42

216 25 0
                                    

Yena's POV

"Siapa yang mengutusmu?" tanya Mark.

Orang berpakaian hitam itu terus membungkam mulutnya. Tangan dan kakinya sudah diikat. Padahal dia sudah tidak berdaya. Tetapi, ia tidak mau angkat bicara sejak tadi.

Di antara sembilan belas orang tadi, sudah ada empat belas yang mati. Empat orang masih tidak sadarkan diri. Sedangkan yang sadar hanya satu orang ini.

"Siapa yang mengutusmu?" tanya Mark lagi.

"Kami tidak akan melihat wajahmu. Kau bisa menjawabnya tanpa takut tertangkap," ucap Yeri.

Orang itu menatap Yeri dengan penuh keraguan.

"Jawab saja pertanyaannya. Apa kau mau ikut mati seperti teman-temanmu?" tanya Mark.

"Kami tidak butuh namamu. Kami tidak butuh wajahmu. Cukup jawab saja pertanyaannya," tambah Yeri.

"Aku tidak bisa percaya kalian," jawab orang itu.

"Apa orang itu adalah Jeon Somi?" tanyaku padanya.

Orang itu langsung menoleh ke arahku. Tetapi, ia tidak tampak terkejut. Berarti bukan dia?

"Bukan Jeon Somi?" tanyaku.

Ia hanya menatapku tanpa menjawab apapun.

"Kalau begitu, CEO Jeon? Ayah Somi?" tanyaku.

Orang itu mengalihkan pandangannya ke arah lain. Melihat reaksinya, sepertinya pelakunya memang Somi.

"Karena aku sudah mengetahuinya, katakanlah dengan mulutmu sendiri," kataku.

"Jeon Somi," jawabnya.

Aku mengangguk mendengar jawabannya. "Terima kasih atas kejujuranmu."

"Lepaskan aku," kata orang itu.

"Mumpung kau ada di sini, aku akan menanyakan hal lain. Apa dia juga yang memerintahkan kalian untuk membunuh Kim Doyoung?

"Iya," jawabnya.

"Apa dia menjelaskan alasannya?" tanyaku.

Dia menggeleng.

Kemudian Mark melepaskan ikatan pada tangan dan kaki orang itu.

"Lebih baik kau segera kabur dari sini. Jika Somi tahu, kau akan mati. Lagipula sebentar lagi perusahaannya akan hancur," ucapku. "Itu saranku. Anggap saja balas budi."

***

Semuanya sudah selesai.

Orang-orang Yeri sudah mengurus semuanya. Kita memutuskan untuk menutupi kejadian ini. Jika kita laporkan, maka kita tidak akan aman juga.

Penyelundupan senjata. Penggunaan senjata ilegal. Kekerasan. Pembunuhan. Semuanya kita lakukan.

Paman Lee juga ikut membantu. Mark menghubunginya ketika semuanya sudah selesai. Namun, kita sepakat untuk merahasiakannya dari keluargaku.

Aku dan Jeno dirawat di rumah masing-masing. Jika ke rumah sakit, maka akan menarik perhatian polisi. Bahkan aku dioperasi oleh kakak sulung dari Jeno yang merupakan seorang dokter. Aku bukan Jeno yang berani mengoperasi diri sendiri.

Aku memakai perban di lengan atasku seperti dulu. Di satu sisi, aku merasa beruntung karena hanya tertembak di bagian lengan. Di sisi lain, aku merasa semakin sakit. Luka yang ada di lengan ini belum lama sembuh dan sekarang harus terluka lagi.

Keadaan Elle Group?

Sudah aku hancurkan.

Aku mengutus orang untuk menyebarkan kabar burung tentang kejahatan Somi. Kabar itu disampaikan dari mulut ke mulut hingga sampai di telinga para investor.

Gambler; JenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang