Menikah bukan lah hal yang Hana inginkan. Jika banyak perempuan menginginkan sebuah pernikahan di umur yang belia dengan lelaki yang mapan, Hana justru tidak mengharapkan hal itu.
Dia baru saja akan memasuki semester 5 perkuliahan, masa kebebasannya udah dirampas aja?
Bagi Hana, menikah sama dengan merampas kebebasannya. Bayang-bayang dia harus melayani suami setiap hari dan enggak bisa melakukan hal yang dia suka menghantuinya. Bisa dibilang mimpi buruk.
Intinya Hana enggak mau nikah.
Tapi sekarang, dia malah udah punya suami. Sialnya suami Hana malah dosennya sendiri.
Hana lantas duduk diatas ranjangnya. Sumpah dia enggak bisa ngomong apa-apa lagi, rasanya bingung. Bingung banget.
"Kenapa?" Seungwoo yang masih berdiri lantas bertanya pada Hana. "kamu masih enggak percaya?"
Hana mengangguk dengan susah payah, "Iya. Saya enggak mau ngalamin pernikahan, tapi bukan berati saya juga mau tiba-tiba dapet suami."
Seungwoo ikutan duduk disamping Hana, ngebuat gadis itu otomatis bergeser kesamping. Hana enggak nyaman deket-deket sama dosennya ini.
"Ya gimana Han, semua ini udah terjadi."
"Tapi kita masih bisa cerai kan Pak?" tanya Hana dengan penuh harap.
"Ngaco kamu, baru dua hari lalu saya nikah sama kamu masa udua cerai," tapi bukan itu jawaban yang mau dia dengar dari Seungwoo.
Serius, bukan itu.
"Tapi kan kita--"
"Saya udah kenal sama kamu satu semester," potong Seungwoo. "saya rasa itu cukup."
"Tapi Bapak enggak cinta sama saya kan?" tanya Hana lagi. Sekarang emang pilihan yang Hana punya cuman satu, meminta Seungwoo untuk menceraikannya. "setau saya orang yang menikah itu harus saling mencintai, kalo enggak ada cinta, rumah tangga enggak akan berjalan dengan lancar."
"Salah, nyatanya orang yang menikah itu harus siap, dalam finansial dan mental. Terutama pihak laki-laki, karena pihak laki-laki adalah orang yang menjadi tumpuan hidup pihak perempuan," balas Seungwoo.
"Emang bapak siap?" tanya Hana bingung. Padahal enggak punya perasaan apa-apa, kenapa Seungwoo enggak mau cerai sama dia?
"Umur saya udah 29 tahun, tentu saja secara mental saya siap membangun rumah tangga. Saya juga udah memiliki pekerjaan tetap yang saya rasa gajinya lebih dari cukup untuk membiayai hidup kita."
Mungkin jika perempuan lain mendengar perkataan Seungwoo barusan akan terharu dan mungkin merasa terbang. Toh memang Seungwoo itu udah mapan dan pas jadi suami. Tapi Hana enggak ngerasa demikian. Gadis itu keliatannya malah enggak suka.
"Tapi kenapa harus saya sih?" tanya Hana bingung, matanya sudah berkaca-kaca sekarang. Hana masih enggak bisa menerima semua ini. "dari sekian banyak perempuan kenapa harus saya yang enggak siap ini yang jadi istri bapak."
"Takdir," jawab Seungwoo cepat. Awalnya Seungwoo akan menjelaskan tapi sepertinya sekarang belum waktunya. Hana keliatan lelah dan mungkin belum siap. "lebih baik sekarang kamu tidur. Kamu cape, kamu butuh istirahat."
"S-saya enggak mau tidur kalo ada Bapak."
Seungwoo akhirnya berdiri, "Yaudah saya pergi." lelaki bermarga Han itu memilih mengalah, dia takut malah membuat Hana lebih stress lagi kalo dirinya masih ada disini.
Setelah Seungwoo pergi barulah Hana menjatuhkan dirinya ke atas ranjang. "Tidur Han tidur, semoga pas bangun ini semua ga bener."
🍓
"Eungh," gadis itu membuka matanya perlahan, setelah benar-benar terbuka baru lah dia melihat jam yang ada di tembok dekat ranjangnya. "oh jam 4 sore."
Hana segera bangun dari tidurnya dan melihat sekeliling, ia tidak menemukan keberadaan Seungwoo disini. "Oh berati tadi cuman mimpi."
Ia turun dari ranjang, lalu berjalan ke arah meja tempatnya untuk meminum air putih karena tenggorokannnya kering. "Hahh," Hana mengusap ujung bibirnya setelah minum lalu kembali melihat keadaan sekitar. Sepi, kadaan apartemennya sepi seperti biasanya.
"Berati tadi beneran mimpi ya," Hana bernapas lega setelah menyimpulkan begitu. "syukurlah. Lagian lawak banget sih, masa nikah sama Pak Seungwoo."
Tiba-tiba saja ponselnya bergetar, ada telpon dari Yohan. Tanpa menunggu lama Hana segera mengangkat telpon dari temannya itu. "Apa?" tanyanya ga pake basa-basi.
"Salam dulu kek Han."
"Elu kan Setan Han, kalo gua bilang salam ntar elo menyublim."
"Sialan."
"Kanapa nelpon?"
"Sini ke apartemen gua, Jungmo lagi taktiran. Doi bawa banyak makanan."
"SERIUS??" Hana langsung bersemangat mendengar itu. Siapa juga yang enggak bersemangat mendengar Jungmo bawa banyak makan? Mana lagi Hana kan suka makan. "GUA OTW 10 MENIT LAGI, JANGAN DIABISIN MAKANNYA."
"Ashiappp."
"Anjir kok elu kek Atta geledeg sih?"
"Ya kan gua Yohanlilintar."
Hana auto sweatdrop. "Gua pecat elo jadi temen dah."
"Ih jaat."
"Emang."
"Ih!"
"Bye Yohan geledeg." Hana lagi-lagi menutup telpon dengan sepihak lalu cepat-cepat pergi ke kamar mandi. Dia harus cepat-cepat sampai ke apartemen Yohan sebelum lelaki bermarga Kim itu menghabiskan semuanya.
Yohan kan lambungnya lima.
"Yeyy makanan gratis yuhuuuu!"
🍓🍓
YOU ARE READING
Unbelievable Husband • Han Seungwoo
Fanfic"Pak Seungwoo ngapain ada di apartemen saya?" "Lah, saya kan suami kamu." "HAHH?" ... Tentang dia, Son Hana, perempuan yang takut menghadapi pernikahan, dan dia, Han Seungwoo, suami yang patut diberi cap luar biasa untuk semua usahanya menghadapi sa...