16

250 31 5
                                    

Yena's POV

"Yena! Kau tidak apa-apa?" tanya Mark panik.

Mark baru saja kembali dari rapat perusahaan ayahnya.

"Hm. Jeno menolongku," jawabku.

"Terima kasih Jeno," ucap Mark kepada Jeno. "Apa kau tidak apa-apa? Tidak tertembak kan?"

"Untungnya tidak," jawab Jeno.

"Baguslah," ucap Mark lalu memberiku tatapan sinis.

"Apa?" tanyaku.

"Aku sudah bilang untuk tinggal di rumah Jeno!" bentak Mark. "Untung Jeno ada di sana. Kalau tidak, kau sudah mati."

"Kenapa kau memarahiku?" tanyaku.

Mark mendecak. "Karena kau tidak mengikuti perintahku! Apa kau tahu betapa khawatirnya aku?! Aku bahkan tidak bisa fokus menyetir pulang."

"Memangnya kau tau dari mana aku mengikuti perintahmu atau tidak?" tanyaku.

"Aku sudah tau kalau kau pasti tidak menurutiku." Mark menghela napas. "Sudahlah. Yang penting kau baik-baik saja."

"Bagaimana denganmu? Lancar?" tanyaku.

Mark mengangguk lalu menoleh ke Jeno. "Bagaimana dengan klubmu? Apa akan direnovasi?"

"Sepertinya tidak. Kalaupun direnovasi, mungkin tidak banyak yang datang. Kau tahu sendiri, ada korban jiwa," jawab Jeno.

"Kau tahu bahwa itu klub milik Jeno?" tanyaku pada Mark.

"Tentu saja aku tahu," jawab Mark. "Ngomong-ngomong, bagaimana kalian bisa kabur dari sana?"

Aku dan Jeno saling pandang. Tidak ada yang berani menjawabnya. Jika Mark tahu, kita bisa menjadi daging panggang. Terutama Jeno.

"Hm? Bagaimana caranya?" tanya Mark lagi.

"Ehm... tapi jangan marah ya?" pintaku.

"Iya. Gimana?"

"Kita berdua lompat dari lantai dua," ucap Jeno.

"Lompat?!" Mark membelalakkan matanya. "Dasar gila! Kau tidak tahu seberapa tinggi klub itu setiap lantainya?" omel Mark.

"Aku pulang dulu ya. Sampai jumpa, Yena, Mark," ucap Jeno lalu langsung keluar.

Sekarang tinggal aku. Sialan juga Jeno itu. Aku bisa habis diomeli oleh Mark sendirian.

***

Akhir-akhir ini Yeonhee tidak banyak bertingkah. Mungkin masuk Ruang BK membuatnya jera. Lagipula ia adalah murid yang memiliki nilai akademis baik. Ia tidak mungkin ingin menghancurkan masa depannya. Baguslah, dia berubah.

"Hari ini kau terlihat seperti Lee Yena. Padahal kemarin kau menjadi Lee Lora," ucap Jeno.

Aku tertawa sambil mencubit pinggang Jeno. "Jangan bicara kencang-kencang."

"Maaf, lupa." Jeno menoleh ke kiri dan kanan.

"Aku ke kelas ya," ucapku lalu kembali ke kelasku.

"Kau mendekati Lee Jeno?" tanya Yeonhee.

Oke, aku tarik kembali kata-kataku. Yeonhee tidak berubah sama sekali.

"Kalau mendekati kenapa? Kalau tidak kenapa?"

"Dasar matre. Kau pasti mau uangnya saja kan? Apalagi, dia calon pewaris perusahaan ayahnya," ucap Yeonhee.

"Tutup mulutmu. Sudah masuk ke Ruang BK, tidak ada hentinya berbicara," jawabku.

Gambler; JenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang