34

185 26 0
                                    

Yena's POV

"Ada yang ingin kau bicarakan?" tanya Jeno.

"Ah? Tidak. Lagi mau ke kafe aja," jawabku.

Bagaimana ini? Aku penasaran. Tapi, aku tidak tahu bagaimana caranya membawa pembicaraan hingga ke sana. Aku tidak berani menanyakannya langsung.

"Ini tempat kau bertemu dengan Somi, kan?" tanya Jeno.

"Iya. Aku baru ingat soal itu," jawabku.

"Soal undangan itu, kau akan datang?" tanya Jeno.

"Tentu," jawabku.

"Apa aku harus datang juga?" tanya Jeno.

"Itu keputusanmu. Aku tidak memaksa."

"Baiklah, aku akan datang. Dua hari lagi, kan?"

Aku mengangguk.

"Berikan aku alamatnya. Aku akan mengantarmu," ucap Jeno.

Aku membuka ponselku lalu mem-forward alamat yang telah aku terima.

"Sudah masuk?" tanyaku.

Jeno yang sudah memeriksa ponselnya itu mengangguk.

Kita berdua meminum kopi dalam diam. Kita tidak tahu harus membicarakan apa.

"Jeno."

"Yena."

Kenapa juga timing-nya harus tidak pas begini? Kenapa harus berbarengan? Makin awkward saja.

"Kau dulu," kata Jeno.

Aku menelan ludahku. Aku tidak yakin aku harus menanyakannya atau tidak.

"Jeno, kau dijodohkan?" tanyaku.

Jeno tersentak. "Mark memberitahumu?"

Oh, ternyata benar. Aku kira Mark membohongiku.

Krek!

Aw, suara patahan apa itu? Apa hanya aku yang mendengarnya? Sepertinya berasal dari dalam tubuhku.

"Iya, Mark memberitahuku," jawabku.

"Iya, orang tuaku menjodohkanku. Kebetulan aku seumuran dengannya. Apa nama perusahaannya, ya? Ke? Key? Ah, Kiera International."

"Itu perusahaan yang besar. Kau sangat beruntung."

"Apa aku batalkan saja perjodohan ini?" tanya Jeno.

"Kenapa kau membatalkannya? Bukannya itu untuk memperluas perusahaanmu?"

"Percuma bisa memperluas perusahaanku jika hatiku tidak bisa diperluas olehnya," jawab Jeno.

Aku hanya memiringkan kepalaku karena bingung dengan ucapan Jeno.

"Bagaimana menurutmu? Sebenarnya, aku masih ragu."

"Terima saja."

Jeno menopang dagu dengan salah satu tangannya. Ia tampak berpikir.

"Jeno, bagaimana rasanya dijodohkan?" tanyaku.

"Rasanya? Pertama, terkejut. Lalu, aku terus memikirkan apa yang akan terjadi nantinya. Aku terus memikirkan apakah perempuan itu akan cocok denganku. Aku juga memikirkan bagaimana jika aku tidak menyukainya."

"Kau sudah membicarakan soal ini dengannya?"

"Sudah."

"Bagaimana dengan keputusannya?"

Gambler; JenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang