03

430 42 0
                                    

Yena's POV

"YENA!" teriaknya lalu mendorongku.

BRUK!

Aku terjatuh. Kepalaku membentur kaki meja. Bahkan kacamataku terlepas dan retak.

Aku berusaha bangun. Punggungku rasanya sakit karena membentur lantai.

"Yeonhee, bukankah kau keterlaluan?" tanya Eunbin, salah satu teman Yeonhee.

"Memangnya aku peduli?" tanya Yeonhee.

"Bagaimana jika guru tahu?" tanya Eunbin.

"Dia tidak akan berani melapor," jawab Yeonhee.

Aku meraih kacamataku lalu memakainya lagi. Aku tidak peduli meski sudah retak. Setelah berhasil berdiri, aku menatap mata Yeonhee dalam.

"Apa?!" tanya Yeonhee.

"Aku bahkan tidak melakukan kekerasan kepadamu," ucapku.

"Kekerasan?" Yeonhee tertawa lalu mendorong dahiku dengan salah satu jarinya. "Pilihan katamu terlalu ambigu. Jangan bilang seperti itu. Orang lain bisa salah paham."

Aku mencengkeram tangan Yeonhee yang ada di hadapanku. "Jangan kira aku tidak bisa melawan."

Yeonhee memandangku tidak percaya lalu menamparku lagi.

"Jangan bermain denganku," ucapnya.

"Tentu saja aku tidak akan bermain denganmu. Aku mana berani? Meski kau yang salah, pasti tetap aku yang disalahkan," jawabku.

"Wah, Yena. Aku kehilangan kata-kata. Jadi, sekarang kau sudah berani bicara balik kepadaku?" tanya Yeonhee lalu melemparkan kotak pensil miliknya ke wajahku.

Kacamataku jatuh lagi dan makin retak.

Aku memandang ke sekelilingku. Ternyata banyak siswa yang menyaksikannya dari luar kelas. Dan aku berhasil menangkap kehadiran Lee Jeno.

Aku segera memalingkan wajahku.

Bagaimana ini? Dia melihat wajahku saat tidak memakai kacamata. Dia pasti bisa mengenali bahwa aku adalah Lora.

Beberapa saat kemudian, ada seseorang yang menarik tanganku. Aku langsung melihat siapa orangnya.

Kak Haechan.

Ia menarikku hingga keluar kelas. Aku bisa melihat bahwa seisi kelas memperhatikanku dan membicarakannya.

Setelah cukup jauh dari kelas, aku melepaskan genggamannya.

"Kak, jangan ikut campur," ucapku pelan.

"Jangan ikut campur apanya?!" ucap Kak Haechan kesal. "Siapa nama anak itu? Yeonhee? Kang Yeonhee?"

"Udah--"

"Ayo kita lapor ke kepala sekolah," potong Kak Haechan. "Banyak yang menyaksikannya. Pasti semuanya menyalahkan Yeonhee."

"Percuma, Kak," jawabku.

"Apa?"

"Kau tahu sendiri. Orang tua Yeonhee memiliki saham di sekolah kita," ucapku.

"Lalu apa hubungannya dengan saham? Memangnya ia bisa seenaknya memperlakukanmu seperti itu?"

"Udah, Kak," ucapku lalu meneteskan air mata. "Udah. Gak perlu lawan dia."

"Yena," panggil Kak Haechan pelan. "Ayo kita laporin aja."

"Gak usah memperparah masalah ini. Udah, kakak diem aja! Bisa denger gak sih?!" bentakku sambil terisak.

Gambler; JenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang