31

213 26 0
                                    

Author's POV

"Memangnya kenapa? Kita bertunangan juga karena bisnis," ucap Mark.

"Bagaimana jika aku bilang bahwa kita bertunangan karena aku menyukaimu?"

Mark terdiam.

"Mark?" panggil Yeri.

"Hm."

"Kenapa kau tidak menjawab pertanyaanku?"

"Konyol. Kita hanya alat yang digunakan orang tua kita untuk menghasilkan uang," jawab Mark.

"Tidak, Mark. Aku benar-benar menyukaimu," ucap Yeri. "Meski kau menganggapnya sebatas bisnis, aku menganggapnya sebagai ikatan."

Mark terdiam lagi.

"Saat kau mengakhiri pertunangan kita, rasanya sesak. Padahal itu bukan hubungan sungguhan. Tapi, aku tidak bisa menerimanya," ucap Yeri.

Yeri kembali berusaha menggenggam tangan Mark. Kali ini, Mark tidak menepisnya. Mark tidak menggerakan tangannya sama sekali. Ia mempasrahkan tangannya ke dalam genggaman Yeri. Mata Mark juga sudah mengarah ke Yeri.

Mata Yeri berkaca-kaca. "Apa kau mau mendengarkanku sekarang?"

Mark menatap mata Yeri sebentar lalu mengalihkan pandangannya ke arah lain.

"Karena kamu tidak menjawab, aku akan langsung menceritakannya saja, ya?" tanya Yeri.

Yeri pun menjelaskan semuanya kepada Mark. Bahkan, ia menjelaskan lebih banyak kepada Mark daripada kepada Yena. Mark yang mendengarnya itu tidak berkomentar apapun.

"Aku minta maaf lagi." Air mata Yeri mulai turun. "Aku tahu kalau aku tidak pantas dimaafkan. Aku membuat Yena terluka."

Yeri melepaskan genggaman tangannya dengan Mark. Tetapi, Mark menarik tangannya kembali ke genggamannya.

Yeri membulatkan matanya. "Mark?"

"Terima kasih sudah menolong Yena," ucap Mark.

Yeri mengangguk. "Terima kasih sudah mau mendengarkanku."

Yeri melepaskan genggaman tangannya dengan Mark. Yeri menghapus air matanya.

Mark memperhatikan gerak-gerik Yeri. Saat Yeri selesai menghapus air matanya, Mark langsung mengganti posisinya menjadi duduk dari berbaring.

Mark mendekati Yeri lalu langsung memeluknya. Yeri yang terkejut itu membalas pelukan Mark. Tangisannya kembali pecah. Sedangkan Mark mengembangkan senyumnya sambil mengelus rambut Yeri.

***

Yena melakukan check-up setelah ia keluar dari ruangan Mark tadi. Ia membiarkan Mark dan Yeri berbicara secara privat.

Setelah selesai diperiksa, ia kembali menuju ruangan Mark. Namun, ia memutuskan untuk menunggu di luar lebih dahulu. Ia tidak ingin mengganggu waktu Mark dan Yeri.

Jeno
| mau dinner?
| anggap aja date
| kkkkkk

Yena
| di mana?

Jeno
| adaa
| dua jam lagi aku jemput

Yena
| ok kkkk

Yena tidak bisa menghilangkan senyum dari wajahnya. Ia pun kembali mengingat ucapan Jeno sewaktu di mobil. Itu membuat senyumnya semakin tidak bisa menghilang.

Setelah menunggu tiga puluh menit di luar, Yena pun mengetuk pintu ruangan Mark. Setelah itu, ia masuk. Yeri masih duduk di sebelah ranjang Mark. Mark juga masih duduk di ranjangnya.

Gambler; JenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang