Yena's POV
Aku tidak percaya. Anak dari sekolahku ada yang bermain judi juga? Hahaha. Hebat sekali.
Lee Jeno, heh?
Berani juga dia.
Aku tidak menyangka bisa bertemu dengannya kemarin. Padahal baru saja aku berpapasan dengannya di depan pintu kelas Kak Haechan.
Bagaimana dia bisa masuk ke sana? Apa dia kenal dengan orang dalam? Atau jangan-jangan, dia masih satu darah denganku? Atau mungkin saudara Mark? Marga kita samaㅡLee.
Tetapi tidak mungkin. Kalau memang begitu, Mark pasti sudah memberitahunya. Mark hanya bilang bahwa Jeno adalah pemain yang hebat. Aku jadi ingin mencoba bermain dengannya.
"Yena!"
Ah, dia lagi.
"Apa?" tanyaku.
"Bawa seragam olahraga gak? Aku pake ya," ucap Yeonhee.
"Aku udah dihukum dua minggu berturut-turut. Masa aku dihukum lagi? Apa yang akan Pak Jang katakan nan--"
"Loh? Kau tidak mau meminjamkannya padaku?"
PLAK!
Yeonhee menamparku. Satu kelas langsung memperhatikan kita berdua. Tetapi tidak ada yang peduli.
"Cepat berikan seragammu. Atau mau kutampar lagi?" ancamnya.
Aku memegangi pipiku sambil menatapnya sinis. "Kenapa kau selalu saja bersikap seperti ini?"
"Cepat berikan!" teriaknya.
Aku tidak punya pilihan lain selain memberi seragamku kepadanya.
"Nah, gitu dong," ucap Yeonhee lalu mengusap puncak kepalaku. Cih. Kau pikir aku peliharaanmu?
Sekarang aku harus bagaimana? Aku tidak punya teman dari kelas lain. Aku tidak bisa meminjam seragam Kak Haechan. Seragam olahraga perempuan dan laki-laki berbeda.
Apa harus kucoba?
Yena
| kak
| kakak ada temen cewek yang deket gak di kelas?Haechan
| ada
| kenapa?Yena
| tolong dong bilang ke dia
| aku mau minjem seragam olahraganyaHaechan
| oke
| namanya park siyeon
| kamu ke kelas aku aja sekarangYena
| oke otwKelas sudah kosong karena semuanya sedang mengganti baju. Aku langsung berjalan menuju kelas Haechan.
"Permisi, Pak," ucapku saat membuka pintu. "Saya mau manggil Park Siyeon."
Pak Kim yang sedang mengajar itu mengangguk lalu melanjutkan kegiatan mengajarnya. Lalu seorang perempuan menghampiriku sambil membawa sekantung baju.
Oh, dia lagi. Kemarin juga dia meminjamkan aku buku. Aku jadi tidak enak dengannya.
"Terima kasih," ucapku lalu menoleh ke arah Pak Kim. "Terima kasih, Pak."
Aku segera berlari menuju ruang ganti. Jika aku telat masuk pelajaran olahraga, pasti aku akan disuruh lari keliling lapangan. Tidak ada bedanya dengan tidak membawa seragam olahraga.
Saat aku ingin membuka ruang ganti, ruang ganti itu dikunci.
"Buka pintunya dong!" pintaku.
"Siapa?"
"Yena. Lee Yena," jawabku.
Terdengar suara tawaan. "Mau ngapain? Memangnya kau membawa baju olahraga?"
Jelas sekali bahwa itu suara Yeonhee. Aku tidak mau membuang waktu. Aku segera menuju ruang ganti di lantai bawah dan mengganti baju di sana.
***
Aku masuk ke lapangan indoor dan mendapati semua siswa sekelasku sudah berbaris rapi.
"Lee Yena!" teriak Pak Jang.
"Iya, Pak?" tanyaku.
"Kamu udah dua kali gak bawa baju. Sekarang, kamu telat masuk. Lari keliling lapangan sepuluh kali!" ucapnya.
Aku mengangguk lemah lalu mengikuti perintah Pak Jang.
Ah, kenapa semua ini harus terjadi padaku?
Aku berlari mengelilingi lapangan. Sedangkan teman sekelasku yang lain dipersilahkan duduk di pinggir lapangan. Pelajaran dimulai setelah aku selesai menjalani hukuman.
"Hoi, Lee Yena! Cepatlah! Kita ingin belajar!" teriak salah satu siswa laki-laki.
Aku menoleh ke arahnya sekilas lalu lanjut berlari. Kau pikir aku tidak lelah? Kau pikir aku sengaja terlambat?
Setelah selesai, aku langsung duduk di pinggir lapangan.
"Lee Yena," panggil Pak Jang. "Kenapa kau itu selalu bermasalah? Apa kau hanya bermasalah di pelajaran saya? Atau di semua pelajaran?"
"Di semua pelajaran, Pak," ucap salah satu teman sekelasku.
Pak Jang menggelengkan kepalanya lalu memulai pelajarannya.
"Hari ini kita akan belajar bermain baseball. Apa ada yang pernah memainkannya?"
"Aku rasa Yena sering memainkannya, Pak!" teriak Yeonhee. "Setiap minggu ia selalu saja berlari melewati semua base. Homerun lagi."
Satu kelas tertawa. Kecuali aku. Pak Jang hanya tersenyum mendengarnya. Kurasa ia menahan tawanya.
Aku sangat benci penindasan. Kenapa juga harus aku? Kenapa aku harus dipermalukan seperti ini?
"Sudah, sudah. Sekarang tolong dibagi dua kelompok," ucap Pak Jang.
Semua siswa berbaris sesuai kelompok yang ingin mereka masuki. Aku hanya duduk. Aku menunggu sampai ada yang kekurangan pemain. Aku tahu kalau aku tidak pernah dibutuhkan.
Rasanya aku ingin menangis.
"Ini kurang satu pemain," ucap Pak Jang lalu menoleh ke arahku. "Yena ikut kelompok ini!"
Aku berdiri lalu melihat reaksi dari kelompok itu. Mereka semua memandang diriku jijik. Aku hanya menunduk sambil berjalan.
***
"Dari mana kau mendapat seragamnya?" tanya Yeonhee sambil melempar seragam milikku.
Ia memberinya tanpa dilipat terlebih dahulu. Memangnya aku itu apa? Sudah meminjam, tidak tahu diri.
Aku sudah tidak tahan lagi.
"Memangnya kau perlu tahu?" balasku.
"Kalau ditanya baik-baik, jawab yang benar!" bentak Yeonhee.
Aku menatapnya sinis. "Kenapa aku harus menjawab pertanyaanmu?"
"YENA!!!" teriaknya hingga wajahnya memerah.
Aku hanya memandangnya sekilas lalu mengalihkan pandanganku ke arah lain.
BRAK!
Yeonhee menggebrak mejaku. Setelah itu, ia mengangkat kerah kemejaku. Mau tak mau aku berdiri lalu berusaha melepaskan tangan Yeonhee dari seragamku.
"Apa maumu?!" tanyaku.
"Kau membentakku?" tanyanya.
"Kau bisa membentakku. Kenapa aku tidak bisa membentakmu?" tanyaku.
"YENA!" teriaknya lalu mendorongku.
BRUK!
Aku terjatuh. Kepalaku membentur kaki meja. Bahkan kacamataku terlepas dan retak.
========
Gambler ㅡ 02
06-07-2019
KAMU SEDANG MEMBACA
Gambler; Jeno
Fiksi PenggemarLee Yena adalah seorang outcast di sekolahnya. Sesampainya di kasino, Yena bukanlah Yena lagi. Ia adalah Lee Lora, orang paling terkenal di tempat itu. ======== Gambler A Lee Jeno's fanfiction Copyright© 2019 by Ines