19

210 24 2
                                    

Somi's POV

Aku menggigit kuku sejak tadi. Ada sesuatu yang sejak tadi aku pikirkan setelah berkunjung ke rumah Yeonhee.

Lee Yena? Marganya sama dengan Lee Lora. Wajah mereka juga mirip. Apa mereka kembar? Tetapi kenapa Yeonhee bilang bahwa saudara kembarnya adalah Lee Haechan?

Mereka kembar tiga atau bagaimana?

Aku yakin sekali ikat rambut yang dipakai Yeonhee tadi adalah pemberianku ke Lora. Aku menaruh GPS di sana. Aku mengetahui rumahnya dari sana. Aku juga mengetahui sekolahnya. Tapi, kenapa itu sekolah Lee Yena? Bukan Lee Lora?

Kenapa Lee Yena dengan mudahnya memberikan ikat rambut itu kepada Yeonhee? Padahal Yeonhee memberitahu padaku bahwa ia selalu menindas Yena.

Apa Lora sudah mengetahui ada GPS di sana? Sehingga ia memberinya kepada Yena? Lalu Yena memberinya kepada Yeonhee?

Aku mengacak rambutku.

Apa sih yang aku pikirkan? Kenapa sangat rumit? Kenapa aku tidak menemukan jawabannya?

Aku sudah memiliki bawahan yang bertugas mengintai Lee Lora. Aku juga sudah mengetahui rumah barunya berkatnya. Aku sudah tidak berpatok pada GPS di ikat rambut lagi sejak itu.

Aku ingin membunuhnya.

Aku beruntung karena Lora tidak sepintar yang aku pikirkan. Ia sama sekali tidak tahu bahwa aku yang selalu mengancamnya. Namun, mengenai ikat rambut itu, mungkin ia sudah mengetahuinya.

Tapi, kalo Yeonhee selalu menindasnya, bagaimana jika Yeonhee mengambil paksa milik Yena? Ia bisa saja berbohong bahwa Yena memberinya secara cuma-cuma. Kalau begitu, artinya Lora tidak mengetahui tentang GPS.

Nah, masuk akal.

Lora, sebenarnya kau siapa? Dan apa hubunganmu dengan Yena?

Selama empat tahun terakhir, aku ingin membunuhmu. Kenapa kau tidak mati-mati juga?

Hidupku adalah definisi dari sempurna sebelum mengenal dirimu.

Aku adalah Jeon Somi, perempuan yang paling sempurna di bumi ini. Tapi kau menghalangiku.

Kasino milik keluargaku bernama D'Elle Casino. Bukan Lora Casino. Kau merebut semuanya dariku. D dari nama kasino itu adalah inisialku, Douma.

Aku adalah pewaris perusahaan yang paling sempurna di dunia. Aku punya semuanya. Aku adalah orang yang terbaik.

Tapi kenapa harus ada dirimu, Lora?

Kenapa kau selalu saja mengalahkanku? Aku tidak mau ada orang yang bisa mengalahkanku.

Aku mengingat kembali foto Yena yang Yeonhee perlihatkan. Kenapa dia sangat mirip dengan Lora?

Memikirkannya membuatku pusing. Aku harus menyelesaikannya secepatnya.

Aku mengeluarkan ponselku lalu menghubungi salah satu bawahanku.

[Ada yang bisa dibantu, Nona?]

"Rencanakan pembunuhan untuk Lee Lora."

Tut.

Ada dua kemungkinan.

Pertama, Lee Yena adalah saudara kembar dari Lee Lora.

Kedua, Lee Yena adalah Lee Lora.

***

Yena's POV

Aku baru saja kembali dari hutan bersama Mark. Aku sudah selesai latihan menggunakan pistol. Sekarang, kita berdua berada di ruang penyimpanan milik Mark di vilanya.

"Apa kau bisa menggunakan sniper?"

"Tentu aku bisa. Aku Mark Lee," jawab Mark.

Mark membuka loker lainnya. Di lemari kali ini, terlihat banyak macam sniper. Mark mengambil yang paling besar di sana lalu mengisi pelurunya.

"Waw. Ini kali pertama aku melihatnya," ucapku kagum.

"Norak," jawab Mark.

Mark membuka loker yang lainnya. Ia mengambil sebuah tas besar dari sana. Kemudian, ia meletakkan senjata itu di dalam tas. Ia menentengnya hingga ke luar vila.

Sesampainya di hutan tempat aku latihan, Mark mengeluarkan tas dari bagasi mobilnya. Ia membuka resleting tas itu lalu mengeluarkan sniper miliknya.

Mark membidik salah satu papan target yang sangat jauh dari kita berdua.

DOR!

Lagi-lagi, ia tepat sasaran.

"Aku mau mencobanya," ucapku.

Mark menatapku ragu lalu menyerahkannya. "Kau harus fokus. Lihatlah dari lubang ini. Jika sudah yakin, tembak."

Aku mengikuti instruksi Mark lalu mencoba menggunakannya.

DOR!

Mark melihat letak peluru yang baru saja aku tembakkan.

"Not bad. Tapi masih kurang tepat. Aku rasa tanganmu masih bergetar."

"Iya. Tadi tanganku sedikit bergetar. Bagaimana cara--"

"Sudah, jangan belajar memakai sniper," ucap Mark lalu mengambil senjata itu dariku.

"Kenapa? Aku mau belajar. Ayolah, Mark." Aku merengek. "Ini lebih seru daripada pistol biasa."

"Untuk apa kau belajar sniper? Seperti mau membunuh orang saja. Pistol itu untuk melindungi diri. Aku sengaja mengajarkanmu itu."

Aku rada kecewa dengan Mark. Tapi yang ia katakan itu benar juga. Aku tidak mungkin membutuhkan sniper. Kecuali aku ingin membunuh orang.

"Kerja bagus. Sekian untuk latihan hari ini." Mark membuka pintu penumpang depan. "Masuk."

Aku mengikuti perintahnya. Kemudian, Mark masuk ke bangku pengemudi. Ia menjalankan mobilnya kembali ke vila.

"Kenapa kembali ke vila?" tanyaku.

"Menaruh senjatanya, lah, Bodoh. Masa aku membawanya ke rumahku?"

Drrrrt... Drrrrt...

Aku bertukar pandang dengan Mark ketika mendapat panggilan itu lagi. Aku menerimanya lalu menyalakan loudspeaker.

[Tolak ajakan Tuan Ten atau kau akan mati.]

Tut.

Aku mengerutkan dahi. Apa maksudnya? Tuan Ten?

"Tuan Ten siapa? Tamu lagi?"

"Iya. Aku lupa memberitahumu. Tuan Ten akan datang ke Korea tiga hari lagi. Dia sangat terkenal dengan triknya. Kau harus hati-hati."

"Hei, aku Lee Lora. Aku tidak mungkin bisa dikalahkan dengan trik apapun. Tidak perlu khawatir untuk itu," jawabku.

"Dasar. Kau dan kesombonganmu itu."

"Tapi kenapa kau mendapat informasi sedangkan aku tidak?" tanyaku.

"Setiap ada yang meminta nomormu, pasti kau tidak mau memberinya. Mau tidak mau, aku yang menjadi perantara. Lama-lama aku bisa dikira asistenmu," jawab Mark.

"Tentu saja. Kau memang asistenku."

"Kurang ajar," ucap Mark. "Yena, kau akan ikut bermain dengan Tuan Ten?"

"Tentu saja. Semakin aku diancam, semakin aku tertantang. Aku tidak akan membiarkan Somi menyingkirkanku."

"Meski kau sudah diteror seperti itu? Kau masih tidak takut? Somi juga bisa semakin ganas. Kau tidak takut mati?"

Aku terdiam cukup lama. "Aku akan berhati-hati."

==========

Gambler ㅡ 19
14-07-2019

Gambler; JenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang