29

198 26 0
                                    

Author's POV

"JEON SOMI!"

Somi langsung menoleh ke pintu.

"Ada apa, Yeri?" tanya Somi.

"Apa tidak ada yang ingin kau sampaikan padaku?" tanya Yeri.

"Tidak. Kenapa?" tanya Somi.

Yeri menghampiri meja Somi. Kemudian, ia melempar semua barang yang ada di sana.

"Hei, Yeri! Apa yang kau lakukan?!" bentak Somi.

"Ini semua karenamu!" teriak Yeri lalu mulai menangis.

"Loh? Kenapa kau menyalahkanku?" tanya Somi.

"Kau yang menyuruhku melakukan itu semua! Padahal kau tidak pernah memberitahuku apa yang akan terjadi dengan Yena," ucap Yeri. "Kalau aku tahu, aku tidak akan mengiyakan permintaanmu."

"Kenapa juga kau melakukan apa yang kuperintahkan?" tanya Somi.

"Aku tidak pernah berpikir bahwa kau ingin membunuhnya."

"Jadi, ini salah siapa?" tanya Somi.

Yeri geram. "Tentu salahmu!"

"Apa salahku? Jangan melimpahkan kesalahanmu kepada orang lain," jawab Somi.

"Kau tahu sendiri Yena itu sepupu dari Mark. Sekarang, aku yang kena imbasnya!"

"Wah, jika tebakanku benar, perusahaanmu ikut terancam. Pertunanganmu juga terancam. Benar, kan?"

"Aku beri satu kesempatan lagi untuk kau meminta maaf dan menanggung semuanya," ucap Yeri.

"Kau kira kau siapa?" tanya Somi.

"Oke. Kesempatannya sudah habis," ucap Yeri lalu membuka ponselnya.

"Lalu?" tanya Somi.

"Tuntut Elle Group," ucap Yeri lalu menatap mata Somi. "Untuk pembunuhan berencana."

Tut.

"KIM YERI!" teriak Somi.

"Good bye," ucap Yeri lalu keluar dari ruangan Somi.

***

Yena baru saja sadar. Jeno dan Mark pun menghampiri ruangannya.

"Apa masih sakit?" tanya Mark.

Yena menggeleng.

"Aku sudah bilang untuk berhati-hati dengan Yeri," ucap Mark.

"Yeri tidak salah apa-apa. Aku percaya padanya."

"Kau percaya padanya? Setelah semua ini?" tanya Mark.

"Iya, aku percaya. Aku cukup dekat dengan Yeri."

"Dulu Somi juga seperti itu! Kau sangat dekat dengan Somi. Kau juga sangat mempercayainya. Tapi, dia menusukmu dari belakang!" ucap Mark kesal.

"Aku yakin Yeri tidak ada hubungannya dengan ini. Yeri juga korban," jawab Yena pelan.

"Yena! Kamu bisa gak sih dengerin aku?" tanya Mark.

"Udah, udah." Jeno melerai. "Sebentar lagi detektif akan datang untuk meminta kesaksianmu, Yena."

"Baiklah," jawab Yena.

"Aku rasa Somi tidak akan bisa ditangkap semudah itu. Kita tidak punya bukti apa-apa," ucap Mark.

BRAK!

Seisi ruangan menoleh ke arah pintu.

"Yena!"

"Yeri?" tanya Yena.

Yeri menghampiri ranjang Yena dengan panik. "Bagaimana keadaanmu?"

"Sekarang baik-baik saja," jawab Yena.

Kini, Yeri menoleh ke arah Mark.

"Apa?" tanya Mark.

"Aku mau bicara," ucap Yeri lalu menarik tangan Mark.

Mark langsung melepas tangan Yeri. "Aku tidak mau bicara denganmu lagi."

"Ini salah paham. Aku juga ditipu oleh Somi. Sekarang, pihak perusahaanku akan mendukung penuh proses penangkapan Somi," ucap Yeri.

"Pulanglah," ucap Mark.

Yeri menggenggam kedua tangan Mark. "Bisakah kau mendengarkan aku kali ini saja? Aku hanya tidak mau kesan terakhir kita buruk."

Mark menatap sinis Yeri. "Memangnya apa masalahnya dengan itu? Kita juga tidak akan bertemu lagi."

"Mark, bicarakanlah dulu dengan Yeri," ucap Yena. "Mungkin ada yang ingin Yeri jelaskan."

"Kamu sadar gak sih, Yena? Yeri sudah membuatmu berada di situasi ini. Dan sekarang kau memaafkannya begitu saja?" tanya Mark.

Air mata Yeri mulai menetes. "Aku gak butuh maaf dari kamu, Mark. Aku cuma mau jelasin semuanya."

Mark berjalan melewati Yeri.Tepat saat itu, tangis Yeri pecah. Mark keluar dari ruangan Yena. Jeno pun segera membantunya berjalan. Mau bagaimanapun, Mark masih menjadi pasien.

Sekarang tinggal Yena dan Yeri di ruangan itu.

"Yena," panggil Yeri pelan. "Atau harus kupanggil Lora?"

Aku mengambil tisu yang berada di dekatku lalu memberinya kepada Yeri.

"Terima kasih." Yeri menerima tisu itu. "Aku minta maaf, Yena."

"Aku tahu. Somi pasti memanfaatkanmu," jawab Yena lalu tersenyum.

"Iya, itu benar. Tenang saja, Yena. Aku akan bertanggung jawab," ucap Yeri.

Yena menggeleng. "Kau tidak perlu memikirkannya lagi."

"Somi menyuruhku agar tidak meminum bir itu. Apa ada sesuatu di sana?" tanya Yeri.

"Sepertinya ada obat tidur," jawab Yena.

"Somi menyuruhku memancingmu ke bar. Setelah sepuluh menit, aku disuruh untuk keluar dari sana. Aku tidak tahu apa tujuannya. Ia hanya mengatakan itu," jelas Yeri.

Yena hanya tersenyum selama mendengar penjelasan dari Yeri.

"Aku tidak tahu jika Somi merencanakan pembunuhan untukmu. Saat ia menghubungiku dan mengatakan bahwa rencananya gagal, aku sama sekali tidak mengerti," jelas Yeri lagi.

Yena menggenggam tangan Yeri. "Aku mengerti. Kau tidak perlu menyalahkan dirimu sendiri."

"Tapi, Mark, di-dia." Yeri terisak.

Yena tersenyum. "Yeri, kau menyukai Mark kan? Aku tahu itu."

Yeri menghentikan isakannya sejenak.

"Cobalah untuk bicara dengannya lagi. Mark sungguh orang yang baik," jawab Yena.

Yeri mengangguk mendengar ucapan Yena.

"Terima kasih karena sudah jujur kepadaku," ucap Yena.

Akhirnya Yeri tersenyum. "Terima kasih juga, Yena. Aku pikir kau akan sangat membenciku."

============

Gambler ㅡ 29
21-07-2019

Gambler; JenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang