Forty Two

4K 302 25
                                    

Happy reading 📖

---


Chaeyoung duduk di teras balkon kamarnya, memejamkan mata menikmati hembusan angin menerpa wajahnya. Siang ini terlihat lebih gelap, awan hitam menghalangi cahaya matahari menyinari langit langit di sekitar mansion ini. Akhir akhir ini Chaeyoung selalu merasa ada yang memperhatikannya dari kejauhan. Sudah beberapa hari dia tidak melihat Jennie di sekolah, setidaknya biarkan dia melihat wujud dari orang yang dia cinta tidak seperti ini.

Tok tok tok


Seseorang mengetuk pintu kamarnya, Chaeyoung menghela nafas pelan. Dia ingin sendiri sebelum besok harus kembali memasang wajah palsu. Tapi ketukan itu kembali terdengar, akhirnya gadis itu berjalan untuk membuka pintu.

"Rose.." Chaeyoung menghela nafas melihat orang yang mengetuk pintunya itu

"Ada apa?"

"Tidak ada.. Aku hanya ingin mengobrol denganmu" Yoona tersenyum, Chaeyoung masuk kedalam kamarnya tanpa menutup pintu seolah dapat izin Yoona masuk kedalam kamar gadis ini. Chaeyoung duduk di kursi balkon di ikuti oleh Yoona.

Yoona melihat Chaeyoung memejamkan matanya dengan wajah menengadah ke langit. "Rose.." Chaeyoung berdeham masih dengan posisinya. "Aku terkejut ternyata kau memiliki hubungan dengan direktur Kim" Chaeyoung membuka matanya menunggu kelanjutan dari maksud ibu tirinya ini.

"Aku tau karena direktur Kim sendiri yang berbicara kepadaku" Chaeyoung menatap Yoona sedikit terkejut tapi dia masih belum mau membuka suara, membiarkan Yoona bermonolog sendiri.

"Aku melihat sisi lain dari direktur Kim saat menceritakan tentang dirimu kepadaku, dia menitipkan aku pesan untuk mu kau sudah membacanya?" Chaeyoung menggelengkan kepala. Yoona tersenyum lembut dia menggapai tangan Chaeyoung dan mengelus pundak gadis itu.  "Kau harus membacanya, wanita itu sangat mencintaimu Rose."

Yoona membuang pandang kembali ke arah langit. Angin berhembus semakin kencang membuat rambut mereka berantakan. Yoona berdiri lalu memeluk Chaeyoung. Membisikan sesuatu disana.

"Apa yang dilihat belum tentu benar dirasa"

Chaeyoung membeku, dia memikirkan maksud dari ucapan Yoona. Tapi wanita itu sepertinya membiarkan Chaeyoung menebak sendiri apa maksud dari kalimat itu.

"Ayo masuk sepertinya akan turun hujan, anginnya semakin besar"

***

"Ada apa Jennie?" saat ini Jennie sedang berada di ruang kerja Lisa. Menatap lurus gadis kurus itu di sana.

"Katakan" Lisa mengenyitkan dahi. Tidak mengerti maksud dari Jennie. "Katakan Lisa". Itu tidak membantu sama sekali Jennie. Pikirnya.

"Apa sih, kau yang memintaku untuk bertemu tapi menyuruhku mengatakan maksud yang tidak aku mengerti. Jadi orang  jangan terlalu singkat hidupmu singkat baru tau rasa." Lisa mendengus sebal pada Jennie.

"Katakan yang sebenarnya Lisa.. Tentang Rosie" Lisa menghembuskan nafasnya pelan, dia sudah memprediksi ini sebelumnya saat Jennie mengirim pesan kepadanya.

"Aku menyatakan perasaan ku padanya.." Jennie nampak akan mengumpat pada Lisa tapi dia tahan "Eits... Aku belum selesai bicara."

"Waktu itu, aku habis bertemu dengan kerabat ayahku di suatu restoran entahlah aku lupa namanya". Jennie memutar bola matanya. "tak sengaja aku melihat Chaeyoung bersama seorang wanita keluar dari restoran yang sama denganku.. Aku melihatnya seperti tidak nyaman dengan perlakuan wanita itu, akhirnya aku mengikutinya sampai ke sungai han.. Mereka berjalan jalan taklama wanita itu berhenti dan memaksa Chaeyoung untuk berciuman, entah dorongan dari mana aku berjalan kesana dan memukul wajah wanita itu.. Chaeyoung menghentikan aksiku lalu aku membawanya menjauh dari sana, dia berterima kasih kepadaku dan memelukku...

Kau tau Jennie dia melihat mu terkapar di kamar mu sangat khawatir, bahkan dia tidak berhenti menangisi mu sampai kau sadar.. Dan kau kembali membuatnya menangis saat dia dengan wajah gembiranya mencarikan kau bunga yang bagus... Sialan ingin rasanya aku memukulmu tapi aku melihat Nayeon disana dan dia memintaku mengantarnya pulang... " Jennie diam dia ingat saat Chaeyoung menjatuhkan bunga di depan pintu ruang rawatnya.  Lisa kembali melanjutkan ucapannya.

" Dan saat kami kerumah Jisoo, aku habis menghiburnya ketaman bermain disana aku menyatakan perasaanku... Tapi kau tau Jennie, Chaeyoung hanya menganggapku teman tidak lebih.. Dia sudah memilih hatinya untuk mu.. Dan saat kau bilang kau melepasnya aku benar benar marah padamu, dia baru saja tertawa tiba tiba kau membuatnya menangis, hanya itu terakhir kali aku bersamanya.. Taklama Jisoo mendatangi ku dia meminta bantuan ku untuk menjaga Chaeyoung, aku selalu mengikutinya kemanapun dia pergi."

"Aku tau masalah Chaeyoung membuat kita sedikit memiliki jarak... Tapi Jen, melihat dia sudah memilih mu.. Aku, tidak bisa melakukan apapun.. Jadi, aku memutuskan untuk berhenti berharap kepadanya." tatapan Jennie berubah menjadi lebih lembut sekarang. "lagi pula aku rasa aku akan kembali dengan Jisoo.. Sepertinya dia sudah memaafkan aku" Jennie berdiri dia merasa sudah cukup mendengar semua yang Lisa katakan.

"Baiklah Lalisa... Aku harus pergi sekarang." Lisa ikut berdiri dia mengulurkan tangan kehadapan Jennie. "Berteman?" Jennie menatap tangan itu lalu menyambutnya.

"Selamat kembali Lisa"



***

Chaeyoung masih memikirkan perkataan dari Yoona. Apa maksud dari kalimat itu. Dia berjalan ke laci meja belajarnya mencari secarik kertas yang dia simpan disana.


"Dimana ya.. Perasaan aku taruh di sini" Dia mencari kertas itu tapi tidak ada, bahkan dia membuka semua buku yang ada disana memeriksa jikalau kertas itu terselip. Lama hingga dia sudah mengacak acak meja belajarnya itu akhirnya dia menyerah. Dia duduk di kursi itu mengeluarkan handphonenya membaca kembali pesan pesan yang pernah dikirimnya kepada Jennie.

"Kau bahkan tidak menghubungi ku Jennie.. Apa kau merasakan yang aku rasa? Aku rindu padamu Jennie-ya.. Sangat sangat rindu.." Chaeyoung memejamkan matanya membayangkan Jennie berada di sisinya memeluknya erat, menggodanya dan.. Menciumnya..

Tidak dipungkiri bahwa saat ini Chaeyoung merindukan semua sentuhan yang Jennie berikan kepadanya, itu benar benar membuatnya gila.

Taklama handphonenya berbunyi tertera nama Jisoo di sana.

"Yeoboseyo?"

"Ne unnie.. Wae?" Tidak ada jawaban disana, tiba tiba terdengar suara orang yang sangat sangat dia rindukan..

"Rosie..." Chaeyoung membeku mendengar suara Jennie di ujung sana. Air matanya kembali menggenang di pelupuk mata indahnya itu. Dia tidak merasa yakin ini Jennie.

"Bagaimana kabarmu? Ini sudah malam kenapa kau belum tidur? Besok kau harus bangun pagi, pentas akhir... Eum semangat untuk besok, aku akan melihatmu.. Sudah ya aku tutup.. Kau harus segera tidur.. Good night sweetheart. I always miss you, really really miss you so bad"

Sambungan terputus, entah sejak kapan airmatanya sudah mengalir di pipinya. Senyumnya mengembang di sela sela airmata yang turun. Seakan rindunya terbalas walau hanya suaranya saja. Jennie selalu bisa membuatnya menangis. Tapi dia kembali mengingat perlakuan Jennie dengan wanita itu. Hatinya kembali sakit, entah apa yang terjadi besok.




"nado bogoshiposo"







Tbc.

Babak baru dimulai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Babak baru dimulai.. Okay see u soon 🔜

Luv u 💙❤️🐿️

YOU ARE MINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang