40

186 23 0
                                    

Yena's POV

Saat aku mengalihkan pandanganku, aku berhasil bertatap mata dengan salah satu pembunuh itu.

DOR!

Aku menghindar. Namun, itu membuat aku terjatuh dari tangga. Aku hanya menutup mata. Aku harus bisa menahan rasa sakitnya. Tiba-tiba, aku merasakan sesuatu yang hangat.

Saat aku membuka mataku, Jeno sudah berada di sampingku. Ia menahan badanku sambil mengarahkan pistol ke para pembunuh itu.

Aku pun segera bangun. Aku berdiri di sebelah Jeno. Aku ikut mengarahkan pistol ke arah mereka.

Sekarang posisinya adalah dua melawan tiga. Kita semua saling mengarahkan pistol ke satu sama lain. Tidak ada yang mau menembak.

Aku melihat ke arah tangan dan kakiku. Ada beberapa lebam di sana. Tapi, aku harus menahannya. Untung saja kepalaku tidak terluka.

"Ada satu lagi," bisik Jeno.

Aku hanya mengernyitkan dahi. Aku tidak cukup mengerti. Ada satu lagi? Apanya? Pembunuhnya?

Bukannya totalnya pas? Awalnya ada delapan orang. Satu sudah mati ditembak Jeno. Tiga bersama Mark. Empat di hadapan kita.

DOR!

DOR!

DOR!

Suara tembakan itu berasal dari atas. Pasti Mark sudah beraksi. Apa urusan di atas sudah selesai?

Mendengar itu, Jeno langsung maju. Ia berada di depankuㅡia melindungiku.

DOR!

Jeno menembak lalu langsung menarikku ke belakang tangga. Tembakan Jeno mengenai jantung salah satu orang itu. Darahnya menghiasi lantai vila Mark.

DOR!

DOR!

Dua orang yang lain mencoba membalas Jeno. Tetapi, tidak ada yang mengenainya. Untung saja Jeno sudah bergerak lebih cepat.

Suara langkah kaki mulai terdengar dari atas. Lama-lama mendekat. Aku menoleh ke tangga sebentar. Aku bisa melihat wajah yang sangat familiar. Senyumku pun mengembang.

DOR!

Tembakan itu menuju ke arah Mark. Tapi, berhasil dihindarinya.

"Turunkan senjata kalian!" teriak Mark.

Tidak ada pergerakan sama sekali dari dua orang pembunuh itu.

Mark menaruh pistolnya di lantai. "Turunkan senjata kalian."

Dua orang itu masih tidak bergerak sama sekali.

Jeno menatapku dalam lalu menganggukkan kepalanya. Seakan-akan mengatakan bahwa semuanya akan baik-baik saja. Kemudian, ia menarik tanganku sehingga kita berdua sudah berada di samping Mark.

Jeno menaruh pistolnya di lantai. Aku yang melihatnya pun ikut menurunkan pistol yang sejak tadi aku genggam ke lantai.

"Turunkan senjata kalian!" teriak Mark lagi.

Akhirnya kedua pembunuh itu menurut. Mereka menaruh senjatanya ke lantai.

"Bersembunyilah," bisik Jeno padaku.

Jeno dan Mark saling tatap sebentar. Jeno mengambil pistol lain di celananya. Dalam sepersekon, ia memukul puncak kepala salah satu dari mereka dengan pistol itu.

BRUK!

Lawannya berhasil jatuh tersungkur. Tetapi, yang satunya lagi berhasil menonjok Jeno tepat di wajahnya. Mark yang melihatnya segera menghajar balik orang itu. Mark memukulnya tanpa ampun. Ia menghentikannya ketika lawannya sudah tidak bergerak sama sekali.

Gambler; JenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang