38

174 25 0
                                    

Author's POV

"Jeno, kau bilang Lora sempat menyuruhmu untuk membawa pistol, kan?" tanya Somi.

Lora membulatkan matanya. "Apa maksudmu?!"

Jeno mengangguk ragu. "Iya."

Somi tertawa. "Bukankah ini sudah jelas? Kau sudah merencanakannya kan?"

Lora menatap sinis Somi. "Janganlah menuduh orang lain."

"Lora, kalau bukan kamu, siapa lagi? Oke, mungkin kamu tidak melakukannya saat kamu sadar. Tapi, tidak menutup kemungkinan bahwa kau melakukannya saat kau mabuk."

"Aku tidak melakukan apa-apa saat mabuk! Aku ingat sekali!" seru Lora.

"Serahkan saja dirimu ke kepolisian. Kita semua akan menutup mulut. Lagipula kita akan rugi jika membuka mulut," ucap Somi.

"Itu benar, Nona Lora. Kau langsung mengakuinya saja," tambah Johnny.

Kali ini, Lora menatap Johnny. "Tuan Johnny? Are you serious? Ini hanya spekulasi."

Johnny mengangguk yakin. "Hanya itu yang bisa kau lakukan. Jika bukti lain ditemukan, itu bisa menambah hukumanmu."

Lora memegangi pelipisnya. Ia tampak tidak percaya dengan apa yang sekarang ia hadapi. Kenapa juga dirinya harus dituduh sebagai pelaku pembunuhan? Dirinya yakin bahwa ia tidak melakukannya. Tetapi, mendengar Somi mengatakannya, membuat dirinya goyah. Ia bahkan tidak percaya dengan dirinya sendiri.

Apa benar aku yang melakukannya?

***

Yena sedang dalam perjalanan pulang ke rumahnya. Ia terus-menerus menggigit buku-buku jarinya.

"Kenapa kau gelisah begitu? Bukankah dirimu tidak melakukannya?" tanya Mark.

"Aku tahu itu. Tapi, mendengar ucapan Somi membuatku terus kepikiran," jawab Yena.

"Sadarlah, Yena! Kau tidak melakukannya, kan? Jangan mengkhawatirkannya," ucap Mark.

"Tapi aku terus memikirkannya!"

"Pikirkanlah hal lain. Abaikan saja kata-kata Somi. Ia hanya mengarang cerita," ucap Mark.

"Tapi, yang ia katakan itu sangat masuk akal."

"Lalu, kau mengakui bahwa kau membunuhnya?"

"Aku tidak tahu. Itu sudah larut malam. Aku juga minum sangat banyak. Aku ingat bahwa aku tidak mabuk. Tapi, apakah aku mabuk? Apa aku hanya berhalusinasi?"

"Kau sangat kuat minum, kan? Apa kau yakin kau mabuk?"

Yena mengacak rambutnya sendiri. "Aku bisa gila!"

Mark menatap Yena sebentar lalu menepikan mobilnya.

"Kau seperti bukan dirimu. Apa kau baik-baik saja?"

"Kau masih tanya?!" bentak Yena.

"Apa kau mau latihan?" tanya Mark.

"Latihan apa?"

"Menembak," jawab Mark.

***

Mark dan Yena sudah sampai di vila milik Mark. Mereka masuk ke ruangan senjata milik Mark.

"Pilihlah senjata yang ingin kau pakai," ucap Mark.

Yena mengerutkan dahi. "What?"

"Anggap saja untuk melepas stres," jawab Mark lalu mengambil beberapa papan kayu.

Gambler; JenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang