25

195 26 4
                                    

Somi's POV

[Nona, misi selesai.]

Yes! Rencanaku berhasil.

Aku sudah menjatuhkan harga diriku. Kurasa itu cukup berharga untuk dibalas dengan nyawa.

"Baiklah. Kerja bagus. Kemarilah untuk bayaranmu."

Tut.

Aku merasa hari ini adalah hari terbaikku. Ternyata usahaku tidak sia-sia. Akhirnya aku bisa memenuhi keinginanku selama empat tahun terakhir. Jika semudah ini, harusnya aku menggunakan cara ini sejak dulu.

Beberapa saat kemudian, lelaki itu datang menghampiriku.

"Kerja bagus, Winwin," ucapku lalu memberinya sebuah suitcase berisikan uang. "Ini untuk pekerjaanmu sebelumnya juga."

"Terima kasih, Nona," ucapnya setelah menerimanya.

"Apa dia benar-benar mati?" tanyaku.

"Jika dalam sepuluh menit lagi tidak ada yang mengobatinya, ia akan mati," jawab Winwin.

"Baiklah. Kerja bagus."

Winwin langsung keluar dari ruanganku setelah itu.

Jika dalam sepuluh menit akan mati, berarti dia akan benar-benar mati. Tidak mungkin perjalanan ke rumah sakit secepat itu. Menunggu ambulan saja sudah lama.

Tapi, bagaimana dengan jasad Lora? Jika itu gang kecil, maka seharusnya tidak banyak yang melewatinya. Ah, aku akan menyuruh orang lain saja untuk membereskannya besok pagi.

Aku harus mencari alasan untuk Tuan Ten besok. Tamu sepertinya pasti akan sangat kecewa jika tidak ada Lee Lora. Aku harus membuat Lora terlihat buruk di depannya.

Mulai saat ini, aku adalah orang terbaik di kasino.

Aku pun menelepon Mark untuk memberitahu bahwa Lora tertembak. Pasti ia akan sangat terkejut.

***

Author's POV

Hari ini adalah Hari-H.

"Tolong bereskan jasad Lee Lora," perintah Somi.

[Tadi kami sudah ke sana. Namun, jasadnya tidak ada.]

Somi menggebrak mejanya. "Cari di sekitarnya! Mungkin ia hendak mencari bantuan sebelum mati."

[Baik, Nona.]

Somi sudah stand by di kasino. Somi sedang menunggu di ruangan VIP. Ia juga sudah menyiapkan kartunya.

"Halo, Tuan Ten," sapa Somi ketika Ten masuk ke ruangan itu.

"Halo, Nona Jeon," balasnya lalu duduk di salah satu bangku di sana.

Empat kenalan Somi yang lain juga sudah berada di sana. Mereka sedang menunggu Jeno dan Lora.

"Sepertinya hari ini Lee Lora tidak bisa datang," ucap Somi.

"Benarkah? Kenapa begitu?" tanya Ten.

"Ia memiliki urusan mendadak," jawab Somi.

"Padahal aku sudah jauh-jauh datang. Aku ingin bertanding dengannya."

"Maaf, Tuan Ten. Sebagai temannya, aku minta maaf," ucap Somi. "Ia baru saja menghubungiku."

"Tidak apa-apa. Selain Lora, siapa yang belum datang?" tanya Ten.

"Lee Jeno. Dia memang sering terlambat. Maklumi dia," jawab Somi.

Gambler; JenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang