Forty Four

4.4K 306 18
                                    

Happy reading 📖



---



Chaeyoung menahan Jennie yang benar benar akan menghampiri Seo Joon. Jennie menatapnya dan tersenyum "Wae?"

"Jika daddy marah bagaimana Jennie?" Jennie mengusap pucuk kepala Chaeyoung "Gwenchana.. Aku akan berjuang untukmu" di kecupnya pelipis Chaeyoung. Gadis itu hanya bisa berdoa dalam hati semoga Seo Joon akan membuka hatinya untuk menerima Jennie.

Saat akan melangkah menghampiri Seo Joon di aula pria itu lebih dulu menyusul mereka ke belakang podium, nampak sekali wajahnya sangat kaku menatap tangan Jennie dan Chaeyoung yang bergandengan. "Rose ayo pulang" Seo Joon menekan setiap kata yang di ucapkannya. Chaeyoung mengeratkan genggaman tangannya pada Jennie.

"Selamat siang tuan Park saya-"

"Rose. Pulang. Sekarang." Seo Joon mengabaikan sapaan Jennie. Chaeyoung menggeleng dan bersembunyi di balik tubuh Jennie. Jennie tersenyum kepada Seo Joon "Tuan Park saya bisa jelaskan-" lagi lagi ucapan Jennie di potong oleh pria dewasa itu.

"Jelaskan apa hah?! Kau membuat keluarga saya malu! Jangan pernah kau dekati putriku lagi! Jauhi dia!" beruntung podium belakang ini sudah sepi, jika tidak mereka akan menjadi perhatian banyak orang saat mendengar bentakan dari Seo Joon.

"Daddy jangan bersikap kasar padanya" Chaeyoung membuka suara masih berada di belakang tubuh Jennie. "Saya tidak bisa menjauhi Rose tuan Park. Dia sudah menjadi bagian dari hidup saya, bahkan kami saling mencintai. Saya akan menjaga putri anda dengan segenap jiwa dan raga saya, saya mohon restui hubungan kami"

Jennie mengelus genggaman tangan Chaeyoung yang semakin mengerat seolah memberi tau 'Semua baik baik saja'. Seo Joon terus menatap manik mata Jennie saat wanita itu berbicara. "Ada satu hal yang harus kau lakukan untuk mendapat restu dari ku Jennie Kim." Chaeyoung dan Jennie sama sama menatap Seo Joon.

"Kita akan bicarakan ini besok berdua di mansion ku." ucap Seo Joon lalu meninggalkan Jennie dan Chaeyoung disana. Chaeyoung melepas genggaman tangan Jennie lalu memeluknya, Jennie membalas pelukan Chaeyoung menghirup dalam aroma tubuh gadisnya.

"Aku akan datang besok" ucapnya masih dengan posisi memeluk Chaeyoung. "Tidak usah khawatir.. Aku akan melakukan apapun untukmu"  Chaeyoung mengangguk dalam pelukannya. Tak lama handphone Jennie berdering, lalu dia mulai mengangkatnya.


"Yeoboseyo?"

"Jennie besok adalah sidang pertama untuk kasus Nayeon, kau diminta untuk menjadi saksi" Chaeyoung melihat guratan wajah Jennie tersirat kelegaan.

"Pukul berapa?" Chaeyoung mengenyitkan dahinya.

"pagi pukul sepuluh" Jennie menatap Chaeyoung, terlihat raut wajah bingung di sana.

"Tidak bisa, aku ada urusan" terdengar helaan nafas di ujung sana Jennie mengusap wajahnya.

"Jika tidak secepatnya Nayeon bisa bebas dari tuduhan karena tidak ada saksi Jennie. Pikirkan ini" sambungan terputus. Jennie menatap handphonenya.




"Ada masalah apa Jen?" Chaeyoung mengelus tangan Jennie, wanita itu menggeleng pelan lalu tersenyum pada Chaeyoung. "anniyo.. Mau ikut kerumah ku?"

Chaeyoung mengenyitkan dahinya rumah yang mana pikirnya, Jennie terkekeh pelan dikecupnya pipi Chaeyoung.


"Mansion Appa maksudku"


***


Jennie menghentikan mobilnya tepat di depan mansion megah milik keluarga Kim. Dia turun lebih dulu dari mobilnya dan membuka pintu untuk Chaeyoung.

YOU ARE MINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang