"Ma, hari ini aku kesini sama seseorang yang selalu ada buat aku. Dia baik kok meski... dia mantan playboy."
"Kenalin yang baik-baik kenapa Ra?" Protes Langit.
Kini mereka tengah ada di pemakaman Mama dari Ara. Ara ingin mengenalkan Langit sebagai seseorang yang istimewa dalam hidupnya. Sebagai seseorang yang akan selalu bersamanya. Sekarang, dan mungkin nanti...
"Kenalin tante! Aku Langit, calon mantu tante."
Plakkk
Ara menggeplak Langit. Mulutnya yang suka sekali menebar kata-kata asal, Sering kali membuat ia sakit jantung tiba-tiba. Ini terjadi karna ia tahu, kata-kata yang di ucapkan Langit bukanlah kata-kata yang berlapiskan candaan. Tapi kata-kata yang amat sangat serius. Kata-kata yang memiliki makna yang dalam. Yang membawa masa depan mereka berdua. Meski faktanya,
Baik mereka berdua tak pernah tahu masa depan akan seperti apa. Ara memang berharap, tapi ia tak berani bermimpi. Terjatuh dari ketinggian itu menyakitkan, dan ia tak mau ambil resiko untuk terluka lagi.
"Ayo!" Ucap Langit sambil mengulurkan tangannya.
Ara menerima uluran Langit. Mereka meninggalkan pemakaman dan menuju sekolah mereka. Ini hari kelulusan dan acara besar menanti mereka.
Dengan atasan merah maroon dan bawahan batik bernuansa elegan. Ara tampil untuk mencuri perhatian semua orang. Senada dengan Ara, Langit juga nampak gagah dengan setelan jasnya.
Mereka berdua turun dari mobil dan berjalan ke lokasi acara. Taman favorit Galaxkin, taman yang di design khusus untuk acara seperti ini.
Sepanjang jalan, banyak wali murid yang mengawasi setiap langkah mereka. Bertanya-tanya, anak siapa kah mereka berdua. Ada yang berfikir jika Ara dan Langit adalah salah satu anak pejabat. Dan ada juga yang berfikir mereka anak dari seorang pengusaha sukses. Atau malah anak dari pemilik sekolah.
Bagi para orang tua, jarang sekali mereka bisa melihat seorang anak muda dengan momentum luar biasa. Momentum penuh wibawa dan beraura pemimpin. Yang dari wajahnya sudah tercetak jelas kesuksesan masa depan. Dan sosok Anak impian mereka terlihat jelas dari sosok Langit dan Ara yang berjalan bersisihan.
"Gue kok gak tau sih, kalo kita bisa narik perhatian emak-emak sama bapak-bapak?" Bisik Ara pelan di telinga Langit. Tinggi badan yang tak terlalu berbeda jauh memudahkannya dalam melancarkan aksinya.
"Lo pikir gue tau?" Ucap Langit balik bertanya.
"Oh ya. Ngomong-ngomong Papa lo dateng?"
"Gue rasa dia dateng untuk anak kesayangannya." Jawab Ara acuh tak acuh.
Mereka akhirnya sampai di taman, tapi sayangnya mereka tidak menemukan orang tua ataupun teman-teman mereka. Sepanjang yang mereka lihat, hanyalah sekumpulan orang asing yang saling bergerombol menceritakan aib anak mereka.
"Gue gak tau, kalo ternyata Dera itu saudara tiri lo." Ucap Langit dengan mata yang terus mencari keberadaan orang tua mereka.
"Jangan bilang saudara tiri! Karna gue gak tau kapan bokap gue sama emaknya Dera nikah." Balas Ara yang kemudian menarik Langit untuk mendekati Sinta.
"Lo serius enggak tau?" Tanya Langit skeptis.
"Lo tau gue lebih dari apapun, Lang."
Pembicaraan mereka berhenti ketika mereka sampai di hadapan Sinta dan yang lain. Tidak hanya orang tua Langit dan Ara, disana juga ada orang tua dari Senja, Very dan Radit. Mereka saling berbicara tentang masa lalu dan sesekali akan membicarakan bisnis yang tengah mereka geluti.

KAMU SEDANG MEMBACA
ARA (tamat)
Teen Fiction(Cerita amatir yang jauh dari kata layak) Ara Azia Denata.. Seorang cewek yang memilih untuk tetap tersenyum di tengah sejuta masalahnya. Ara sangat tau rasa tidak di inginkan. Sangat tau rasa ada tapi dianggap tidak ada. Sudah sangat mahir denga...