04

376 39 0
                                    

Author's POV

"Haechan, kau kenal dengan perempuan kemarin?" tanya Jaemin.

"Iya, aku kenal dengannya," jawab Haechan.

"Bukankah dia yang meminjam buku dan seragamku?" tanya Siyeon.

Haechan mengangguk. "Maaf jika itu merepotkanmu."

"Tidak apa-apa. Aku tidak keberatan," jawab Siyeon.

"Tapi kenapa Yeonhee kejam sekali kepadanya?" tanya Jaemin.

"Kau tahu sendiri Yeonhee seperti apa," ucap Siyeon. "Sekali diganggu olehnya, maka akan diganggu selamanya."

"Siapa nama perempuan itu?" tanya Jaemin.

"Lee Yena," jawab Haechan.

"Kau kenal dia dari mana?" tanya Jaemin.

"Kalian tidak perlu tahu," jawab Haechan.

***

Yena's POV

"Siapa orang yang kemarin? Pacarmu?" tanya Yeonhee lalu tertawa.

Karena kejadian kemarin, hampir di semua sudut sekolah semua orang membicarakan aku dan Kak Haechan.

"Sudahlah, Yeonhee. Jangan menggangguku," jawabku.

"Apa kau melaporkanku ke guru?" tanya Yeonhee.

"Untuk apa melaporkanmu? Memangnya aku bisa menang?"

"Kau tahu juga tempatmu," jawab Yeonhee lalu menatap mataku. "Wah, kau sudah mengganti kacamata?"

"Kau bisa lihat sendiri," jawabku.

"Kacamata itu harganya tidak murah. Apa kau orang kaya?" tanyanya.

"Aku tidak perlu menjawabnya, bukan?"

"Tentu saja kau harus menjawab semua pertanyaanku, Bitch," ucap Yeonhee.

"Aku tidak takut padamu, Yeonhee. Berhentilah menggangguku," jawabku lalu berdiri.

Saat aku berjalan melewati Yeonhee, ia menyengkatku. Aku pun tersandung dan jatuh. Aku menjadi tawaan satu kelas lagi.

"Ah, maaf, Yena," ucap Yeonhee di sela tawanya.

Aku langsung bangkit lalu melanjutkan perjalananku ke luar kelas.

Sungguh, aku benci padanya.

Pelajaran belum dimulai sama sekali. Namun, hariku di sekolah sudah buruk. Aku sama sekali tidak punya semangat belajar.

Saat aku keluar, aku berpapasan dengan Kak Haechan dan teman-temannya. Kenapa timing-nya tidak pas begini?

"Hai, Yena," sapa seorang perempuan yang kalau tidak salah bernama Siyeon.

"Ah, ini Yena?" tanya Jaemin pada Kak Haechan yang dibalas anggukan.

Aku kenal dengan Jaemin. Ia adalah teman dekat kakakku. Kak Haechan sering bercerita tentangnya. Tapi, Jaemin tidak mengenalku.

Mataku langsung berkaca-kaca lalu berjalan melewati mereka. Aku berjalan menuju toilet.

"Kenapa dia?" tanya Jaemin yang bisa aku dengar meski sudah cukup jauh.

Sesampainya di toilet, aku masuk ke salah satu bilik lalu mengeluarkan ponselku.

Yena
| aku mau bolos
| jangan tanya ke mana
| bawa tasku saat pulang sekolah

Gambler; JenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang