Tahun Baru

76 9 1
                                    

Detik telah berlalu
Jam telah terlewat
Minggu sudah terlaksana
Bulan sudah bahagia
Tahun akan berganti
Semua tak lagi sama

"Haloo Langit, halo Dadda, halo Bunda, halo om, halo tente, dan halooo semuanya." Sapa Ara yang baru saja datang.

"Kamu itu Ra. Alay." Ucap Dady berkomentar.

Ara tak menghiraukan ucapan Dadynya ia lebih memilih menghampiri Dadda-panggilan untuk ayah Langit.

"Halo Da. Lagi ngapain?" Tanya Ara setelah sampai dihadapan Dadda atau lebih tepatnya bernama Rezaldi Aksandra .

"Baru dateng Ra?" Bukannya menjawab malah balik bertanya.

"Yoai Da. Enak tuh kayanya." Ucap Ara kemudian menyomot jagung bakar.

Radit yang juga ada disana langsung saja merampas jagung bakar yang diambil Ara.

"Baru dateng maen comot aja. Kerja dulu." Ucap Radit kemudian memakan jagung rampasannya.

Ara hanya bisa mendengus malas. Sedangkan yang lain menertawakan nasib Ara.

Sekarang Ara berada di halaman rumah Langit bersama keluarganya. Disini tak hanya ada keluarga Langit saja tapi ada keluarga Radit, Very, dan keluarga Senja. Dunia memang sepertinya hanya selebar daun kelor. Ntah dapat keberuntungan dari mana ternyata keluarga mereka bersahabat sejak zaman SMA.

"Ra sini." Panggil Senja.

Ara langsung saja pergi menemui Senja. Di sana Senja, Langit, Tania, dan Andri sedang membakar jagung. Andri memang berangkat lebih awal dengan alasan membantu Tania yang merupakan pacarnya.

"Zal. Kenapa Ara manggil lo Dadda sedangkan manggil Sinta Bunda?" Tanya Galang yang merupakan  Dady Ara dan Andri.

"Katanya biar asik dan beda." Jawab Rezaldi.

Flashback

"Ra ini ayahnya Langit." Ucap Sinta mengenalkan suaminya pada Ara.

"Iya Ra itu bokap gue." Tambah Langit.

Ara hanya mengawasi tanpa berniat untuk berkenalan. Ia perlu menilai bagaimana orang di depannya ini.

"Serius bun ini suami bunda." Ucap Ara sedikit kurang ajar.

Sinta mengangguk. Mungkin wajah suaminya terkesan seram tapi tenang saja sebenarnya hatinya tak sama seperti wajahnya.

"Karna kamu panggil istri om Bunda jadi kamu harus manggil saya Ayah." Ucap Rezaldi dengan lembut.

Ara mengangguk-anggukkan kepala. Oke. Sudah cukup menilai. Mendengar suara dari Ayah Langit ia sudah tahu bagaimana karakteristik dari pengusaha sukses ini. Tegas di luar lembut di dalam. Kasarnya tampang preman hati Hello Kitty.

Ara dengan yakin mendatangi Rezaldi yang duduk tak jauh dari dia berdiri. Dengan tenang Ara mengulurkan tangannya untuk berkenalan. Rezaldi juga membalas uluran tangan dari Ara.

"Ara om." Ucap Ara mengenalkan diri.

"Rezaldi. Panggil ayah aja jangan om." Ucap Rezaldi juga memperkenalkan diri.

Ara mengangguk mengerti. Sebenarnya tanpa harus berkenalan ia sudah tahu siapa ayah dari Langit. Yah siapa yang tak kenal pengusaha sukses ini yang sering riwa-riwi di TV.

"Ayah? Kurang menarik." Ucap Ara menanggapi dengan santai.

"Papa?" Tawar Rezaldi.

ARA (tamat) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang