41

197 22 0
                                    

Yena's POV

Saat aku hendak menutup pintunya lagi, ada pisau tepat di depan mataku.

Saat aku menghindar, pisau itu menggores pipiku. Aku segera menendang orang itu lalu mendorong pintunya sekuat tenaga. Setelah berhasil tertutup, aku menghela napas panjang.

Aku menyalakan lampu lalu duduk menyandar di salah satu loker besi di sana. Aku harus istirahat sebentar agar napasku kembali normal.

Aku merasa sedikit lega. Iya, sekarang aku memang aman. Tapi, bagaimana dengan Mark dan Jeno? Kenapa aku sangat tidak berguna? Aku hanyalah beban. Aku tidak bisa membantu apa-apa.

Setelah napasku sudah cukup normal, aku mengeluarkan ponsel Mark dari saku celanaku. Aku membuka kata sandinya lalu membuka buku kontak.

Aku sudah menemukan kontak Paman Lee. Tapi, haruskah aku menghubunginya? Jika ayahnya tahu, apa yang akan ia katakan?

Aku pun mengurungkan niatku. Maaf, Mark, aku tidak melakukan apa yang kau pinta.

Alih-alih ayahnya, aku memilih untuk menghubungi Yeri.

[Halo, Mark?]

"Yeri, ini aku," ucapku lirih.

[Lee Yena? Ada apa? Kenapa? Terjadi sesuatu?]

"Bisakah kau mengirimkan orang-orangmu ke vila Mark?"

[Tentu, tentu! Tenang saja! Jangan matikan telepon ini. Oke?]

Aku tersenyum lega mendengarnya. "Terima kasih."

[Apa kau terluka?]

"Ya... semuanya terluka," jawabku lemah.

[Tahan, Yena! Aku dan bawahanku akan ke sana secepat mungkin.]

"Ya..."

Aku menaruh ponsel Mark di meja lalu menyalakan loud speaker. Aku membuka satu per satu laci di meja itu. Aku mencari sesuatu yang bisa membantuku.

Beberapa saat kemudian, aku berhasil menemukan kotak P3K. Aku pun mengeluarkannya. Peralatannya cukup lengkap. Benar-benar peralatan untuk luka tembak. Aku bisa melihat ada pinset panjang di sana. Tetapi, aku tidak berani menggunakannya. Aku hanya membalut lukaku dengan perban. Kemudian aku mengambil plester untuk goresan di pipiku.

[Yena, kau masih di sana?]

Aku menoleh sebentar ke arah ponsel Mark. "Iya."

[Bagaimana keadaan di sana?]

"Aku berada di tempat penyimpanan senjata. Mark dan Jeno ada di lantai satu. Aku tidak tahu keadaan mereka. Mengetahui bahwa banyak yang mengikutiku ke sini, sepertinya merekaㅡ"

[Omong kosong! Mark tidak mungkin kalah begitu saja! Jangan berpikir seperti itu!]

Aku terdiam.

[Yena?]

"Ya?"

[Nyalakan komputer yang ada di ruangan itu.]

Aku mengerutkan dahi lalu mengikuti apa yang Yeri katakan. Apa yang ada di komputer ini? CCTV? Setahuku tidak ada CCTV di vila Mark.

"Sudah."

[Apa yang muncul di monitor?]

"Layar hitam. Tidak ada apa-apa."

[Ketik pin yang ada pada pintu tadi.]

Aku mengetik angka 2657 di keyboard. Beberapa saat kemudian, muncul kotak-kotak di layar. Ternyata benar-benar ada CCTV. Tetapi, kenapa aku tidak menyadarinya?

Gambler; JenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang