23

204 23 0
                                    

Yena's POV

Aku masuk sekolah seperti biasa. Tidak ada yang berubah. Aku masih menjadi orang buangan di kelas. Yeonhee juga tetap saja berkuasa.

"Apa kau membawa buku Mat?" tanya Yeonhee.

"Pinjamlah dari kelas lain. Gak modal banget sih," jawabku.

"Hei, Yena." Yeonhee mendorong bahuku. "Kau pikir kau siapa? Cepat berikan bukumu!"

Aku menatapnya sinis. "Kau juga siapa?"

Yeonhee langsung menarik tasku lalu membalikkannya. Semua barang milikku pun jatuh ke lantai. Satu kelas langsung melihat ke arah kita.

Mataku sudah berkaca-kaca melihatnya. Yeonhee membungkuk lalu mengambil buku Matematika milikku.

"Nah, ini ada," ucap Yeonhee lalu memukul kepalaku dengan buku itu.

"Beresin," ucapku.

"Hah? Apa kau bilang?" tanya Yeonhee.

"Beresin barang-barangku. Kau yang mengeluarkan semuanya!"

"Konyol. Jangan pikir aku mau menuruti keinginanmu," jawab Yeonhee lalu kembali duduk di tempatnya.

Aku hanya bisa menahan tangisku. Aku pun mengambil semua barangku di lantai dan menaruhnya lagi di tas.

***

"Oi, Yena!" panggil Jeno.

Aku pun menoleh lalu menghampirinya.

"Bagaimana Mark?" tanya Jeno.

"Dia sudah sadar semalam. Kau mau menjenguknya?"

"Tentu. Ayo," jawab Jeno.

Aku pun menaiki motor Jeno. Kita berdua menuju rumah sakit.

Setelah sampai, aku dan Jeno segera menuju ruangan VIP milik Mark.

"Yo, Mark," sapa Jeno ketika baru saja masuk.

Mark yang sedang memainkan ponselnya itu langsung menaruhnya di meja.

"Yo," balas Mark lalu menatapku. "How's school?"

"Don't talk about school," jawabku.

"Kang Yeonhee lagi?" tanya Mark.

"Tentu. Siapa lagi?"

"Besok kau akan tetap bermain?" tanya Mark.

"Tentu saja," jawabku.

"Bagaimana denganmu?" tanya Mark pada Jeno.

"Aku ikut juga," jawab Jeno.

"Tolong jaga Yena," ucap Mark. "Dia baru saja diancam lagi."

Jeno mengangguk. "Aku akan menjaganya."

"Ngomong-ngomong," ucap Mark pelan. "Somi sebentar lagi ke sini."

Aku mendecak. "Padahal dia pelakunya."

"Tenanglah." Mark tersenyum. "Anggap saja kita tidak tahu."

Beberapa saat kemudian, pintu ruangan Mark dibuka. Kita bertiga menoleh ke arah pintu.

Jeon Somi.

Perempuan sialan itu.

"Mark--"

Ucapan Somi terhenti ketika melihatku. Ia menatapku cukup lama. Ia bahkan tidak menggerakkan tubuhnya sama sekali.

Gambler; JenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang