Yena's POV
Aku kalah banyak hari ini. Setelah selesai bermain, kami berenam memutuskan untuk pergi ke salah satu ruangan di gedung itu. Ruangan itu berisi berbagai macam minuman beralkohol.
Seorang pelayan mengantarkan champagne ke meja. Kita berenam pun menikmati sambil mengobrol. Kita terus minum tanpa henti.
***
"Yena!"
Mark tiba-tiba masuk ke kamarku. Aku yang sedang mengerjakan tugas itu tersentak. Mark tidak mengetuk pintu ataupun bilang sesuatu sebelum membuka pintunya.
"Kamu sudah dengar kabarnya?!" tanya Mark panik.
"Kabar apa?" tanyaku.
"Doyoung ditembak mati!" ucap Mark.
Aku terbelalak. Bagaimana bisa Doyoung mati? Padahal baru semalam aku bertemu lagi dengannya setelah lama tidak bertemu. Kenapa seakan-akan dia sudah mengetahuinya? Apa itu alasan ia mengadakan reuni itu?
Kemudian, air mataku menetes.
Doyoung adalah temanku yang berharga. Tentu aku merasa sangat tertampar saat mengetahui kematiannya.
"Di mana dia ditemukan?" tanyaku.
"Di depan gedung itu."
"Gedung semalam? Bagaimana bisa?"
"Tapi, Yena..." Suara Mark makin pelan.
"Apa?" tanyaku.
"Bukan kau yang menembaknya, kan?" tanya Mark.
"Apa maksudmu? Kenapa aku harus menembaknya?" tanyaku.
Apa maksud Mark menanyakan itu? Apa itu berarti Mark tidak mempercayaiku?
"Benar, kan? Tidak mungkin dirimu, kan? Itu tidak mungkin," gumam Mark. "Tapi, aku benar-benar tidak percaya ini."
"Apa?" tanyaku.
"Tuan Johnny dan Somi benar-benar yakin bahwa pelakunya adalah dirimu," kata Mark.
"Kau gila? Untuk apa aku membunuh Doyoung?" tanyaku "Di mana Doyoung dibunuh?"
"Di depan gedung kemarin," jawab Mark.
Mark menatap ke langit-langit untuk berpikir. "Sekarang, ganti bajumu. Mari kita bicarakan dengan mereka."
***
Aku dan Mark berjalan menuju ruangan VIP di sebuah klub terkenal di daerahku. Setelah sampai, kami mendapati Jeno dan Somi yang sudah ada di sana.
"Lora, aku tidak percaya dirimu mengikuti langkahku," ucap Somi.
"Siapa yang mau mengikuti langkahmu?" tanyaku.
"Bukankah Doyoung sudah mati?" tanyanya lalu tersenyum.
"Apa itu lucu? Kau pikir kematian Doyoung itu sebuah lelucon? Kenapa kau tersenyum?" tanyaku.
"Kau seharusnya senyum juga, Lora. Bukankah kau merasa sangat senang sekarang?" tanya Somi.
"Apa yang senang?" tanyaku.
"Doyoung sudah mati. Sehingga kau tidak memiliki saingan lagi," ucap Somi. "Caramu kotor sekali."
"Itu yang kau lakukan! Aku tidak melakukan apa-apa!"
"Lora, kau ini pura-pura atau bagaimana sih?" tanya Somi. "Jelas sekali bahwa kau yang membunuh Doyoung."
"Aku tidak membunuhnya! Aku bahkan baru saja diberitahu oleh Mark," jawabku.
"Akhirnya kau merasakan apa yang aku rasakan, bukan? Bagaimana rasanya? Pasti kau sangat lega. Apalagi, tempat itu adalah tempat yang aman untuk melakukan pembunuhan. Tidak mungkin ada yang mau memberi kesaksian di sana," kata Somi.
"Apa maksudmu?"
"Tempat itu tidak punya CCTV. Salah satu dari kita juga tidak bisa bersaksi. Jika ada yang memberitahu, maka kita juga akan ditangkap karena berjudi," jelas Somi. "Kau seharusnya berterimakasih karena kita semua tutup mulut."
"Mendengar kau mengatakan itu, bukankah kau pelaku aslinya?" tanyaku.
"Untuk apa aku membunuh Doyoung? Aku tidak punya motif apapun," jawab Somi.
"Benarkah? Aku tahu jelas apa motifmu," jawabku.
"Jangan konyol. Aku tidak membunuhnya."
"Motifmu itu untuk menjebakku. Itu klise."
Somi tertawa. "Itu sungguh ide yang bagus. Tapi, sungguh bukan aku yang membunuhnya."
"Lora tidak mungkin membunuhnya," bela Jeno.
"Kau yakin tidak akan mengubah pikiranmu? Bahkan saat aku memberitahu Mark, ia sangat bimbang," ucap Somi sambil menatap Mark.
"Tentu saja. Aku tidak akan mengubah pikiranku. Lora tidak mungkin membunuh Doyoung," jawab Jeno.
Aku menoleh ke arah Jeno lalu tersenyum kecil. Ia yang melihatnya pun memberiku tatapan semuanya-akan-baik-baik-saja.
"Aku akan menjelaskan semuanya saat kita sudah lengkap," ucap Somi.
Beberapa saat kemudian, Tuan Johnny datang. Ia pun langsung duduk di tempat yang kosong di sana.
"Bukankah kematian Doyoung sangat ganjil? Siapa menurutmu yang membunuhnya?" tanya Somi pada Tuan Johnny.
"Aku tidak tahu. Tapi, tempat itu sangat terpencil. Tidak mungkin ada yang tahu," jawab Tuan Johnny.
"Sebentar. Siapa yang melaporkan kematian Doyoung?" tanyaku.
"Kenapa kau mau tahu itu? You wanna bribe them?" tanya Somi.
"Jawab saja!" bentakku.
"Pelayan itu. Yang menjadi dealer kita," jawab Mark.
"Kapan ditemukannya?" tanyaku.
"Tepat saat kita semua sudah pulang. Sekitar pukul dua pagi. Pelayannya hendak menutup gedung itu. Tetapi, ia mendapati Doyoung yang sudah tidak bernyawa," jawab Mark.
"Lalu kenapa kau menuduhku yang membunuhnya?" tanyaku.
"Mungkin kau tidak ingat. Tapi, kita semua minum sampanye semalam. Kita minum sangat banyak. Hingga mabuk. Kau mungkin tidak ingat karena mabuk," jelas Somi.
Aku terdiam. Benar, semalam adalah pertama kalinya aku benar-benar mabuk. Pengaruh alkoholnya sangat kuat. Aku yang biasanya kuat, menjadi lemah secara tiba-tiba. Tetapi, tidak ada obat atau apapun di sana. Aku yakin itu.
"Aku tahu kamu, Lora. Kamu paling kuat dalam urusan minum. Kita semua sudah mabuk terlebih dahulu. Siapa yang tahu apa yang sudah kau perbuat saat kita semua mabuk?"
"Somi, kau--"
"Kau mungkin bisa membodohi kita. Tapi, aku punya otak, Lora. Aku bisa berpikir. Semua orang melihat ekspresimu saat kalah telak. Kau merasa sangat kesal dan frustasi. Apa aku salah?"
Aku memejamkan mataku untuk menahan amarahku. Aku benar-benar ingin menghajar bocah ini.
"Apa ada bukti bahwa aku yang melakukannya? Aku juga mabuk ketika kalian semua mabuk!" bentakku.
"Kata pihak forensik, tidak ditemukan sidik jari. Tapi, ada tanda bahwa Doyoung sempat diseret setelah mati," ucap Somi. "Kau mungkin membunuhnya di ruangan itu lalu menyeretnya keluar, bukan?"
"Omong kosong! Itu semua hanya ada di imajinasimu," jawabku.
Somi terkekeh lalu menoleh ke arah Jeno.
"Jeno, kau bilang Lora sempat menyuruhmu untuk membawa pistol, kan?" tanya Somi.
=============
Gambler ㅡ 37
01-08-2019
KAMU SEDANG MEMBACA
Gambler; Jeno
FanfictionLee Yena adalah seorang outcast di sekolahnya. Sesampainya di kasino, Yena bukanlah Yena lagi. Ia adalah Lee Lora, orang paling terkenal di tempat itu. ======== Gambler A Lee Jeno's fanfiction Copyright© 2019 by Ines