33

192 25 0
                                    

Yena's POV

"Oi, Lee Lora," panggil Somi. "Kau pikir hanya aku yang ingin membunuhmu?"

"Iya. Hanya kamu," jawabku penuh penekanan.

"Berapa orang yang sudah kau kalahkan selama kau berjudi? Kenapa kau mengira hanya aku yang mau membunuhmu? Semua orang mau membunuhmu. Terutama yang tertekan karena kekalahannya."

"Oh, orang yang sepertimu ya? Tertekan karena kekalahannya," jawabku.

Aku bisa melihat Somi memutar bola matanya.

"Soal permainan itu, aku juga diundang," jawab Somi lalu menoleh ke arah Jeno. "Bukankah kau juga diundang?"

"Aku tidak diundang," jawab Jeno.

"Kalau begitu, bawalah Jeno," ucap Somi padaku. "Tidak ada yang tahu keselamatanmu di sana kan?"

"Kenapa kau peduli padaku?" tanyaku.

"Jangan anggap itu peduli. Anggap itu sebagai peringatan," jawab Somi. "Pergilah. Aku sibuk."

"Apapun yang kau rencanakan, aku akan segera tahu," jawabku lalu keluar dari ruangan Somi.

***

Sekarang aku sudah kelas tiga. Cukup satu tahun lagi untuk mengakhiri kehidupan sekolah yang menyedihkan ini. Aku ingin segera menyelesaikannya.

Setelah D'Elle Casino ditutup, Somi dan keluarganya pergi ke Kanada untuk melarikan diri. Aku kira mereka akan berada di sana selamanya. Tetapi, harapanku hanyalah sebatas asa. Somi kembali lagi ke Korea.

Aku selalu ingat ancaman terakhir dari Somi.

Kau tidak akan bisa hidup dengan tenang. Selamanya. Aku pastikan kau tidak bisa mencapai keinginanmu.

Aku tahu seperti apa Somi itu. Aku tahu bahwa ia akan melakukan apa yang sudah ia katakan.

Setiap aku berdiam diri, makan, ataupun sebelum tidur, aku selalu mengingatnya. Setiap aku mengingatnya, mood-ku langsung hancur. Nafsu makanku menghilang. Dan aku tidak bisa tidur sama sekali.

Mungkin itu hanya sebatas kata-kata yang terucap. Tapi, di dalam ingatanku, aku selalu mengingatnya dengan jelas.

Bahkan setelah Somi ke Kanada, aku masih was-was dengan sekelilingku. Aku tidak pergi ke klub ataupun tempat "malam" lainnya. Aku terlalu takut. Berada di dalam rumahku saja, aku selalu merasa takut. Berkali-kali aku mengintip melalui jendela untuk memastikan.

Padahal aku tahu bahwa Somi tidak ada di Korea. Tapi, tidak menutup kemungkinan bahwa ia akan mengutus orang lain. Setiap aku berjalan, aku selalu menoleh ke belakang. Padahal aku tahu bahwa tidak ada yang mengikutiku.

Semuanya menjadi trauma bagiku. Aku kira tempat kelahiranku akan menjadi tempat yang paling aman. Ternyata, Korea lebih buruk dari Kanada.

Selama di Kanada, tidak pernah ada tembakan. Hanya sebatas obat tidur ataupun kecelakaan mobil. Pikiranku saat di sana adalah: aku harus kabur. Aku harus kabur. Aku harus pergi dari sini. Sehingga, aku kembali ke Korea setelah belasan tahun tinggal di Kanada.

Aku kira di Korea akan aman. Aku bahkan merasa sangat lega. Aku merasa sangat senang. Aku bisa bertemu dengan keluargaku lagi.

Lagipula, kesalahan apa yang telah aku lakukan hingga keadaan menjadi seperti ini?

Aku hanya berjudi.

Tetapi, Somi selalu saja ingin membunuhku.

Aku mengerti bahwa Somi ingin berkuasa. Tapi, tidak begini caranya, kan? Seharusnya ia meningkatkan kemampuannya. Bukan menggunakan cara kotor begini.

Gambler; JenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang