44

211 24 0
                                    

Yena's POV

"Jadi, ada orang suruhannya yang memberitahumu?" tanya Yeonhee.

Aku mengangguk. "Berarti, Somi sudah membunuh kakakmu dan temanku."

Sekarang aku dan Yeonhee berada di kafe. Kita saling berbagi informasi. Aku memberitahunya tentang pembunuhan Kim Doyoung dan kejadian di vila Mark.

"Kau bilang, jasadnya ditemukan di depan gedung?"

"Iya."

"Kenapa kau tidak memeriksa blackbox mobil?"

"Rekaman di mobil Jeno dan kakak sepupuku sudah diperiksa. Tapi, tidak terdapat bukti sama sekali," jawabku.

"Itu tidak mungkin. Kalau tidak terekam, lalu orang itu keluar-masuk lewat mana?"

"Mungkin saja terekam. Tapi, di sana sangat gelap."

Yeonhee tampak berpikir.

"Yeonhee, apa kita menyerah saja?" tanyaku.

"Omong kosong!" seru Yeonhee.

"Banyak bukti yang bisa kita ambil dari CCTV. Tapi, aku, Jeno, dan kakakku akan kena juga. Apapun yang akan kita lakukan, maka aku akan kena hukum juga," ucapku.

"Kejadian apa yang tidak ada sangkutpautnya denganmu?"

"Kematian kakakmu," jawabku.

"Kau yakin hanya itu? Tidak ada yang lain?" tanya Yeonhee.

"Iya. Meski tidak menyangkut pistol atau judi pun, aku akan tetap kena. Saat interogasi, Somi bisa saja memberitahunya kepada polisi," jawabku.

"Kalau begitu, ayo kita jalani rencanaku," kata Yeonhee.

"Apa rencanamu?" tanyaku.

"Melakukan prosedur biasa. Melalui polisi."

"Kau gila? Jika polisi, aku juga bisa diㅡ"

"Aku yang akan menjadi saksi dan korban. Sayang sekali ia masih di bawah umur. Jika ia sudah dewasa, mungkin bisa dipenjara seumur hidup," kata Yeonhee. "Tapi kau tidak masalah jika ia dituntut hanya karena kasus keluargaku?"

"Tidak masalah. Lagipula perusahaannya sudah mau bangkrut. Ia tidak bisa berbuat apa-apa. Kenapa kau bertanya seperti itu?"

"Aku memastikan," jawab Yeonhee lalu membuka ponselnya. "Aku akan melaporkannya sekarang."

"Hah?" tanyaku.

"Aku sudah punya buktinya. Aku sengaja tidak memberikannya kepada polisi. Aku kira kau mau menambahkannya," kata Yeonhee.

"What?"

"Blackmail, voice phishing, dan pembunuhan. Itu sudah sangat kuat kan?"

"Kang Yeonhee..."

Yeonhee tertawa kecil. "Kau terkejut ya? Diam-diam begini, aku sudah menyiapkannya."

"Kau sudah memiliki bukti itu sejak awal?"

"Iya. Aku menunggumu untuk menambahkannya. Ternyata kau tidak bisa. Tidak apa-apa, sih."

"Kenapa kau baru melaporkannya sekarang? Bukankah terlalu terlambat? Kematian kakakmu sudah lama kan?"

"Tidak lama, kok. Baru tiga hari yang lalu," jawab Yeonhee.

"Tiga hari yang lalu?" tanyaku bingung.

Yeonhee mengangguk. "Untuk ancaman lima tahun yang lalu, polisi menutupnya karena kurangnya bukti. Tapi, untuk yang kali ini, aku pastikan ia tidak bisa lepas."

Gambler; JenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang