35

184 24 0
                                    

Yena's POV

Aku sudah memakai dress. Aku sudah memakai lensa kontakku. Aku sudah merias wajahku. Aku juga sudah merapikan rambutku. Sekarang, aku hanya perlu menunggu jemputan dari Jeno.

"Yena." Kak Haechan tiba-tiba membuka pintu kamarku.

"Hm?"

Kak Haechan terkejut dengan penampilanku. Aku memang tampak sangat berbeda dari biasanya. Ia juga tidak pernah melihatku berpenampilan seperti ini.

"Kau mau berjudi lagi?"

Karena ia sudah tahu, aku tidak perlu menutupinya lagi.

"Iya."

"Ada yang menemanimu?" tanyanya.

"Ada Kak Mark dan Jeno," jawabku.

"Pulang jam berapa?"

"Entahlah. Paling lambat pukul dua pagi."

"Kau tidak melakukan hal yang buruk selain berjudi kan?" tanya Kak Haechan.

"Aku minum," jawabku.

"Selain itu. Seperti sesuatu yang lebih buruk lagi. Kau mengerti maksudku, kan?"

"Ah, tidak, kok. Aku tidak semurah itu," jawabku.

Kak Haechan mengangguk. "Pastikan dirimu baik-baik saja."

"Tentu," jawabku.

"Kapan Jeno akan menjemputmu?"

"Sekitar sepuluh menit lagi."

"Kalau begitu, aku mau bicara sebentar," ucap Kak Haechan lalu duduk di ranjangku. Aku ikut duduk di sebelahnya.

"Bicara apa?" tanyaku.

"Kapan kamu mau ceritain semuanya ke mama papa?" tanya Kak Haechan.

Aku terdiam.

"Mereka terus bertanya padaku. Aku terus bilang ke mereka supaya tidak khawatir. Mereka percaya padaku. Tapi, seharusnya kau menjelaskannya, kan?"

"Aku masih belum tau kapan aku harus memberitahu mereka," jawabku. "Orang tua mana yang memperbolehkan anaknya melakukan hal ini?"

"Lebih baik kau memberitahu semuanya langsung kepada mereka. Itu lebih baik daripada mereka mendengarnya dari orang lain."

"Aku takut, Kak," jawabku. "Mungkin aku akan memberitahunya saat aku berhenti."

"Kapan kamu mau berhenti berjudi?"

"Aku tidak tahu..."

Kak Haechan menghela napas. "Kau harus memikirkan mereka juga. Kau punya keluarga. Kau bukan anak yatim piatu yang bisa hidup sesukamu. Meski selama ini kau lebih lama bersama keluarga Kak Mark, tapi kau harus tetap ingat dengan orang tua kandungmu."

"Iya..."

"Mama papa sudah memberi kamu banyak kebebasan selama ini. Mereka memperbolehkanmu keluar saat malam. Mereka menuruti semua keinginanmu. Mereka juga tidak melarangmu ke mana pun. Apa kau pernah memikirkan mereka juga?"

Aku menundukkan kepalaku.

"Mereka selalu merindukanmu. Tetapi, saat kau pulang ke sini, suasana menjadi canggung. Mama papa seakan-akan memiliki jarak denganmu. Kau memiliki ikatan yang kuat dengan keluarga Kak Mark. Tetapi, tidak dengan keluarga kandungmu sendiri."

Aku menganggukkan kepalaku selama mendengarkan ucapan Kak Haechan.

"Aku juga merasa sangat kehilangan. Aku tahu kenyataan bahwa aku memiliki adik kembar. Tapi, aku tidak pernah benar-benar bicara dengannya. Terkadang aku merasa sedih dan kesepian. Tetapi, setiap kita bertemu, kau selalu menghindariku."

Gambler; JenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang