36

179 25 0
                                    

Yena's POV

Pintu ruangan itu kembali terbuka. Semua orang yang di dalam ruangan itu menoleh ke arah pintu.

"Apa kalian sudah menunggu lama?"

Kami semua terkejut saat melihat kehadiran Johnny Seo.

Yang mengadakan permainan ini adalah Tuan Johnny? Kenapa juga seorang warga asing sepertinya mengadakan permainan di tempat seperti ini?

"Anda yang mengundang kami semua?" tanyaku.

"Apa maksudnya? Saya ke sini karena diundang," jawabnya.

Bangku sudah terisi semua. Berarti, yang mengadakan permainan ini adalah Somi atau Tuan Johnny. Ada yang berbohong di antara mereka.

"Pemainnya sudah lengkap ya? Siapa yang menjadi dealer?" tanyaku.

"Sepertinya belum, Lora," jawab Somi. "Total bangku ada lima. Berarti ada lima tamu, bukan? Jeno tidak termasuk karena dia tidak diundang. Masih ada satu orang lagi."

"Kau tahu sekali ya, Somi," jawabku.

"Jangan salah paham. Aku mengatakan ini karena aku pintar. Aku juga tahu karena Jeno yang bilang sendiri," jawab Somi.

Tuan Johnny tidak mungkin mengadakan permainan ini. Orang yang mengadakannya pasti orang Korea asli dan sudah lama berjudi. Tempat ini tidak mungkin mudah ditemukan oleh warga asing.

Tapi, siapa?

Seseorang yang mengenal aku, Mark, Somi, dan Tuan Johnny. Siapa?

Tuan Yuta? Tuan Ten? Itu sangat tidak mungkin.

Apa dia salah satu teman main lamaku? Jika diingat-ingat, aku dan Mark memiliki banyak kenalan orang Korea saat masih di Kanada.

Beberapa saat kemudian, pintu itu terbuka lagi.

"Sepertinya ada tamu yang tidak diundang," ucap orang yang baru masuk itu.

Somi langsung tertawa ketika melihat siapa orang itu. "Kim Doyoung! Aku kira siapa."

Aku langsung berdiri dari kursiku. "Doyoung! Long time no see!"

Mark membulatkan matanya karena sangat terkejut. Tuan Johnny tersenyum melihat kehadirannya. Sedangkan Jeno hanya terdiam karena tidak tahu apa-apa.

Doyoung tertawa. "Maaf karena tiba-tiba mengundang kalian ke sini."

"Jadi kau yang meneleponku itu? Pantas saja suaranya tak asing," ucapku.

"Aku kira kau sudah tahu," jawab Doyoung.

Ternyata itu bukan voice phishing. Itu adalah suara Doyoung. Kenapa aku tidak bisa mengenalinya?

"Ke mana saja kau selama ini?" tanyaku.

"Aku berkeliling dunia selama tiga tahun terakhir. Ini hari ketigaku di Korea. Aku dengar kalian semua juga sedang ada di Korea. Aku menunggu Jeon Somi pulang agar dia tidak ketinggalan juga," jelas Doyoung.

Kim Doyoung adalah temanku dan Mark di Kanada. Somi yang memperkenalkanku dan Mark dengannya. Sedangkan untuk Tuan Johnny, sepertinya mereka sering bertemu dan memiliki hubungan yang baik. Aku juga terkejut bahwa ia kenal dengan Tuan Johnny.

Kemampuan Doyoung setara denganku. Selama aku bermain, hanya dirinya yang mampu bersaing denganku. Aku bahkan sudah beberapa kali dikalahkan olehnya. Begitu juga sebaliknya. Kalau dihitung-hitung, kita memiliki skor seri.

Setelah itu, Doyoung membuka pintunya lagi. Muncul seorang pelayan yang tadi.

"Dia adalah dealer kita hari ini," kata Doyoung.

Permainan pun dimulai. Mereka melakukan permainan dengan santai.

"Jadi namamu Lee Jeno? Teman satu sekolah Lora?" tanya Doyoung.

"Iya," jawab Jeno.

"Bagaimana pendapatmu tentang permainan Lora? Dia sangat hebat, bukan? Umur segini saja sudah memiliki kemampuan yang tinggi," kata Doyoung.

"Iya, Lora sangat hebat. Aku berusaha menang darinya. Tapi, tidak pernah bisa," jawab Jeno.

"Padahal kemampuan Jeno juga lumayan. Tapi, ia tidak pernah menang dari Lora," tambah Mark.

"Ternyata Lora tidak pernah berubah sejak dulu," ucap Doyoung lalu terkekeh.

"Doyoung, kenapa kau memilih tempat ini?" tanya Somi.

"Aku dengar kasinomu sudah ditutup karena ketahuan polisi," kata Doyoung. "Karena itu, aku memakai tempat ini."

"Kau pernah memakai tempat ini sebelumnya?" tanyaku.

"Tidak, sih. Tapi, salah satu kenalanku menyarankannya," jawab Doyoung. "Coba ceritakan bagaimana kasinomu bisa ditutup."

"Aku tidak tahu siapa yang melaporkannya. Polisi tiba-tiba datang ke kasino. Jeno dan Lora hampir saja tertangkap. Tapi, aku berhasil menyelamatkan mereka," kata Somi.

"Jangan membuatku seakan-akan berhutang budi padamu," ucapku.

"Tolong jangan bawa masalah pribadi ke sini, Lora. Aku tidak mau ribut di sini," jawab Somi.

"Astaga... padahal dulu kalian sangat akrab," ucap Doyoung. "Janganlah berkelahi. Apa yang terjadi selama aku pergi?"

"Kau bertanya apa yang terjadi? Aku hampir ma--"

"Lora dan Somi memang suka meledek satu sama lain. Tetapi, mereka adalah teman dekat. Maklumilah," potong Mark.

Doyoung menganggukkan kepalanya. "Jika kau saling menghina tanpa merasa tersinggung, pasti hubungan kalian sangat erat."

Mark tertawa. "Tentu saja mereka sangat erat. Seperti saudara yang tidak bisa terpisahkan."

Aku menatap tajam Mark yang ada di hadapanku. Mungkin aku akan mengomelinya habis-habisan saat pulang nanti.

Doyoung memang tidak tahu tentang aku dan Somi. Ia hanya tahu bahwa aku dan Somi adalah teman dekat. Aku tidak pernah menceritakan tentang rencana pembunuhannya.

Saat kartu kelima hendak dibuka, semua pemain merasa sangat antusias. Semuanya ingin memenangi permainan ini.

Saat kartu dibuka, tatapan lesu dan bahagia terlihat jelas di wajah mereka.

"Straight flush!" seru Doyoung.

Aku membulatkan mataku ketika mendengarnya lalu melihat kembali ke kartuku.

"Apa kartumu, Lora?" tanya Doyoung.

"Flush," jawabku.

Doyoung pun memenangkan permainan kali ini. Ia mendapatkan semua uang taruhannya.

Jika dihitung-hitung, aku hanya menang dua kali. Sedangkan Doyoung sudah menang lima kali.

"Jangan kecewa begitu. Ini hanya permainan," hibur Mark.

Aku menatap Mark sebentar lalu kembali menatap meja yang ada di hadapanku. Permainan akan dilanjutkan lagi.

=============

Gambler ㅡ 36
01-08-2019

Gambler; JenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang