa beberapa buku untuk di kembalikan ke perpustakaan. Rae Na menyusuri koridor. Hingga seorang siswa menyapanya.
"Hai, kak?"
"Oh, hai!"
"Ku bantu?"
"Emm? Nggak usah"
"Nggakpapa" bocah laki-laki itu mengambil buku yang dibawanya.
"O-oh, ya sudah. Terima kasih"
Mereka beriringan. Tapi, saling diam. Sampai berpapasan beberapa siswa yang menyoraki mereka.
Huuuuuu!
Si anak laki-laki tadi hanya senyum.
Sial.
Ini yang Rae Na tidak suka. Karena pengalaman dulu waktu masih sekolah.
"Teman-temanmu?"
Rae Na jadi bertanya.
"Iya"
"Kelas berapa kalian?"
"Kelas tiga"
"Belajar yang benar. Sudah mau lulus"
Sedikit memberi nasihat. Padahal dia sendiri sering dapat nasihat.
"Sudah, terima kasih" mengucap terima kasih saat tiba di perpustakaan.
"Sama-sama, kakak"
Ditanggapi dengan senyum.
"Nama kakak, Rae Na. Betul?"
"Ya. Kenapa?"
"Tidak ada"
.
Hari berlalu,
Beberapa kali Yoongi mendapat aduan dari pacarnya yang merasa digoda oleh muridnya sendiri. Berkali pula Yoongi hanya menghela napas.
"Dia mendekatiku. Aku jadi tidak nyaman. Gimana kalau dia suka aku? Kakak nggak cemburu, hah?! Nggak cemburu?!"
"Tidak, sayaaang~~"
"Kenapa, tidak?! Harusnya kakak cemburu, marah. Kakak tidak takut aku bersama dia?!"
"Apa yang harus kakak takutkan? Aku tau, pacarku bisa menjaga hatinya. Pacarmu itu tau, pacarnya bisa dipercaya. Pacarmu selalu percaya pacarnya"
Yoongi sampai tidak tahu jalan pikiran tunangannya itu. Bisa-bisanya ingin pacarnya marah dan cemburu.
.
'Tidak ada yang bisa diharapkan. Lihat, cincin yang melingkar di jari manis itu. Kamu mau apa? Kita sudah telat'
Yoongi sempat mendengar bisik-bisik karyawan yang sedang istirahat di kantin. Yoongi sadar, yang mereka maksud adalah dirinya.
Dia jadi melihat cincin di jari manisnya. Sejenak tersenyum. Ingat pacarnya yang jauh di sana. Pacarnya yang kelewat kekanak-kanakan. Tapi, ingin mengajar anak-anak. Pacarnya yang akhir-akhir ini mengadu jika disukai siswa di tempatnya magang.
Mengambil ponsel. Lalu, mengirim pesan.
Pacarmu
Hari iniApa pacarku masih
diganggu muridnya?Pacarmu rindu
Berlanjut••
Maafkan kemarin gak bisa dobel. Mau ngetik malah diajak emak jenguk orang melahirkan. Udah beberapa hari lalu sih lahirannya. cuma, karena tetangga jd sering jenguk aja.
Aku punya ini. Up tidak? Baru satu bagian siih. Lanjutannya juga blm ketemu. Judulnya juga blm fix.
Lavyu
Ryeozka
KAMU SEDANG MEMBACA
CRAZY LOVE (END)
Short StoryApa yang kalian pikirkan ketika mendengar kata CRAZY LOVE? Mual? Muntah? Mabuk? Atau yang lainnya. Mari buat cerita sedikit berbeda dengan tokoh utama kita. Jadikan dia sosok pria idaman setiap perempuan. Mari buat cerita sedikit berbeda, dimana cer...