Gambler; Jeno

43

Yena's POV

"Tenang, Yena. Bukan hanya kamu yang menjadi korban Somi," ucap Yeonhee yang berhasil membuatku terbelalak.

"Apa maksudmu?"

"Aku tahu kamu sering berjudi. Tapi, aku tidak akan melaporkannya kepada guru. Tenang saja. Toh, tidak ada keuntungannya juga untukku," katanya. "Aku ada di pihakmu jika lawanmu adalah Somi."

Haruskah aku percaya padanya? Setelah apa yang ia lakukan kepadaku, rasanya sangat aneh. Jika dia tahu tentang aku yang menjadi korban Somi, maka dia tahu semuanya.

"Sejak kapan kau tahu?"

"Sejak dulu. Tapi bukan dulu banget. Aku tahu bahwa kamu pindah dari Kanada. Tapi, aku tidak tahu bahwa kau memiliki saudara kembar di sini," jawab Yeonhee.

"Kau tahu dari mana?"

"I did some research."

"Wah, kau sangat tertarik padaku ya?" tanyaku. "Tapi kenapa kamu gak tau tentang Kak Haechan?"

"Because I research you as Lee Lora, not Lee Yena."

"Bisa kau ceritakan apa yang terjadi?" pintaku.

"Dulu ayahnya Somi selalu mengancam perusahaanku. Semua atasan di perusahaanku terancam. Keluargaku juga hampir putus asa. Setelah sekitar setengah tahun, dia berhenti. Aku sangat heran dan penasaran. Setelah aku selidiki, ternyata ia mengganti targetnya menjadi dirimu," ucap Yeonhee.

Aku sudah diteror oleh Somi selama tiga tahun lebih. Apa ia sudah mengalami sejak kecil? Melakukan di saat SMP saja sudah termasuk "sejak kecil".

"Kapan ia melakukannya?" tanyaku.

"Lima tahun yang lalu? Aku tidak terlalu ingat. Ternyata dia dan ayahnya tidak ada bedanya ya? Selalu saja berbuat kotor," lanjut Yeonhee. "Perusahaanku adalah saingannya. Karena ancamannya itu, aset perusahaanku menurun drastis. Sedangkan perusahaannya semakin maju."

"Lalu kenapa kau menindasku?" tanyaku.

"Just for fun."

Aku mendecak. "Menindas bukan untuk kesenangan. Kau pikir aku mainan? Kau pikir mentalku bisa dimainkan seperti itu? Apa kau tahu seberapa berat hidupku karenamu?"

"Awalnya aku menindasmu karena kau tampak seperti orang yang tidak berdaya. Kamu juga tidak memiliki nilai yang bagus. Kau juga tidak punya teman.

"Lalu ketika aku tahu bahwa kau adalah target Somi, aku sangat terkejut. Bagaimana bisa orang sepertimu itu menjadi saingan Somi? Aku ingin berhenti menindasmu. Tapi, aku sangat benci dengan sifat sombongmu itu. Jadi, aku melanjutkannya. Meski pada akhirnya aku membelamu kan?"

Aku membuka mulutku tidak percaya. "Kau benar-benar tidak punya hati."

"Kau mungkin berpikir bahwa aku tidak pernah berubah hingga sekarang.Tapi, maaf. Aku bukan Somi. Pikiranku masih sehat," kata Yeonhee.

"Aku rasa kau sama seperti Somi," jawabku.

"Apa kau mendengarku saat bercakap dengan Somi di telepon? Saat Somi mencarimu. Aku sengaja berbohong. Padahal, aku tahu bahwa kau adalah Lee Lora," lanjut Yeonhee.