08

305 39 0
                                    

Yena's POV

"Mark," panggilku.

"Hm?"

"Ikat rambut ini... pasti ada sesuatunya kan?" tanyaku.

Mark mengambil ikat rambut itu lalu menerawangnya. "Sepertinya tidak ada apa-apa."

"Benarkah? Aku sudah mendapat aura negatif dari ikat rambut ini," jawabku.

"Jangan terlalu dipikirkan," ucap Mark. "Apa besok kau sekolah?"

"Tentu. Jika aku bolos lagi, maka aku terlihat seperti kabur dari kewajiban," jawabku.

"Kenyataannya memang begitu kan? Kau selalu saja berusaha kabur," ucap Mark.

"Terserah. Aku mau tidur," ucapku lalu masuk ke kamar.

"Me too. Good night."

***

Pagi ini aku diantar oleh Mark dengan mobilnya. Aku memintanya agar mengantar agak jauh dari sekolah. Aku tidak ingin menjadi pusat perhatian karena mobil mahal Mark.

Tidak lupa, aku memakai ikat rambut dari Somi.

Aku tahu ada sesuatu di sana. Jika aku tidak mencobanya, aku tidak akan tahu.

Seperti perjanjianku dengan kepala sekolah, aku mendapat SP 1. Aku sudah tidak peduli.

Setelah mendapat seamplop surat, aku menghampiri kelas Kak Haechan. Aku menaruh amplop itu di meja Kak Haechan tanpa berkata apapun padanya. Setelah itu, aku kembali ke kelas. Kak Haechan juga tampak tidak bisa mengatakan apa-apa.

Surat itu adalah surat panggilan orang tua. Tentu saja untuk membahas masalahku dan Yeonhee.

"Dapet SP 1?" tanya Yeonhee.

"Iya. Kenapa?" tanyaku.

"Setelah kasus kita dibahas, mungkin kau akan menerima SP 2," ucap Yeonhee.

Aku tersenyum padanya. "Aku menunggu SP 3."

Yeonhee menatapku sinis lalu berjalan ke belakangku. Ia menarik ikat rambutku. "Ikat rambut baru? Terlihat mahal."

Kepalaku terasa sakit karena Yeonhee menarik ikat rambut itu dengan paksa. Aku pun mengambil ikat itu dari tangan Yeonhee lalu menyimpannya.

"Kau memang orang kaya ya?" tanya Yeonhee. "Apa pekerjaan orang tuamu?"

"Kau tidak perlu tahu," jawabku.

"Apapun pekerjaannya, pasti lebih berkuasa orang tuaku. Koneksiku banyak. Aku bisa membuat orang tuamu pengangguran sekarang juga."

Sekarang dia mengancam orang tuaku? Sebenarnya mau dia apa sih? Aku harus bisa melawannya balik.

Aku pernah dengar bahwa orang tua Yeonhee adalah pemilik perusahaan. Ia juga memiliki saham di sekolahku. Mungkin tidak ada apa-apanya dengan perusahaan orang tua Mark.

"Oh ya? Sepertinya perusahaan orang tuamu saaangaaaat sukses," jawabku sarkas.

"Kau merendahkanku?!" bentak Yeonhee. "Aku bisa menghilangkan pekerjaan kedua orang tuamu sekarang juga!"

"Kenapa kau sombong begitu? Bahkan perusahaanmu saja tidak sebesar mulutmu," ucapku.

"Kurang ajar!" Yeonhee mengambil ponselnya. Sepertinya ia hendak menelpon orang tuanya.

"Aku rasa perusahaanmu bahkan tidak memiliki cabang di Kanada," ucapku lagi lalu tersenyum. "Ah, salah. Cabang di Korea. Pusatnya di Kanada."

Yeonhee mengerutkan dahinya. Matanya berkaca-kaca. Ia langsung menyimpan ponselnya di sakunya lalu pergi keluar kelas.

Gambler; JenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang