Yena's POV
Aku dan Mark masih dalam perjalanan dari vila menuju rumah.
"Mobil itu kenapa?" gumam Mark saat melihat ke kaca spion.
"Kenapa?"
"Kayaknya supirnya mabuk," ucap Mark.
Aku menoleh ke arah belakang dan mendapati ada sebuah mobil yang berjalan zig-zag dan sangat cepat.
Mark melihat kaca spion dan kaca depan secara bergantian untuk menghindari mobil itu.
"MARK!" teriakku saat ada truk di depan kita.
Mark yang melihat itu langsung banting setir ke kiri. Untung saja tidak menabrak apapun. Mark mengatur napasnya. Begitu juga aku.
"Hampir saja," ucap Mark.
"Pasti ini ulah Somi."
"Mungkin."
Aku menoleh lagi lalu mendapati mobil tadi sudah berjalan dengan normal lagi.
"Benar-benar disengaja," ucapku. "Ia membuat kita fokus dengan mobil di belakang. Sedangkan kita akan ditabrak dari depan."
***
"Yena," panggil Mark.
"Apa?"
"Aku tahu aku tidak seharusnya mengatakan ini. Tapi, bisakah kamu tidak ikut bermain bersama Tuan Ten?"
"Tentu aku akan ikut, Mark," jawabku. "D'Elle terkenal karena aku. Ia ke sini untuk menemuiku."
"Tapi, Somi--"
"Sudahlah. Jangan sebut namanya. Aku tidak akan membiarkan ia mendapatkan apa yang ia inginkan."
DOR!
Aku dan Mark terkejut. Ada tembakan lagi. Kali ini tembakan itu mengenai pintu depan rumah Mark.
"Lagi?!" Aku panik.
"Ayo bersembunyi," ucap Mark.
Mark membawaku ke kamarnya. Sedangkan ia mengintip melalui jendela di kamarnya. Ia hendak menghapal plat mobilnya.
DOR!
Mark langsung terjatuh ke lantai karena orang itu menembak kaca jendela kamar Mark.
"Dia mau masuk ke sini. Sana sembunyi. Cepat!" ucap Mark.
"Kau juga sembunyi!" ucapku.
"Ia sudah melihat wajahku. Tapi dia belum melihatmu. Kau masih aman," jawab Mark. "Cepat!"
Aku segera berlari keluar dari kamar Mark. Aku segera naik tangga dan masuk ke kamarku. Aku bersembunyi di dalam lemari. Aku menutup mulutku dengan kedua tanganku.
BRAK!!!
Aku mendengar suara dobrakan pintu. Pasti ia mendobrak pintu depan agar bisa masuk.
Beberapa saat kemudian, aku mendengar suara pecahan barang dan tembakan dari bawah. Air mataku menetes. Aku berusaha menahan isakanku.
Mark pasti sedang melawan pembunuh itu. Apa dia akan baik-baik saja? Bagaimana jika ia tertembak?
Tembakan kembali terdengar.
Tangisku makin pecah. Tapi, aku harus terus menahannya. Jika suaraku terdengar, maka aku akan mati juga.
Aku membuka ponselku lalu mengirim pesan kepada Jeno.
Yena
| jeno
| ada pembunuh di rumahku
| cepat ke siniAku menyimpan ponselku lagi. Semoga Jeno membacanya. Aku harus mempercayainya. Aku harus percaya mereka berdua.
Aku tidak bisa langsung menelepon Jeno. Suaraku bisa terdengar meski pelan. Aku harus mengantisipasinya.
Beberapa saat kemudian, terdengar suara pintu dibuka-tutup berkali-kali. Seakan-akan ada yang memeriksa setiap ruangan di rumah. Siapa itu? Mark atau pembunuh itu? Aku harus tetap diam.
Mark tidak tahu di mana aku berada. Bisa saja dia memeriksa setiap kamar untuk mencariku.
DOR!
PRANG!
Aku menutup mulutku. Tembakan itu jelas sekali dilakukan di kamarku. Pasti ia menembak vas yang ada di kamarku. Setelah itu, aku mendengar suara langkah kaki yang sangat dekat. Namun, lama-kelamaan menjauh.
Kenapa pembunuh itu bisa masuk ke sini? Lalu... Mark? Apa yang terjadi pada Mark?
Aku mendengar suara bantingan dan pecahan barang lagi dari bawah. Kenapa tidak berhenti? Kapan ini akan berhenti?
Mark
| kamu di manaAku memiringkan kepalaku. Kenapa Mark menanyakan ini?
Yena
| di klub biasa
| kenapa?Aku sengaja membohonginya. Mark tidak pernah bertanya di mana aku berada. Tepatnya, tidak mungkin dan tidak akan. Ia selalu bersamaku. Itu pertanyaan konyol.
Pasti yang mengetik itu adalah pembunuh itu. Kebetulan namaku di kontak Mark adalah Lee Lora. Ia pasti mudah mencarinya.
Aku menggigit kukuku. Jantungku berdegup sangat kencang. Rasanya mencekam.
Namun, suara tembakan dan suara apapun sudah tidak terdengar. Rasanya sunyi. Aku tidak mendengar apa-apa kecuali suara detak jantungku sendiri.
Perlahan-lahan, aku membuka pintu lemariku. Di lantai kamarku terdapat pecahan vas. Aku harus berhati-hati dalam melangkah.
Aku membuka salah satu laciku lalu mengambil pistol dari sana. Aku memeriksa peluru yang ada di sana lalu menggenggamnya erat di tangan kananku.
Aku membuka pintu kamarku dengan hati-hati. Aku berusaha agar tidak menimbulkan suara. Setelah itu, aku memeriksa keadaan dari atas tangga. Namun, sama seperti tadi. Tidak ada suara apapun.
Aku menuruni tangga perlahan.
"MARK!" teriakku ketika sampai di tengah tangga.
Aku bisa melihat Mark dari sana. Air mataku mengalir lagi. Aku segera berlari menuruni tangga. Keadaan lantai satu sudah kacau. Pecahan vas dan kaca ada di mana-mana. Ini membuatku sulit untuk menghampiri Mark.
"MARK!" panggilku lagi.
Semakin aku mendekat, semakin jelas.
Pistol yang aku genggam, jatuh begitu saja. Aku juga jatuh di kedua lututku. Air mataku mengalir deras.
Mark terbaring di lantai dengan berlumuran darah.
==========
Gambler ㅡ 20
14-07-2019
KAMU SEDANG MEMBACA
Gambler; Jeno
FanficLee Yena adalah seorang outcast di sekolahnya. Sesampainya di kasino, Yena bukanlah Yena lagi. Ia adalah Lee Lora, orang paling terkenal di tempat itu. ======== Gambler A Lee Jeno's fanfiction Copyright© 2019 by Ines