"Ra...?"
Cklek suara pintu terbuka. Seorang wanita paruh baya memasuki sebuah kamar bernuansa manly. Padahal pemilik kamar adalah seorang gadis manis berkelakuan ajaib. Ntah kenapa gadis ini lebih menyukai hal-hal yang berbau laki-laki. Maka tak heran jika ia menjadi gadis tomboy.
"Apa ini?" Tanya wanita itu pada dirinya sendiri. Ia tak menemukan gadis yang ia cari yang ada ia malah menemukan sebuah note kecil diatas meja.
'Momy sayang. Kayanya momy kurang beruntung. Kalo momy cari Ara, coba cek kamar sebelah. Siapa tau momy beruntung.'
Begitulah isi dari note kecil itu. Wanita paruh baya ini adalah Momy dari Ara. Dengan mendengus ia pergi kekamar sebelah sesuai pesan dalam note yang berada di kamar Ara.
Seketika kamar bernuansa hitam putih menyapa pengelihatan. Tetapi ketika ditelisik tak ada seorang pun dalam kamar. Apa ia dipermainkan?
'Momy cari Ara? Mungkin di dapur? Oh ya mom jangan lupa tutup pintu kamar Andri.'
Ia menemukan note lagi dikamar anak sulungnya. Sebelah kamar Ara memang kamar Andri anak pertamanya. Meski kesal karna merasa dipermainkan ia tetap pergi kedapur.
"Kurang ajar emang anak-anak." Ucap Momy dari Andri dan Ara. "Apalagi ini?" Tanyanya sambil mendengus.
'Coba Momy ke gudang. Siapa tau kita disana.' Isi note ketiga.
Tetap dengan perasaan kesal ia pergi ke gudang. Rasanya sangat menyebalkan. Awas saja jika ia bertemu Ara atau Andri. Akan ia beri pelajaran sebaik-baiknya.
Belum sempat membuka gudang. Sebuah note sudah tertera dipintu.
'Ke ruang serba guna deh.' Singkat padat dan sangat mengesalkan.
Cklek pintu ruang serba guna terbuka. Bukan Ara atau Andri yang menyambut melainkan sebuah monitor besar di depan mata.
"Hallo Mom." Ucap Ara dan Andri dalam vidio yang ditampilkan melalui monitor.
''Mom udah masuk ruang serba guna belum? Kalo belum. gih masuk dulu."
"Dasar anak kurang ajar." Ucap Momy.
"Selamat hari momy." Ucap Ara dan Andri bersama.
"Mom selama sebulan ini Ara ilang semua rencana abang. Jadi momy marahin bang Andri aja Ara jangan." Ucap Ara.
"Mau aja disuruh." Ucap momy Ara.
"Kalo momy tanya kenapa Ara mau-mau aja. Jawabannya takut durhaka sama yang lebih tua." Ucap Ara seperti sudah menerka apa yang akan momynya katakan.
"Lo ngatain gue tua?" Tanya Andri tak trima.
"Fakta kan. Kalo gue yang lebih tua gue yang jadi kakak bukan lo." Jawab Ara tak mau kalah.
"Halah di vidio aja masih sempetnya berantem." Ucap momy jengah.
"Udahlah. Intinya...."
"Selamat hari momy untuk momy Stella." Ucap Ara mau pun Andri dengan kompak.
"Anaknya siapa coba gak ada romantis-romantisnya." Ucap Stella.
Dukk... terdengar bunyi gaduh yang tak jauh dari Stella berdiri. Ia mengedarkan pandangan. Sesaat ia berhenti, tau darimana asal suara itu.
"Jangan dorong-dorong."
"Lo jangan nginjek kaki gue."
"Makanya jangan dorong-dorong."

KAMU SEDANG MEMBACA
ARA (tamat)
Teen Fiction(Cerita amatir yang jauh dari kata layak) Ara Azia Denata.. Seorang cewek yang memilih untuk tetap tersenyum di tengah sejuta masalahnya. Ara sangat tau rasa tidak di inginkan. Sangat tau rasa ada tapi dianggap tidak ada. Sudah sangat mahir denga...