30

204 25 0
                                    

Author's POV

Penyelidikan sudah dilakukan. Namun, pembunuh itu tidak mau menyebutkan siapa yang menyewanya. Ia tetap tutup mulut. Meski Yeri sudah memberi kesaksian, polisi belum bisa menerima kebenarannya. Tidak ada bukti sama sekali. Sepertinya Elle Group memang tidak bisa dituntut.

Setelah menerima perawatan selama dua hari, Yena harus kembali ke sekolah. Jika ketidakhadirannya banyak, maka Haechan bisa curiga. Ia tidak ingin keluarganya tahu tentang ini.

Sebenarnya, ia masih harus dirawat. Untungnya, luka Yena berada di lengan atas. Perbannya tertutupi oleh lengan baju. Selama di sekolah, belum ada yang mengetahuinya kecuali dirinya sendiri dan Jeno.

"Lee Yena! Pinjam seragammu," ucap Yeonhee.

Kali ini, Yena tidak marah ataupun melawan lagi. Ia segera memberi seragamnya kepada Yeonhee.

Yeonhee mengerutkan dahi. "Kenapa kau?"

"Apanya kenapa?" tanya Yena.

"Tumben banget langsung ngasih," ucap Yeonhee.

"Aku nggak ikut olahraga hari ini," jawab Yena.

"Kenapa?" tanya Yeonhee.

"Gak enak badan," jawab Yena.

"Oh, begitu. Cepat sembuh," ucap Yeonhee lalu keluar kelas menuju ruang ganti.

***

Lee Yena masuk ke lapangan indoor sebelum teman-temannya datang. Pak Jang yang sudah ada di sana pun terlihat bingung.

"Lee Yena? Kenapa kau tidak memakai seragammu lagi?" tanya Pak Jang. "Mana teman-temanmu?"

"Pak Jang, hari ini saya mau izin tidak ikut olahraga."

"Kenapa, Yena?" tanya Pak Jang.

"Kondisi saya lagi nggak fit," jawab Yena.

"Baiklah. Duduk saja di pinggir lapangan," ucap Pak Jang.

"Makasih, Pak."

Yena harus menghindari aktivitas fisik. Terutama yang menggunakan tangan. Bisa-bisa jahitannya terbuka.

Beberapa saat kemudian, teman sekelas Yena masuk ke lapangan. Mereka memandang Yena anehㅡlagi.

"Kenapa Yena tidak berlari?" tanya salah satu siswa.

"Kondisinya sedang tidak fit," jawab Pak Jang.

Siswa tadi menatap sinis Yena. "Bilang aja gak mau lari."

"Yena memang sedang tidak enak badan," ucap Yeonhee.

Semua yang ada di sana menatap Yeonhee tidak percaya. Mereka terkejut dengan kalimat yang diucapkan Yeonhee.

"Terima kasih," ucap Yena pelan saat Yeonhee berjalan melewatinya.

***

[Halo, Lora.]

"Apa lagi?"

[Bagaimana lukamu? Kau seharusnya beruntung karena tembakannya meleset.]

"Kurasa kau tidak perlu tahu."

[Kau pernah bilang ingin menghancurkan perusahaanku. Apa benar-benar akan kau lakukan?]

"Tentu saja. Aku orang yang selalu menepati janji."

[Kalau begitu, bagaimana jika aku memberimu ancaman juga? Bukankah cukup adil?]

"Ancaman apa lagi?"

Gambler; JenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang