4

26.9K 3.7K 364
                                    

Tentu saja pas Hana pulang teman-temannya langsung kebingungan. "Loh Han. Katanya enggak akan balik?"

"Ada urusan," Hana hanya menjawab begitu, toh enggak mungkin dia jujur kalo Seungwoo mau ngejemputnya. Bisa jadi bahan omongan satu kampus dia.

"Mau gua anter baliknya ga?" tawar Jungmo, iya emang raden Jungmo itu baik--meskipun kadang masih suka sombong. Tapi kali ini Hana menolak. "Enggak. Gua sama greb."

Dosen sendiri dibilang greb.
Kurang ajar.

"Kebawahnya mau gua anter ga?" tanya Yohan selaku pemilik apartemen ini.

"Ga usah, ga akan diculik kok. Lagian ga akan nyasab juga," balas Hana lalu berjalan kearah pintu. "bye guys, sampe ketemu di rapat ospek ketiga nanti~"

"Bye Hanaa, hati-hatii."

Setelah mendapatkan ijin pulang, Hana cepat-cepat turun, soalnya risih, ponselnya udah berisik banget sama telponnya Seungwoo.

Padahal cuman tunggu doang bentar astaga, dikira dari lantai 6 ke tempat dia markirin mobil itu deket, emang Hana superhuman apa?

"Lama," kata Seungwoo setelah Hana masuk ke mobil tentunya.

"Pak, saya ini Hana bukan superhuman, dikira dari lantai 6 kesini deket apa?" balas Hana judes. Manusia kurang ajar sekali emang dia ini.

Seungwoo menghela napasnya, anak ini menyebalkan ternyata. "Saya cuman takut kamu kenapa-napa, abisnya lama. Mana kamu enggak ngangkat telpon saya."

"Ribet kalo jalan sambil telponan," balas Hana lalu ikutan menghela napasnya. Ternyata Seungwoo khawatir padanya, Hana jadi enggak bisa marah kan abis ngedenger itu.

"Yaudah, yang penting kamu enggak kenapa-kenapa," ucap Seungwoo lalu tersenyum manis. Hana sedikit tertegun melihatnya. Dia baru menyadari kalo dosen filsafatnya ternyata ganteng juga kalo senyum.

Pantes aja cewek dikelas suka caper kalo Seungwoo masuk.

Kalo Hana sih enggak, ngedenger filsafat aja dia udah terlalu males, apalagi buat merhatiin Seungwoo. Lagian Hana selalu tidur dikelas filsafat.

Seungwoo mulai menjalankan mobilnya, sedangkan Hana hanya diam sembari ngeliat ke arah jalanan. Pikirannya kacau.

Ternyata soal Seungwoo yang menjadi suaminya itu bukan mimpi, tapi beneran.

Sialnya Hana juga enggak bisa ngelak hal itu. Hana juga enggak bisa nolak. Bisanya cuman nurut karena dia masih takut dengan acaman Seungwoo.

Kan bahaya kalo pentabnya kebagi jadi dua bagian.

"Udah sampe, kamu enggak mau turun?" tanya Seungwoo tiba-tiba, membuat Hana tersadar dari lamunannya.

"Eh iya," Hana cepat-cepat membuka pintu mobilnya dan turun dari mobil. Hana jalan duluan sementara Seungwoo ngikutin dia dari belakang, sampai kedepan pintu apartemen pula. Jujur aja Hana risih ngeliat hal itu, "kok bapak ngikutin saya sih?"

"Kan saya suami kamu, Hana," balas Seungwoo.

"Tapu emangnya harus ngikutin saya? Lagian kenapa bapak enggak pulang ke rumah bapak aja sih?"

"Ya kan sekarang rumah kamu rumah saya juga."

"Aaaa," Hana enggak bisa berkata-kata lagi.

"Lagian saya juga udah tau password apartemen kamu, jadi tetep bisa masuk meskipun kamu enggak ngijinin."

Eh sialan, Hana lupa tentang hal itu. Sialan. Pada akhirnya Hana hanya bisa pasrah dan memasuki apartemennya dengan pipi yang dikembungkan.

Seungwoo tertawa dalam hati ketika melihat hal itu. Entah cuman perasaannya atau emang cewek yang kini bermarga Han itu benar-benar lucu ketika ngambek seperti ini. Rasanya Seungwoo pengen nguyel pipinya Hana, tapi takut anak itu malah ngambek.

Unbelievable Husband • Han SeungwooWhere stories live. Discover now