"Hebat Ara. Hari kedua dan lo telat" puji Ara pada dirinya sendiri.
Hari ini Ara telat kesekolah karna rutinitasnya. Rutinitas yang akan selalu membuat dia bangun siang.
'Bagus Ara lo hancurin image lo buat jadi anak baik' batin Ara nelangsa.
Kini Ara tengah berdiri sepuluh meter dari gerbang sekolahnya yang sudah di tutup. Berfikir sejenak apa yang akan ia lakukan untuk kabur dari hukuman.
"Gue ada ide" ucap Ara dengan smirknya.
Ara sekarang sudah berada di dalam kelas mengikuti plajaran tanpa kendala. Ternyata rencananya tadi pagi benar-benar ampuh hingga dia terhindar dari hukuman.
Dua jam berlalu dan sekarang waktunya anak SMA Galaxkin untuk istirahat. Begitu juga Ara yang kini tengah berada dikantin menikmati jus mangganya.
"Gimana cara lo kabur dari hukuman?" Tanya Senja. Ara memang bersama Senja di kantin sedari tadi dan memang hanya berdua.
"Sesuai yang pak satpam bilang." Jawab Ara santai dengan terus menyedot jusnya.
"Gue gak percaya. Lo pasti manipulasi keadaan kan? Makanya lo gak di hukum." Ucap Senja tak percaya.
"Lagian ya.. setau gue orang kalo habis dorong motor tuh capek kagak kaya lo. Santai-santai aja." Lanjut Senja lagi mengutarakan pendapatnya.
" sepuluh meter doang mah gak seberapa" ucap Ara santai.
Senja menatap curiga ke arah Ara. 'Apa yang dilakukan bocah ini sampe-sampe satpam percaya sama dia' itulah kira-kira pikiran Senja. Meski Senja baru mengenal Ara kemarin tapi Senja sudah tau seberapa cerdas Ara dalam membuat alibi.
"Jelasin! Siapa tau gue mau nyontek cara lo." Ucap Senja akhirnya.
Flashback
'Bagus Ara lo hancurin image loe buat jadi anak baik' batin Ara nelangsa.
Kini Ara tengah berdiri sepuluh meter dari gerbang sekolahnya yang sudah di tutup. Berfikir sejenak apa yang akan ia lakukan untuk kabur dari hukuman.
"Gue ada ide" ucap Ara dengan smirknya.
Ara turun dari motornya dan langsung mengempeskan ban motor depannya. Setelah selesai, Ara clingak-clinguk ke kanan dan ke kiri mencari sesuatu yang mendukung aktingnya.
'Dapat' batin Ara saat melihat sebuah botol air mineral yang masih ada isinya, tak jauh dari dia berdiri. Diambilnya botol itu, kemudian detik selanjutnya air yang berada dalam botol ia cipratkan kemukanya, membuat kesan seperti keringat.
Merasa cukup dengan persiapannya, Ara berjalan menuju gerbang. Menjalankan aksinya dan tak lupa mendorong motor kesayangannya.
"Pak satpam. Sini bukain Ara gerbang " panggil Ara pada seorang satpam yang duduk tak jauh dari pintu gerbang.
"Kamu mau masuk? Bentar saya panggil guru BK." Ucap satpam setelah menghampiri Ara.
'Mari beraksi kawan' batin Ara licik. "Bapak tega? Saya udah dorong motor loh pak dari halte kesini. Masa iya? Saya mau dihukum lagi" ucap Ara melas.
Jarak halte dan sekolah sekitar dua ratus meter, cukup membuat lelah jika harus mendorong motor. Apalagi di sepanjang jalan itu tidak ada bengkel sama sekali, yang sangat tambah mendukung rencana Ara kali ini.
"Serius kamu?" Tanya satpam tak percaya.
"Bapak liat aja sendiri tuh ban motor Ara. Kempes kan?" Ucap Ara berusaha meyakinkan. "Liat nih juga keringet Ara. Dorong motor besar kek gini berat loh pak." Ucapnya lagi.
"Yaudah. Kamu boleh masuk. Lain kali jangan telat." Ucap satpam akhirnya setelah mengecek ban motor Ara.
Bukannya masuk Ara malah tetap berdiri di gerbang.
"Apa lagi?" Tanya satpam.
"Anu.. saya takut dihukum pak. Bapak temenin Ara ya ke kelas trus kasih penjelasan kegurunya. Nanti kalo Ara yang bilang mana percaya." Ucap Ara dengan puppy eyesnya.
Dan benarlah satpam mengantar Ara ke kelas sekaligus memberi penjelasan kenapa Ara terlambat.
'Sukses' batin Ara setelah dirinya di bolehkan masuk mengikuti plajaran. Tidak lupa dia berterimakasih ke satpam yang membuat rencananya semakin berhasil.
"Simpel kan?" Ucap Ara setelah menjelaskan rencananya tadi pagi.
Senja geleng-geleng kepala setelah mendengarkan cerita Ara. 'Cerdas' itu lah pikir Senja.
"Cerdas juga lo. Buat rencana kaya gitu." Ucap Senja kagum. "Kalo gue jadi lo. Gue lebih pilih pulang trus tidur lagi." Ucapnya lagi.
"Sekolah itu formalitas sekaligus tempat mencari kesenangan buat gue." Ucap Ara sambil tertawa.
"Gue setuju sama pendapat lo." Ucap Senja kemudian ikut tertawa bersama Ara.
Tanpa mereka sadari ada seorang cowok yang memperhatikan mereka. Bukan Senja sebenarnya melainkan hanya Ara yang menjadi pusat perhatian cowok itu.
"Lo ngeliatin paan Lang?" Tanya teman cowok itu.
Yang memperhatikan Ara adalah Langit. Dimata Langit senyum dan tawa yang selalu Ara tampilkan sedikit berbeda. Tak sama dengan tawa dan senyum yang biasa dia saksikan pada orang lain. Dia merasa Ara berbeda dengan yang lainnya. Tapi ntah apa pembeda itu.
'Misterius' ucap Langit dalam hati.
"Lang lo liat apa sih?" Tanya teman Langit yang bernama Vaery.
"Cakep ya Lang. Kalo gue gebet gak papa kali ya." Ucap Vaery setelah tau apa yang sedari tadi mencuri perhatian Langit.
"Ngaco lo. Ayok balik kelas." Ucap Langit menanggapi ucapan Vaery.
Langit bangkit dari duduknya yang kemudian di ikuti Vaery atau kerap di sapa Very. Mereka pergi meninggalkan kantin dan kembali ke kelas.
Ara dan Senja juga sudah bangkit dari duduknya untuk kembali ke kelas. Pasalnya bel masuk baru saja berkumandang. Jika mereka tetap memilih di kantin bisa-bisa mereka bertemu Pak Dana guru BK di SMA Galaxkin.
Hari sudah semakin sore dan bel pulang sudah berbunyi dari sepuluh menit lalu, namun Ara belum juga beranjak pulang.
"Ayo Ra pulang udah jam 4 nih. Ya kali lo mau nginep sini." Ucap Senja bangkit dari duduknya.
"Bentar elah gue belum selesai nih nyalin. Coba aja gak di kumpul bomat gue." Ucap Ara di barengi gerutuan.
"Yaudah gue temenin." Ucap Senja kemudian kembali duduk.
Lima menit kemudian Ara selesai menyalin. "Ayok pulang gue udah selesai ini." Ucap Ara setelah membereskan buku-bukunya.
Ara dan Senja pergi meninggalkan kelas. Di sepanjang koridor hanya tinggal mereka berdua. Bagaimana tidak? Bel pulang sudah berbunyi sedari tadi dan ekskul juga belum dimulai. Di parkiran pun hanya tinggal motor Ara dan mobil Senja tidak ada yang lain lagi.
Ara dan Senja menghampiri kendaraan masing-masing, sebelumnya Ara sudah berganti celana untuk memudahkan dia mengendarai motor besarnya. Mereka berdua berpisah di depan gerbang, Ara kekanan dan Senja kekiri. Memang rumah mereka berlawanan arah.
Sesampai di apartemennya Ara langsung istirahat. Benar-benar lelah itu lah yang dirasakan Ara. Tak lama suara dengkuran halus terdengar, Ara tertidur tanpa mengganti seragamnya.
"Tidurlah sayangku mentari tlah menunggu
Sambutlah pagi nanti dengan hati tersenyum."
Enda Ungu_maafkan aku
KAMU SEDANG MEMBACA
ARA (tamat)
Jugendliteratur(Cerita amatir yang jauh dari kata layak) Ara Azia Denata.. Seorang cewek yang memilih untuk tetap tersenyum di tengah sejuta masalahnya. Ara sangat tau rasa tidak di inginkan. Sangat tau rasa ada tapi dianggap tidak ada. Sudah sangat mahir denga...